Humans are thinking creatures, and every human being is created with a ratio or reason. With the existence of ratios humans gain knowledge and knowledge that leads to new introductions and the desire to explore. In the pastoral ministry carried out by Epaphras, there was a problem, where the church in Colossae seemed to be infiltrated by false teachings that threatened the spiritual life of the church (Col 2:8). This threat is seen in his letter in Colossians 2:8 which states "let no one take you captive with his empty and false philosophies according to the hereditary teachings and the spirits of the world, but not according to Christ". In this research, the author uses a qualitative approach. The Apostle Paul knew that sooner or later the believers in Colossae would be targeted by religious and philosophical peddlers. So that this writing Paul wants the people in Colossae to remain in the true truth that comes from Jesus Christ. Studying philosophy is an invitation to think critically, encouraged to think in response to various things until finding a way out or making a conclusion that can be accounted for. Based on what the Word of God says, a philosopher should reflect on Proverbs 1:7 "The fear of the LORD is the beginning of knowledge, but fools despise wisdom and instruction."It is hoped that through this writing, it can provide understanding and guidance to readers on the importance of adhering to the truth originating from Jesus Christ, while critically responding to the threat of false teachings through a philosophical understanding aligned with spiritual values.AbstrakManusia merupakan makhluk yang berpikir, dan setiap manusia diciptakan dengan rasio atau akal. Dengan adanya rasio manusia mendapatkan pengetahuan dan pengetahuan yang membawa kepada pengenalan-pengenalan baru dan keinginan untuk melakukan eksplorasi. Dalam pelayanan penggembalaan yang dilakukan oleh Epafras ini mengalami permasalahan, dimana para jemaat di Kolose tampaknya disusupi oleh ajaran palsu yang mengancam kehidupan kerohanian jemaat (Kol. 2:8). Ancaman ini tampak dalam suratannya di Kolose 2:8 yang menyatakan “jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus”. Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif teologi murni. Rasul Paulus tahu bahwa cepat atau lambat orang percaya di Kolose akan menjadi sasaran penjajah yang religius dan folofis. Melalui tulisannya, Paulus ingin orang di Kolose tetap dalam kebenaran yang sejati yang berasal dari Yesus Kristus. Mempelajari filsafat merupakan ajakan untuk berpikir kritis, dipacu untuk berpikir dalam menanggapi berbagai hal sampai menemukan jalan keluarnya atau membuat suatu simpulan yang dapat dipertanggung jawabkan. Berlandas dari apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan, maka seorang yang berfilsafat harusnya berdasar kepada Amsal 1:7 “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Diharapkan melalui tulisan ini dapat memberikan pemahaman dan panduan kepada pembaca tentang pentingnya tetap berpegang pada kebenaran yang berasal dari Yesus Kristus, sambil merespons kritis terhadap ancaman ajaran palsu melalui pemahaman filsafat yang sesuai dengan nilai-nilai rohaniah.