Kalaka, Jhon
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Tendensi Sosial di Balik Perumpamaan Unik Lukas: Analisis Tematis Lukas 9:51–19:44 Prabowo, Paulus Dimas; Kalaka, Jhon
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 4, No 2 (2023): November
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55097/sabda.v4i2.92

Abstract

This article entitled "Social Tendencies Behind Luke's Unique Parable: Thematic Analysis of Luke 9:51–19:44" is a review to answer the meaning behind the inclusion of Luke's unique parable in chapter 9:51–19:44. This section is interesting because it is a narrative leading up to Jesus' death. The parable in it is similar to the last will of someone who will soon die. Several scholars have proposed various interpretations regarding the meaning of this unique parable. Through thematic analysis and literature study methods, it was found that the unique parable in Luke 9:51–19:44 has a social tendency, where the gospel is related to social equality, social concern, and social consequences. Luke pays more attention to social life in his gospel. AbstrakArtikel berjudul “Tendensi Sosial di Balik Perumpamaan Unik Lukas: Analisis Tematis Lukas 9:51–19:44” ini merupakan sebuah ulasan untuk menjawab makna di balik pencantuman perumpamaan unik Lukas di dalam pasal 9:51–19:44. Bagian ini menarik karena merupakan narasi menjelang kematian Yesus. Perumpamaan di dalamnya berupa wasiat terakhir dari seseorang yang akan segera mati. Beberapa sarjana telah mengusulkan beragam tafsiran mengenai makna perumpamaan unik tersebut.  Melalui metode analisis tematik dan studi literatur, ditemukan hasil bahwa perumpamaan unik dalam Lukas 9:51–19:44 memiliki tendensi sosial, dimana injil berkaitan dengan kesetaraan sosial, kepedulian sosial, dan konsekuensi sosial. Lukas menaruh perhatian yang lebih terhadap kehidupan sosial di dalam Injilnya. 
GEREJA YANG BERBAGI DAYA DALAM MISI LINTAS BUDAYA: KAJIAN MISIOLOGIS ROMA 15:22-33 Prabowo, Paulus Dimas; Kalaka, Jhon
Manna Rafflesia Vol. 9 No. 2 (2023): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38091/man_raf.v9i2.304

Abstract

The church has been chosen as God's mission agent in the time of grace to express God's love for all ethnic groups in the world in a cross-cultural mission program. However, church mission activities (missio ecclesiae) in cross-cultural missions are often interpreted as limited to preaching the gospel by taking Matthew 28:19-20 to be the primary text reference. Evangelicals and Pentecostals widely hold this view. Considering other texts, it will be evident that the local church's involvement in cross-cultural missions is more expansive to include other activities. Through the method of thematic analysis of Romans 15:22-33, through a missiological lens, it is revealed that the church can share power in cross-cultural missions in three ways: accompanying evangelism in the field and donating funds for humanitarian services and praying for ongoing tasks. Church involvement is holistic, touching both spiritual and physical aspects.
Kesatuan Eklesial di Tengah Budaya Individual Berdasarkan Filipi 2:1-4 Kalaka, Jhon
Jurnal Ilmiah Tafsir Alkitab Vol. 1 No. 1: JUITA (Jurnal Ilmiah Tafsir Alkitab) 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69668/juita.v1i1.4

Abstract

Budaya individualisme yang semula dikenal masif di dunia Barat perlahan mulai merata ke berbagai belahan dunia. Sikap semacam itu rupanya juga telah bersarang di kehidupan gereja masa kini. Individualisme mengarah pada narsisme dan pengabaian seorang akan yang lain. Namun kondisi ini sebetulnya bukan perkara baru. Di zaman gereja mula-mula telah ada hal semacam ini. Nasihat untuk kesatuan dalam Surat Filipi ditulis oleh Paulus untuk menangani adanya individualisme di antara jemaat Filipi yang menimbulkan perpecahan. Artikel ini meneliti Filipi 2:1-4 dalam perspektif eklesiologis guna menunjukkan bahwa Paulus membahas kesatuan eklesial yang pada gilirannya dapat dipakai untuk menangani gaya hidup individualistik. Pertanyaan penelitian yang layak diajukan ialah: apa saja prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk membangun kesatuan eklesial di tengan budaya individual? Melalui metode eksposisi dan studi literatur, ditemukan ada beberapa prinsip untuk mewujudkan kesatuan eklesial di tengah budaya individual, yakni satu dasar kesatuan, empat pilar kesatuan, tiga sifat kesatuan, dan dua sikap kesatuan.