Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Efektifitas Terapi Cermin Terhadap Peningkatan Fungsi Motorik Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke - Systematic Review Aprianto Guntur Irawan; Nurhayati Khaier; Kartini Kafiana R; Fira Awanis Hazrina; Dhea Natashia
Jurnal Riset Media Keperawatan Vol. 7 No. 1 (2024): JUNI
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51851/jrmk.v7i1.469

Abstract

Latar Belakang: Kejadian stroke meningkat secara global dan menjadi penyebab ketiga dari kecacatan. Kerusakan akibat stroke seringkali menyebabkan gangguan motorik, sehingga sejumlah besar penderita stroke mengalami gangguan berkelanjutan pada anggota tubuh atas. Mengingat pentingnya fungsi anggota tubuh atas dalam aktivitas sehari-hari, perlu dilakukan penelitian terkait terapi neurorehabilitasi yang dapat meningkatkan fungsi anggota tubuh atas. Terapi Cermin (Mirror Therapy) sebagai teknik rehabilitasi yang relatif baru telah banyak diterapkan pada pasien stroke. Tujuan: Review sistematis ini bertujuan untuk meninjau dan mensintesis bukti klinis tentang penerapan terapi cermin pada pemulihan motorik anggota tubuh atas pada pasien stroke. Metode: Tiga basis data digunakan, yaitu PubMed, Cochrane, dan ProQuest untuk mencari literatur terkait terapi cermin dan pasca stroke. Kriteria inklusi yang digunakan adalah publikasi pada tahun 2016 hingga 2023, artikel berbahasa Inggris dan teks penuh, serta penelitian RCT atau studi eksperimental berdasarkan judul. Hasil: Dari total 5 artikel yang diperoleh dari sintesis menggunakan metode PRISMA yang telah direview secara sistematis dan dinilai kualitasnya, terdiri dari 3 artikel RCT dan 2 artikel studi eksperimental. Hasil dari semua penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot dan fungsi motorik pada pasien pasca stroke setelah diberikan intervensi terapi cermin mengalami peningkatan pada fungsi motorik anggota tubuh atas yang mengalami hemiparesis, dengan demikian meningkatkan kemandirian aktivitas sehari-hari pada pasien. Diskusi: Review sistematis ini memberikan bukti bahwa efek terapi cermin pada pasien pasca stroke dalam meningkatkan pemulihan fungsi motorik anggota tubuh atas selama rehabilitasi efektif sebagai terapi tambahan untuk pasien yang menjalani rehabilitasi pasca stroke standar.  
Penerapan Konsep Teori Model Patricia Benner Pada Asuhan Keperawatan Pasien Congestive Heart Failure Di Ruang Intensive Care Unit Aprianto Guntur Irawan; Irna Nursanti
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 1 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan ketidakadekuatan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Tanda dan gejala utama gagal jantung kongestif berupa sesak nafas terutama saat aktifitas dan gangguan irama jantung, sehingga perawatan pasien dilakukan secara intensif dan monitoring yang tepat, diperlukan kolaborasi dan kompetensi yang baik antar perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Patricia Benner mengatakan bahwa kompetensi dan pengetahuan perawat dalam sebuah praktik disiplin ilmu diperoleh dari waktu ke waktu dan dikembangkan melalui pembelajaran eksperimental serta pemikiran situasional. Model Benner bersifat situasional dan menggambarkan lima tingkat penguasaaan keterampilan dan pengembangan dikenal dengan From Novice To Expert. Tujuan: mengetahui penerapan konsep teori Patricia Benner dalam asuhan keperawatan. Metode: pendekatan proses keperawatan dengan model teori keperawatan Patricia Benner. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu case study dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan melakukan asuhan keperawatan. Hasil: Asuhan keperawatan yang dihasilkan bahwa model Benner menempatkan perawat sesuai tingkat keahliannya dari perawat Novice melakukan pengkajian dan merumuskan diagnosa keperawatan dengan dibimbing oleh perawat Advanced Begginer. Menetapkan intervensi keperawatan sesuai tingkat ketergantungan klien dilakukan oleh perawat Advanced Begginer. Indikator kriteria hasil dan implementasi yang tepat ditentukan oleh perawat Competent, tingkat keberhasilan intervensi sesuai dengan evaluasi dilakukan oleh perawat Proficient. Sebagai konsultasi perawat dan keluarga dilakukan oleh perawat Expert dimana akan berkolaborasi dengan interdisiplin ilmu lainya untuk menyelesaikan masalah. Kesimpulan: Pencapaian salah satu keberhasilan asuhan keperawatan kritis khususnya pada pasien dengan CHF dapat ditentukan dengan tingkat keahlian dari perawat yang memberikan asuhan.