Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS KADAR INTERFERON GAMMA MENGGUNAKAN METODE FLUORESCENCE IMMUNOASSAY (FIA) DAN ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA PASIEN TUBERKULOSIS Trimulyani, Annisa; Khoirul Abror, Yogi; Marliana, Nina; Merdekawati, Fusvita
Jurnal Kesehatan Siliwangi Vol. 4 No. 3 (2024): JURNAL KESEHATAN SILIWANGI
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tuberkulosis merupakan 1 diantara 10 penyebab kematian tertinggi diseluruh dunia. Berdasarkan data Global Tuberculosis Report 2022, Indonesia berada pada posisi kedua pada tahun 2021 dengan jumlah penderita tuberkulosis terbanyak di dunia. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar melalui udara dari droplet. Infeksi M. tuberculosis dapat dideteksi melalui pemeriksaan imunoserologis, yaitu pemeriksaan Interferon Gamma Release Assays (IGRA). Pemeriksaan IGRA digunakan untuk mengukur produksi sitokin interferon gamma sebagai respon spesifik terhadap antigen M. tuberculosis Early Secretory Antigenic Target-6 (ESAT-6) dan Culture Filtrate Protein-10 (CFP-10) secara in vitro selama 16 - 24 jam. Semakin berkembangnya teknologi saat ini terdapat metode baru yaitu Fluorescence Immunoassay (FIA) yang hasilnya lebih cepat keluar dibandingkan dengan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) yang sudah direkomendasikan oleh WHO, memerlukan waktu 3 jam sampai hasil selesai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kadar interferon gamma menggunakan metode Fluorescence Immunoassay (FIA) dan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) pada pasien tuberkulosis. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain penelitian static group comparation. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 30. Hasil kadar interferon gamma menggunakan metode Fluorescence Immunoassay (FIA) didapatkan rata-rata 2.83 IU/mL dan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) 2.78 IU/mL. Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil nilai Asymp. Sig. 0.109 > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar interferon gamma menggunakan metode Fluorescence Immunoassay (FIA) dan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN IgG DAN IgM PADA PENDERITA DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) METODE ENZYME-LINKED FLUORESCENT ASSAY (ELFA) DENGAN ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) Musfirani, Nia; Marliana, nina; Rohayati; Khoirul Abror, Yogi
Jurnal Kesehatan Siliwangi Vol. 4 No. 3 (2024): JURNAL KESEHATAN SILIWANGI
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/jks.v4i3.2017

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Dalam melakukan diagnosis salah satunya dengan melakukan uji serologi untuk DHF. Tes serologi ini untuk mengidentifikasi adanya IgG atau IgM virus dengue di dalam tubuh. Pemeriksaan DHF IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue. Gold standar untuk tes serologi menggunakan metode Enzyme Linked Immonosorbent Assay (ELISA). Semakin berkembangnya teknologi dan berbagai penelitian telah dikembangkan, pemeriksaan DHF IgG dan IgM dapat digunakan dengan metode Enzyme Linked Fluorescent Assay (ELFA). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan kadar IgG dan IgM pada penderita DHF menggunakan metode ELFA dan ELISA. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan membandingkan hasil pemeriksaan DHF IgG dan IgM menggunakan metode ELFA dengan ELISA. Dalam penelitian ini menggunakan sampel pasien tersangka DHF yang melakukan pemeriksaan DHF IgG dan IgM. Data hasil penelitian ini diolah menggunakan grafik untuk DHF IgG dan IgM kemudian untuk DHF IgM dilanjutkan dengan Uji Wilcoxon Signed Rank. Hasl Penelitian dilihat dari grafik tidak terdapat perbedaan kadar DHF IgG dan IgM menggunakan metode ELFA dan ELISA. Berdasarkan hasil uji statistik untuk DHF IgM diperoleh nilai signifikasi Asymp Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar DHF IgG dan IgM menggunakan metode ELFA dan ELISA.
PERBANDINGAN HASIL HBsAg dan Anti HBs METODE CHEMILUMINESCENT MICROPARTICLE IMMUNOASSAY (CMIA) ANTARA ALAT ALINITY-i DAN ARCHITECT-i2000SR Deswiani, Puri; Marliana, Nina; Khoirul Abror, Yogi; Rohayati
Jurnal Kesehatan Siliwangi Vol. 4 No. 3 (2024): JURNAL KESEHATAN SILIWANGI
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/jks.v4i3.2025

Abstract

Hepatitis B merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit baik akut maupun kronis. Prevalensinya masih tinggi di Indonesia meskipun cakupan imunisasi Hepatitis B mencapai 86,8 % namun hampir 70 % masyarakat rentan terhadap infeksi virus Hepatitis B. Pemeriksaan HBsAg dan Anti HBs adalah uji skrining darah yang dapat dilakukan secara otomatis menggunakan metode Chemiluminescent Microparticle Immunoassay (CMIA) pada alat Alinity-i dan Architect-i2000SR. Pemeriksaan ini dibandingkan dengan alat Architect-i2000SR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui rata – rata kadar HBsAg dan Anti HBs serta perbedaan antara kedua alat. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Dalam penelitian ini menggunakan darah pasien dengan kadar HBsAg reaktif dan Anti HBs positif. Data hasil penelitian diolah menggunakan uji Saphiro Wilk. Hasil penelitian uji normalitas HBsAg antara alat. Alinity-i dan Architect-i2000SR didapatkan nilai signifikansi 0,000 menunjukkan data terdistribusi tidak normal. Adapun hasil uji normalitas Anti HBs antara alat Alinity-i dan Architect-i2000SR didapatkan nilai signifikansi 0,072 dan 0,075 menunjukkan data terdistribusi normal. Selanjutnya hasil uji statistik HBsAg dan Anti HBs antara kedua alat diperoleh nilai signifikansi Asymp sig. > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan antara alat Alinity-i dan Architect-i2000SR.
OPTIMASI VARIASI VOLTASE DAN WAKTU TERHADAP KUALITAS PITA DNA ESCHERICHIA COLI PADA PROSES ELEKTROFORESIS GEL AGAROSA nur amani putri, afifah; Iin Nur Indra, Asep; Merdekawati, Fusvita; Khoirul Abror, Yogi
Jurnal Kesehatan Siliwangi Vol. 5 No. 2 (2024): JURNAL KESEHATAN SILIWANGI
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Escherichia coli is one of the causes of foodborne illness. Conventional PCR is a PCR method that is carried out qualitatively followed by visualization on agar electrophoresis. Agarose gel electrophoresis is a technique that is often used in various fields of science to separate a mixture of DNA on agarose substrate. This method is used to perform qualitative analysis of DNA samples. In electrophoresis, there are factors that affect the movement of DNA molecules, one of which is voltage. In addition, the length of time of the electrophoresis process can also affect the effectiveness of the results and the rate of migration. When the electrophoresis process time is short, large DNA fragments still tend to stick. Purpose: Therefore, it is necessary to balance the voltage and time given to get good DNA banding results. Methods: The research unit that will be used is the result of amplification of Escherichia coli 16SrRNA gene DNA measuring 584 bp. The electrophoresis process was carried out with voltage variations of 50, 100, 150 volts and time variations of 30, 45, 60 minutes. Observation of electrophoresis results that have formed DNA bands will be measured the area of DNA bands using ImageJ application. Conclusion: Based on the results of the study concluded that: The optimum voltage in the electrophoresis process in obtaining good E.coli DNA bands is at a voltage of 150 volts. The optimum time in the electrophoresis process in obtaining good E.coli DNA bands is for 30 minutes.