p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Lampuhyang
Putra Gotama, Putu Andyka Andyka
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Arah Pengembangan Kurikulum Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia Mendukung Merdeka Belajar Di Era Revolusi Industri 4.0 Putra Gotama, Putu Andyka Andyka; Artika, I Wayan
Lampuhyang Vol 15 No 1 (2024)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v15i1.373

Abstract

Revolusi industri saat ini disebut dengan revolusi industry 4.0. Revolusi industry ini ditandai dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia termasuk dalam dunia Pendidikan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah merespons perkembangan tersebut dengan mengeluarkan kebijakan-kebiajakan yang mesti diterapkan dalam dunia pendidikan. Dalam pendidikan, kurikulum merupakan “rohnya” yang sifatnya dinamis mengikuti perkembangan zaman. Pengembangan kurikulum harus dilakukan sebagai respons atas perkembangan IPTEK, kebutuhan masyarakat, serta kebutuhan pengguna lulusan. Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya mencakup: perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Dalam prinsip pengambangan kurikulum terdapat beberapa hal pokok, yakni prinsip umum dan prinsip khusus. Melihat perkembangan tersebut, Pendidikan Tinggi, melalui Program Studinya wajib untuk melakukan restrukturisasi kurikulum untuk dapat menyediakan fasilitas kemerdekaan bagi mahasiswa dalam belajar sesuai dengan kebijakan dari pemerintah. Hal ini berlaku untuk semua Prodi di Pendidikan Tinggi, salah satunya adalah Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dibahas tentang arah pengembangan kurikulum Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia mendukung merdeka belajar di era revolusi industri 4.0. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hakikat pengembangan kurikulum dan arah pengembangan kurikulum Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia mendukung merdeka belajar di era revolusi industri 4.0. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan empiris dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara serta studi kepustakaan. Adapun analisis data yang digunakan adalah Teknik analisis data kualitatif secara induktif. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dinyatakan bahwa pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang baik. Pengembangan kurikulum harus pula memperhatikan kebutuhan pembelajaran Era Industri 4.0 dan Society 5.0, Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Suwandi (2020) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi semestinya juga dikembangkan dengan mengacu pada teori pendidikan berdasarkan standar (standard-based education) atau pendidikan berbasis capaian (outcome-based education) dan kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum) atau kuriklulum berbasis capaian (outcome-based curriculum). Selama ini pembelajaran sastra hanya berada pada tataran permukaan saja pada mata Pelajaran/matakuliah di sekolah ataupun Perguruan Tinggi, sehingga Sastra belum bisa dijadikan basis dalam peningkatan nilai/karakter siswa/mahasiswa. Oleh karena itu yang dibutuhkan tidak hanya pembaharuan kurikulum, namun juga guru atau dosen yang aktif mengapresiasi sastra baik dalam hal membaca buku sastra, menulis, mengalihwahanakan, termasuk apresiasi yang lain. Jika guru atau dosen aktif dalam mengapresiasi sastra, maka siswa/mahasiswapun akan termotivasi untuk mempelajari sastra. Kemudian, terkait dengan kurikulum yang berujung pada proses pembelajaran, sekarang ini yang dibutuhkan adalah suatu projek. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya belajar sastra itu menginginkan outpun berupa karya. Karya yang dimaksud adalah karya sastra tertulis atau bentuk lain dalam apresiasi sastra. Hal ini mesti menjadi inti dari kurikulum sastra. Pengembangan kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya mesti dilaksanakan. Kurikulum Pendidikan Tinggi secara anatomis terdiri atas: (1) Identitas Program Studi, (2) Evaluasi Kurikulum dan Tacer study, (3) Landasan Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (4) Rumusan Standar Kompetensi Lulusan dinyatakan dalam Capaian Pembelajaran Lulusan, (5) Penetapan Bahan Kajian berdasarkan CPL, (6) Pembentukan Mata Kuliah dan penentuan bobot sks, (7) Struktur Mata Kuliah, (8) Rencana Pembelajaran Semester, dan (9) Manajemen dan Mekanisme Pelaksanaan kurikulum (Suwandi, 2020). Pada dasarnya prinsip pengembangan kurikulum terdiri atas 2 bagian, yakni prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum pengembangan kurikulum tersebut terdiri atas relevasi,fleksibilitas, kontinuitas, praktis dan efesiensi, efektivitas. Sementara itu, prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum berkaitan dengan tujuan pendidikan, isi pendidikan, proses pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diberikan saran kepada para dosen hendaknya melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku dengan segala prinsip yang dikehendaki oleh kurikulum tersebut, para pengembang kurikulum dalam hal ini adalah Prodi diharapkan memperhatikan prinsip pengembangan kurikulum, baik prinsip umum maupun prinsip khusus dan peneliti lain diharapkan terus mengembangkan kajian sejenis karena pada dasarnya kurikulum itu dinamis, terus berkembang seiring perkembangan IPTEK dan kebutuhan industry.
Tradisi Megibung Di Kabupaten Karangasem Kajian Folklor Putra Gotama, Putu Andyka Andyka; Artika, I Wayan; Artawan, Gde; Paramarta, , I Ketut
Lampuhyang Vol 15 No 2 (2024)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v15i2.387

Abstract

Hadirnya revolusi industri 4.0 tidak hanya berdampak pada perubahan kemajuan teknologi, namun juga berdampak pada kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Dampak tersebut mengakibatkan bergesernya nilai-nilai dari beberapa kebudayaan. Pergeseran ini terjadi di seluruh pulau di Indonesia, salah satunya adalah Bali. Setiap kabupaten di Bali sangat kaya dengan tradisi begitu pula halnya dengan Kabupaten Karangasem. Salah satu tradisinya adalah tradisi megibung. Walaupun tradisi megibung ini sarat akan nilai-nilai yang baik, namun seiring perkembangan zaman sekarang ini, tradisi megibung sudah mulai tergantikan posisinya dengan prasmanan. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan terhadap nilai-nilai negatif dari tradisi megibung yang mengakibatkan munculnya resistensi dari tradisi tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini akan dibahas mengenai konsep dasar tradisi megibung dan nilai positif, serta negatif dari tradisi megibung. Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan empiris. Sementara itu, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Metode penentuan subjek yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampling nonprobability dengan jenis purposive sampling (sampling yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu). Metode pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara dan studi kepustakaan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara induktif mulai dari Reduksi data, klasifikasi data, display data, interpretasi data, dan penarikan Kesimpulan. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah dapat disimpulkan bahwa megibung memiliki konsep dasar adalah makan bersama. Ada beberapa tata tertib yang mesti diikuti dalam proses megibung yaitu mulai menikmati hidangan ketika sudah dipersilakan oleh pemilik hajatan, tidak boleh mengambil makanan yang berada di depan seseorang, anggota terdiri atas 6-8 orang dalam satu kelompok, memulai dan mengakhiri proses megibung dilakukan bersama-sama, dan dipimpin oleh orang yang dituakan di kelompok tersebut. Tradisi megibung sarat akan nilai-nilai positif, diantaranya adalah nilai kebersamaan, gotong royong, kedisiplinan, demokrasi, toleransi, kekeluargaan, dan religius. Selain nilai positif tersebut di atas, megibung juga memiliki nilai negatif bagi sebagian masyarakat. Nilai negatif ini menyebabkan munculnya resistensi yang mengakibatkan tradisi megibung ini mulai bergeser ke prasmanan. Nilai negatif tersebut antara lain adalah……….