Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS VEGETASI POHON DI KAWASAN TAMAN MUMBUL SEBAGAI KAWASAN POTENSI WISATA Ananda, Komang Dean; Ariati, Putu Eka Pasmidi; Suparyana, Pande Komang
Agrimeta: Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem Vol 8 No 16 (2018): Agrimeta: Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.682 KB)

Abstract

Kawasan Taman Mumbul merupakan daerah yang memiliki struktur vegetasi yang kerapatannya cukup tinggi, dan memiliki cukup banyak sumber mata-air. Adanya tegakan vegetasi pohon di suatu lahan memberikan peran penting menjaga stabilitas air tanah. Stabilitas air tanah ini akan menjadi sumber mata air yang memiliki banyak manfaat khususnya bagi masyarakat lokal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur vegetasi pohon di Kawasan Taman Mumbul dan melihat potensi wisata yang ada untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Penelitian dilakukan di Kawasan Taman Mumbul, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Analisis vegetasi pohon dilakukan dengan Point of Center Quarter Method (PCQM). Dari hasil penelitian, diperoleh jumlah individu spesies terbanyak di area sebelah timur Pura Utama Taman Mumbul yakni Tectona grandis/Jati dan sebelah barat Pura Utama Taman Mumbul yakni, Theobroma cacao/Cokelat. Nilai INP tertinggi dimiliki oleh Tectona grandis/Jati sebesar 370,43% (timur) dan Cocos nucifera/Kelapa sebesar 150,46% (barat). Indeks Keanekaragaman (H?) di kedua area (timur dan barat) tergolong rendah. Indeks Kemerataan (e) di area timur tergolong rendah dan di area sebelah barat tergolong sedang. Keadaan tersebut menggambarkan pentingnya komposisi vegetasi yang baik agar dapat membantu menjaga ketersediaan air di dalam tanah. Keasrian dan stabilitas debit air menjadi potensi utama kawasan ini sebagai kawasan wisata lokal.
ANALISIS APLIKASI MODEL HUJAN-ALIRAN UNTUK PENDUGAAN ALIRAN PERMUKAAN PADA VEGETASI LANTAI DAN SEMAK DI KAWASAN TAMAN MUMBUL Ananda, Komang Dean; Udiyana, Bagus Putu; Sapanca, Putu Laksmi Yuli
Agrimeta: Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem Vol 9 No 17 (2019): Agrimeta: Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.949 KB)

Abstract

The function of vegetation is to reduce rain erosivity and surface flow by intercepting rainwater that falls on it. The surface of the land covered by vegetation will help the occurrence of rain interception. Rain interception is the retention of rainwater on the surface of the vegetation before water enters the soil or evaporates back into the atmosphere. The Mumbul Park area has grass and bush vegetation that can help interception so that it can maintain the availability of water in the soil and supply water discharge for several springs. The research was conducted in the Taman Mumbul area, Sangeh Village, Abiansemal District, Badung Regency, Bali Province. To estimate surface flow, the Rain-Flow Model Application method is used. From the results of the study, obtained an average runoff in flat land for grass growthform as much as 4,202 cc and shrubs as much as 4,083 cc, on sloping land in a row of 5,473 cc and 6,423 cc, and on sloping land as much as 16,443 cc and 12,325 cc. The waiting time for runoff growthform on flat land and shrubs are 20s and 22s respectively, sloping land 19s and 14s, and sloping land 11s and 10s. Groundwater content during the rainy season is 42.9%; 41.3%; 40.0%. The Taman Mumbul area has several springs with large debits, but during the dry season there is a decrease in spring discharge by 15% to 50%. Even though there is no drought during the dry season in the Mumbul Park area, the decline in the number of springs discharge is a warning to maintain ecosystem stability, especially the hydrological cycle.
MORTALITAS DAN PERTUMBUHAN CRYPTOLESTES FERRUGINEUS STEPHENS (COLEOPTERA: CUCUJIDAE) PADA BEBERAPA TINGKATAN SUHU RUANG Pratiwi, NI Putu Eka; Raka, I Dewa Nyoman; Ananda, Komang Dean
Agrimeta: Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem Vol 9 No 18 (2019): Agrimeta: Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.573 KB)

Abstract

The research on the mortality and growth of Cryptolestes ferrugineus on IR-64 rice variety at the room temperatures of 20°C, 25°C, 30°C, 35°C and 40°C was done at the Pest Laboratory, Department of Plant Pest and Disease, Agriculture Faculty, University of Brawijaya, Malang. The results showed that C. ferrugineus could not survive at 40°C room temperature. The highest mortality of C. ferrugineus imago occurred at 40°C. Eggs produced by adult C. ferrugineus at 40°C cannot hatch into larvae, so development stops during the egg phase. The number of eggs of C. ferrugineus is produced more at room temperature 25°C than room temperature 20°C, 30°C, 35°C, and 40°C by showing the number of eggs at room temperature 25°C(85.20 items) more higher than the room temperature of 20°C(46.40 items), 30°C(55.40 items), 35°C (63.40 items) and 40°C (10.20 items)
PENGGUNAAN ZAT PERANGSANG TUMBUH INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) PADA STEK KEMBANG KERTAS (Bougainvillea spectabilis) Suarni, Fransiska; Sukerta, I Made; Ananda, Komang Dean
AGRIMETA : Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem Vol 10 No 19 (2020): Agrimeta: Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem
Publisher : Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Paper flowers are an important element in landscaps used to provide beauty and for other functions. This study aims to: 1). Determine the effect of the use of different Indole Butyric Acid Growth Stiments on the growth of paper flower buds. 2). find out the best concentration of soaking time by using growthinducing substances Indole Butyric Acid which can provide growth for paper flowers. This study used a randomized block design with 6 treatments and could be repeated 4 times so that 24 treatments were obtained. Based on the research results of paper flowers using indole butyric acid growth stimulants can be concluded as follows: with a long immersion study ranging from L1 to L6 ie 2cc / 1lt of water gives a significantly different effect on all treatments. Indole Butyric Acid growth stimulant with 16 hours of immersion (L6) gives very good results on all treatments observed, namely: shoot growth speed (HST), number of shoots (fruit), plant height (cm) number of leaves (strands), leaf area (cm), plant fresh weight (g), root fresh weight (g), oven dry weight of the plant (g), root oven dry weight (g).
Pengaruh Beberapa Tingkatan Suhu Ruang Terhadap Waktu Perkembangan Cryptolestes ferrugineus Stephens Pratiwi, Ni Putu Eka; Ananda, Komang Dean
Bioedukasi: Jurnal Pendidikan Biologi Vol 13, No 2 (2020): BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan Biologi
Publisher : Department of Biology Education Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret Un

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/bioedukasi-uns.v13i2.42391

Abstract

Cryptolestes ferrugineus (Cucujidae: Laemophloeidae) is a postharvest secondary pest of rice and other food commodity products. The distribution of C. ferrugineus covers tropical or subtropical climates with high humidity. Temperature fluctuations that occur every day affect development C. ferrugineus. The development of the life phase of C. ferrugineus largely determines the amount of its population and its massive impact on the damage caused to storing material. This research was conducted to determine the effect of several levels of room temperature on the development time of C. ferrugineus. The room temperature used in this study was 20°C, 25°C, 30°C, 35°C, and 40°C and was repeated five times. The results showed that the shortest development time of the insect pest C. ferrugineus (26.75 days) occurred at a room temperature of 30°C with a humidity of 68% compared to other room temperatures. The slowest development time for C. ferrugineus occurs at 25°C (42.60 days). At room temperature 40°C eggs produced by adult female C. ferrugineus cannot develop into larvae, so the development C. ferrugineus at 40°C was cut off.
Edukasi Pemilahan dan Pengolahan Sampah Rumah Tangga Menjadi Produk Layak Jual di Desa Belumbang Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan Provinsi Bali Ananda, Komang Dean; Javandira, Cokorda; Widyastuti, Luh Putu Yuni
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (Pamas) Vol 8, No 3 (2024): Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM Universitas Respati Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52643/pamas.v8i3.2182

Abstract

Sampah rumah tangga merupakan permasalahan yang belum dapat diatasi dengan baik dan benar hingga saat ini. Sampah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga dapat berupa sampah organik dari sisa-sisa makanan serta sampah anorganik dari sampah plastik. Desa Belumbang yang merupakan desa wisata perlu memperhatikan aspek lingkungan agar tetap terjaga dan lestari. Dengan adanya kegiatan wisata di Desa Belumbang perlu didukung dengan kondisi alam dan lingkungan yang terjaga kebersihannya. Kebersihan di Desa Belumbang dapat terwujud apabila masyarakat dapat menyadari pentingnya mengelola sampah dengan baik yang diawali dengan proses pemilahan secara mandiri. Metode dalam kegiatan pengabdian ini yakni, metode perencanaan dan observasi, metode penyuluhan, dan metode kuisioner. Responden dalam kegiatan ini terdiri dari 20 orang yang merupakan kader kebersihan desa. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Belumbang yakni adanya peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pemilahan dan pengolahan sampah rumah tangga dari sebelum diberikan edukasi sampai dengan sesudah diberikan edukasi melalui penyuluhan, diskusi, dan demonstrasi kegiatan. Adapun kegiatan diawali dengan seremonial yang mencakup penyerahan bibit cabai dan benih ikan nila dan kemudian dilanjutkan dengan sesi penyuluhan, sesi diskusi dan sesi demonstrasi kegiatan. Peningkatan pemahaman pada aspek pengetahuan yakni dari 66.7% menjadi 87.5% dan aspek perilaku dari 50% menjadi 71%. Persentase tersebut menunjukkan antusiasme dan kesadaran masyarakat akan adanya kegiatan pengabdian ini sehingga memberikan kebermanfaatan dan nilai tambah dalam pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan lingkungan desa yang lestari dan berkelanjutan. Kata kunci: daur ulang, desa wisata, pemilahan, plastik, sampah
Pengembangan Potensi Petani Jagung Melalui Edukasi Budidaya Jagung Hibrida Di Desa Kesiut, Kabupaten Tabanan, Bali Cokorda, Javandira; Widyastuti, Luh Putu Yuni; Ananda, Komang Dean
Nusantara Community Empowerment Review Vol. 2 No. 2 (2024): Nusantara Community Empowerment Review
Publisher : LPPM UNUSIDA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55732/ncer.v2i2.1214

Abstract

Desa Kesiut, dengan luas 266 Ha dan populasi 2.203 jiwa yang mayoritas bekerja sebagai petani jagung, memerlukan penyuluhan, sosialisasi, dan demonstrasi langsung tentang budidaya jagung hibrida. Metode kegiatan pengabdian terpadu ini kegiatan ceramah. Kegiatan dilakukan untuk mengedukasi cara membudidayakan tanaman jagung hibrida, diskusi permasalahan dan pemberian solusi-solusi terkait budidaya jagung hibrida. Hasil wawancara awal menunjukkan bahwa 60% petani jarang mengikuti pelatihan pertanian dan 40% petani jagung sering mengalami gagal panen. Permasalahan yang sering dihadapi petani jagung di Desa Kesiut adalah pengelolaan hama penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora spp. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan oleh petani dalam kegiatan penyuluhan menunjukkan petani jagung Desa Kesiut telah memiliki pemahaman dasar budidaya jagung hibrida. Namun, perlu diperkaya pengetahuannya tentang teknik budidaya yang baik dan benar terutama mengenai kebutuhan benih, jarak tanam serta teknik pengendalian hama penyakit. Respon petani terhadap kegiatan ini sangat positif. Kesiut Village, with an area of ​​266 hectares and a population of 2,203 people, the majority of whom work as corn farmers, requires counseling, outreach, and direct demonstrations about hybrid corn cultivation. The method of integrated service activities is lecture activities. Activities are carried out to educate how to cultivate hybrid corn plants, discuss problems, and provide solutions related to hybrid corn cultivation. Initial interview results show that 60% of farmers rarely participate in agricultural training and 40% of corn farmers often experience crop failure. The problem often faced by corn farmers in Kesiut Village is the management of downy mildew pests caused by the fungus Peronosclerospora spp. Based on questions asked by farmers during extension activities, it show that Kesiut Village corn farmers have a basic understanding of hybrid corn cultivation. However, knowledge needs to be enriched regarding good and correct cultivation techniques, especially regarding seed requirements, planting distances, and pest and disease control techniques. Farmers' response to this activity was very positive.
Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata Pada Pokdarwis Dewi Kesari Tegal Mengkeb Tabanan Bali Wisnawa, I Made Bayu; Putra, I Gede Cahyadi; Putra, I Dewa Made Arik Permana; Ananda, Komang Dean
Jurnal Pengabdian Dosen Republik Indonesia Vol. 1 No. 1 (2024): Jurnal Pengabdian Dosen Republik Indonesia
Publisher : Language Assistance

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengelolaan desa wisata yang berkelanjutan menjadi kunci utama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui optimalisasi potensi pariwisata lokal. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dewi Kesari di Desa Tegal Mengkeb, Tabanan, Bali, dalam mengelola potensi desa wisata secara efektif, profesional, dan berkelanjutan. Metode pelatihan yang digunakan adalah pendekatan partisipatif yang mencakup ceramah, diskusi kelompok, dan simulasi penyusunan paket wisata. Hasil pelatihan menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam pemahaman peserta mengenai manajemen wisata, pemasaran digital, dan pentingnya pelestarian lingkungan serta budaya lokal sebagai daya tarik utama wisata. Evaluasi menunjukkan bahwa 70% peserta mengalami peningkatan keterampilan dalam pemasaran digital dan 35% peningkatan dalam pemahaman tentang konsep wisata berkelanjutan. Pelatihan ini juga berhasil meningkatkan kesadaran peserta akan pentingnya kolaborasi antara pemangku kepentingan dalam pengembangan desa wisata. Disarankan untuk melanjutkan program ini dengan pelatihan lanjutan dan pendampingan yang lebih komprehensif untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan kapasitas secara berkelanjutan
Pelatihan Perancangan dan Pembangunan Teknologi Simorika Dan Sirco Pada Budidaya Perikanan Dan Pertanian Lombok Utara Parmi, Handri Jurya; Iskandar, Muhammad Joni Iskandar; Junaidi, Abdul Majid; Partama, I GD Yudha; Ananda, Komang Dean; Kumara, Dewa Gede Agung Gana
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 4 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Lembaga Dongan Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Belum tersedianya sistem peringatan dini (early warning system) dan monitoring kualitas air kolam secara real time (suhu, pH, kekeruhan, dan DO) yang dapat diakses secara langsung oleh setiap anggota kelompok/pembudidaya dalam menanggulangi kematian udang menjadi permasalahan utama Kelompok Pokdakan Putri Mandiri. Sementara Kelompok Tani Mekar Tani peramasalahannya adalah ketersediaan air yang terbatas dan sistem pengairan masih tradisional. Dengan demikian teknologi SIMORIKA dan SIRCO menjadi solusi permasalahan kelompok mitra. SIMORIKA merupakan teknologi yang digunakan untuk memantau dan melaporkan kondisi kualitas air (suhu, pH, DO, salinitas, kekeruhan, dan ketinggian air) secara real time dan presisi, tanpa harus datang ke lokasi tambak dan juga memiliki fitur early warning system (EWS). Sementara SIRCO yaitu sebagai sistem irigasi otomatis yang dapat dioperasikan secara jarak jauh tanpa harus ke lahan garapan. Lokasi pelatihan ini di Desa Sukadana Kabupaten Lombok Utara. Mitra pelatihan yaitu Kelompok Pokdakan Putri Mandiri dan Kelompok Tani Mekar Tani. Metode pelatihan menggunakan menggunakan Transfer Knowledge, Technology Transfer (TT) dan evaluation. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa perancangan dan pembangunan teknologi diikuti secara partisipatif oleh kelompok. Dengan demikian keterampilan dan kemampuan petani didalam operasional teknologi 65%.
Pengembangan Potensi Petani Jagung Melalui Edukasi Budidaya Jagung Hibrida Di Desa Kesiut, Kabupaten Tabanan, Bali Cokorda, Javandira; Widyastuti, Luh Putu Yuni; Ananda, Komang Dean
Nusantara Community Empowerment Review Vol. 2 No. 2 (2024): Nusantara Community Empowerment Review
Publisher : LPPM UNUSIDA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55732/ncer.v2i2.1214

Abstract

Desa Kesiut, dengan luas 266 Ha dan populasi 2.203 jiwa yang mayoritas bekerja sebagai petani jagung, memerlukan penyuluhan, sosialisasi, dan demonstrasi langsung tentang budidaya jagung hibrida. Metode kegiatan pengabdian terpadu ini kegiatan ceramah. Kegiatan dilakukan untuk mengedukasi cara membudidayakan tanaman jagung hibrida, diskusi permasalahan dan pemberian solusi-solusi terkait budidaya jagung hibrida. Hasil wawancara awal menunjukkan bahwa 60% petani jarang mengikuti pelatihan pertanian dan 40% petani jagung sering mengalami gagal panen. Permasalahan yang sering dihadapi petani jagung di Desa Kesiut adalah pengelolaan hama penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur Peronosclerospora spp. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan oleh petani dalam kegiatan penyuluhan menunjukkan petani jagung Desa Kesiut telah memiliki pemahaman dasar budidaya jagung hibrida. Namun, perlu diperkaya pengetahuannya tentang teknik budidaya yang baik dan benar terutama mengenai kebutuhan benih, jarak tanam serta teknik pengendalian hama penyakit. Respon petani terhadap kegiatan ini sangat positif. Kesiut Village, with an area of ​​266 hectares and a population of 2,203 people, the majority of whom work as corn farmers, requires counseling, outreach, and direct demonstrations about hybrid corn cultivation. The method of integrated service activities is lecture activities. Activities are carried out to educate how to cultivate hybrid corn plants, discuss problems, and provide solutions related to hybrid corn cultivation. Initial interview results show that 60% of farmers rarely participate in agricultural training and 40% of corn farmers often experience crop failure. The problem often faced by corn farmers in Kesiut Village is the management of downy mildew pests caused by the fungus Peronosclerospora spp. Based on questions asked by farmers during extension activities, it show that Kesiut Village corn farmers have a basic understanding of hybrid corn cultivation. However, knowledge needs to be enriched regarding good and correct cultivation techniques, especially regarding seed requirements, planting distances, and pest and disease control techniques. Farmers' response to this activity was very positive.