Widyastuti, Luh Putu Yuni
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengembangan Potensi Petani Jagung Melalui Edukasi Budidaya Jagung Hibrida Di Desa Kesiut, Kabupaten Tabanan, Bali Cokorda, Javandira; Widyastuti, Luh Putu Yuni; Ananda, Komang Dean
Nusantara Community Empowerment Review Vol. 2 No. 2 (2024): Nusantara Community Empowerment Review
Publisher : LPPM UNUSIDA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55732/ncer.v2i2.1214

Abstract

Desa Kesiut, dengan luas 266 Ha dan populasi 2.203 jiwa yang mayoritas bekerja sebagai petani jagung, memerlukan penyuluhan, sosialisasi, dan demonstrasi langsung tentang budidaya jagung hibrida. Metode kegiatan pengabdian terpadu ini kegiatan ceramah. Kegiatan dilakukan untuk mengedukasi cara membudidayakan tanaman jagung hibrida, diskusi permasalahan dan pemberian solusi-solusi terkait budidaya jagung hibrida. Hasil wawancara awal menunjukkan bahwa 60% petani jarang mengikuti pelatihan pertanian dan 40% petani jagung sering mengalami gagal panen. Permasalahan yang sering dihadapi petani jagung di Desa Kesiut adalah pengelolaan hama penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora spp. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan oleh petani dalam kegiatan penyuluhan menunjukkan petani jagung Desa Kesiut telah memiliki pemahaman dasar budidaya jagung hibrida. Namun, perlu diperkaya pengetahuannya tentang teknik budidaya yang baik dan benar terutama mengenai kebutuhan benih, jarak tanam serta teknik pengendalian hama penyakit. Respon petani terhadap kegiatan ini sangat positif. Kesiut Village, with an area of ​​266 hectares and a population of 2,203 people, the majority of whom work as corn farmers, requires counseling, outreach, and direct demonstrations about hybrid corn cultivation. The method of integrated service activities is lecture activities. Activities are carried out to educate how to cultivate hybrid corn plants, discuss problems, and provide solutions related to hybrid corn cultivation. Initial interview results show that 60% of farmers rarely participate in agricultural training and 40% of corn farmers often experience crop failure. The problem often faced by corn farmers in Kesiut Village is the management of downy mildew pests caused by the fungus Peronosclerospora spp. Based on questions asked by farmers during extension activities, it show that Kesiut Village corn farmers have a basic understanding of hybrid corn cultivation. However, knowledge needs to be enriched regarding good and correct cultivation techniques, especially regarding seed requirements, planting distances, and pest and disease control techniques. Farmers' response to this activity was very positive.
Pendampingan Pascapanen Jeruk Siam untuk Mempertahankan Mutu di Desa Awan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Pratiwi, Ni Putu Eka; Cokorda, Javandira; Widyastuti, Luh Putu Yuni; Ramdhoani
Nusantara Community Empowerment Review Vol. 2 No. 2 (2024): Nusantara Community Empowerment Review
Publisher : LPPM UNUSIDA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55732/ncer.v2i2.1215

Abstract

Produksi jeruk tertinggi di Bali terdapat di Kabupaten Bangli dengan 93.162,3 ton per tahun, tetapi pemasaran jeruk dari desa Awan mengalami kendala daya simpan yang pendek saat pengiriman. Berdasarkan beberapa permasalahan yang dialami perlu dilakukan pendampingan terkait penanganan pascapanen Jeruk Siam yang ideal untuk mempertahankan mutu dan daya simpan hingga ditangan konsumen. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa pelaku usaha Jeruk Siam Desa Awan Kintamani telah berusaha menerapkan teknik pascapanen untuk meningkatkan mutu dan daya simpan jeruk. Mereka melakukan pemanenan tepat waktu, pembersihan dengan metode basah dan kering, penyortiran sesuai standar mutu, serta pengemasan dan penyimpanan pada suhu dan kelembaban ideal. Selain itu, moda transportasi yang aman digunakan untuk menjaga kondisi Jeruk Siam hingga ke pasar dan konsumen. The highest orange production in Bali is in Bangli Regency with 93,162.3 tons per year, but the marketing of oranges from Awan village is constrained by short shelf life during shipping. Based on several problems experienced, it is necessary to help relate to the ideal post-harvest handling of Siamese Oranges to maintain quality and shelf life until they reach consumers. The results of the community service show that Siamese Orange entrepreneurs in Awan Kintamani Village have tried to apply post-harvest techniques to improve the quality and shelf life of oranges. They harvest on time, clean using wet and dry methods, sort according to quality standards, and package and store at ideal temperatures and humidity. In addition, safe transportation modes are used to maintain the condition of Siamese Oranges until they reach the market and consumers.