Siti Hardi Yanti Cahyati
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Literature Review : Pengetahuan Calon Pengantin terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Siti Hardi Yanti Cahyati; Hapsari Windayati; Hapita; Chicin Jesika Ardiyanti; Siti Salma; Eny Luthfiyah Fitrotin; Agustina; Ita Purnamasari; Misnawati
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 2 No. 2 (2023): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Giving Tetanus Toxoid (TT) vaccination to women before marriage aims to prevent and protect against tetanus. One of the factors influencing the low coverage of TT vaccine is due to the lack of knowledge of women of childbearing age, especially prospective brides. The aim of this literature review is to determine the relationship between prospective brides and grooms and the implementation of tetanus toxoid (TT) immunization. This research uses a systematic review method, namely a search for both international and national literature. A total of 6 articles sourced from Google Scholar, Garuda and Sinta were reviewed for inclusion criteria, namely articles that could be accessed in full text in PDF format, in Indonesian or English, articles published in 2018-2023. The results of the article review show that the majority of women of childbearing age or catin who have high knowledge carry out TT immunization. Respondents who did not want or were afraid to get TT immunization were related to the dangerous ingredients contained in the immunization because of the respondents' ignorance of TT immunization. The conclusion of the analysis of the six articles shows that 5 articles say there is a relationship between the prospective bride and groom's knowledge (catin) and Tetanus Toxoid (TT) immunization and 1 article says there is no relationship between the prospective bride and groom's knowledge (catin) and Tetanus Toxoid (TT) immunization. It is hoped that health workers (midwives, nurses) will conduct outreach about the importance of immunization for women of childbearing age and provide motivation to get TT immunization to prevent tetanus. Abstrak Pemberian vaksinasi Tetanus Toxoid (TT) pada wanita sebelum menikah bertujuan untuk pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus. Salah satu factor yang mempengaruhi masih rendahnya cakupan pemberian vaksin TT dikarenakan kurangnya pengetahuan wanita usia subur terutama calon pengantin. Tujuan dari literature review ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara calon pngantin dengan pelaksaanan imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Penelitian ini menggunakan metode sistematika review yaitu sebuah pencarian literatur baik internasional maupun nasional. Sebanyak 6 artikel bersumber dari Google Scholar, Garuda dan Sinta ditelaah kriteria inklusi yaitu artikel yang dapat diakses secara full text dalam format pdf, berbahasa Indonesia atau Bahasa inggris, asrtikel terbitan tahun 2018-2023. Hasil tinjauan artikel menunjukkan bahwa Sebagian besar wanita usia subur atau catin yang memiliki pengetahuan tinggi melakukan imunisasi TT. Responden yang tidak mau atau takut untuk mendapatkan imunisasi TT terkait dengan bahan-bahan yang berbahaya yang terdapat di dalam imunisasi tersebut karena ketidaktahuan responden terhadap imunisasi TT. Kesimpulan hasil anaisis keenam artikel menunjukkan bahwa 5 artikel mengatakan ada hubungan antara pengetahuan Calon Pengantin (catin) dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan 1 artikel mengatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan calon pengantin (catin) menunjukkan bahwa dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Diharapkan kepada tenaga kesehatan (bidan, perawat) untuk mengadakan sosialisasi tentang penting imunisasi pada wanita usia subur dan memberikan motivasi agar mendapatkan imunisasi TT guna mencegah terjadinya penyakit tetanus.
Akupreasure sebagai Upaya Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri di Dusun II Desa Bangun Mulyo Misnawati; Hapita; Chicin Jesika Ardiyanti; Siti Hardi Yanti Cahyati; Riandari, Dian Ayu; Listiyaningsih, Moneca Diah
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 3 No. 2 (2024): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dysmenorrhea is pain that occurs before and during menstruation. It is usually described as an intense cramping sensation in the lower abdomen, often accompanied by other symptoms such as sweating, headache, nausea and vomiting. As many as 90% of adolescent women worldwide experience problems during menstruation, and more than 50% of women experience primary dysmenorrhea, with 10-20% of them having quite severe symptoms. It is reported that 30-60% of adolescent girls experience dysmenorrhea, and 7-15% of them have to miss school or work. Therefore, communication, information, and education (IEC) or counseling activities are needed in dealing with dysmenorrhea to detect early complications or symptoms that may appear, especially in adolescents  (Sarmanah et al., 2023) The purpose of this activity is to provide complementary acupressure therapy to adolescent girls in Dusun II, Bangun Mulyo Village, as a way to overcome dysmenorrhea. This activity was carried out considering that there are still many young women who do not understand how to deal with menstrual pain. Dysmenorrhea is a significant public health problem because it can affect productivity in the workplace and education. To overcome this, the community service team seeks to facilitate counseling and training for adolescent girls so that they understand, instill, and apply acupressure techniques independently at home, and are able to demonstrate this method so that complaints of dysmenorrhea in adolescents can be reduced. This community service was carried out for one day at Posyandu Dusun II, Bangun Mulyo Village, Waru District. This community service was carried out in three stages. The first stage was to conduct a pre-test to adolescents who attended counseling to measure their initial knowledge of dysmenorrhea management. The second stage includes socialization and acupressure training to overcome dysmenorrhea. The third stage is an evaluation of the acupressure method that has been taught to adolescent girls.Keywords: Acupressure Technique.   Abstrak Dismenore adalah nyeri yang terjadi sebelum dan selama menstruasi. Nyeri ini biasanya digambarkan sebagai sensasi kram intens di perut bagian bawah, sering disertai dengan gejala lain seperti berkeringat, sakit kepala, mual, dan muntah. Sebanyak 90% remaja wanita di seluruh dunia mengalami masalah saat menstruasi, dan lebih dari 50% wanita mengalami dismenore primer, dengan 10-20% di antaranya memiliki gejala yang cukup parah. Dilaporkan bahwa 30-60% remaja wanita mengalami dismenore, dan 7-15% dari mereka harus absen dari sekolah atau pekerjaan. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) atau konseling dalam menangani dismenore untuk mendeteksi dini komplikasi atau gejala yang mungkin muncul, terutama pada remaja (Sarmanah et al., 2023) Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan terapi akupresur komplementer kepada remaja putri di Dusun II, Desa Bangun Mulyo, sebagai cara untuk mengatasi dismenore. Kegiatan ini dilakukan mengingat masih banyaknya remaja putri yang belum memahami cara mengatasi nyeri haid tersebut. Dismenore menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan karena dapat memengaruhi produktivitas di tempat kerja dan pendidikan. Untuk menanggulangi hal ini, tim pengabdian masyarakat berupaya memfasilitasi penyuluhan dan pelatihan bagi remaja putri agar mereka memahami, menanamkan, dan menerapkan teknik akupresur secara mandiri di rumah, serta mampu mendemonstrasikan metode ini sehingga keluhan dismenore pada remaja dapat berkurang. Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan selama satu hari di Posyandu Dusun II, Desa Bangun Mulyo, Kecamatan Waru. Pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah melakukan pre-test kepada remaja yang mengikuti penyuluhan untuk mengukur pengetahuan awal mereka mengenai penatalaksanaan dismenore. Tahap kedua meliputi sosialisasi dan pelatihan akupresur untuk mengatasi dismenore. Tahap ketiga adalah evaluasi mengenai metode akupresur yang telah diajarkan kepada remaja putri.
Asuhan Kebidanan Continuity of Care pada Ny “W” Usia 25 Tahun dengan Anemia Ringan Siti Hardi Yanti Cahyati; Vistra Veftisia
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 3 No. 2 (2024): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Continuity of care is the provision of midwifery care starting from pregnancy, delivery, postpartum, neonate to deciding to use birth control. This aims as an effort to assist, monitor, and detect the possibility of complications accompanying the mother and baby from pregnancy until the mother uses birth control. Midwifery care methods at Sebakung Jaya Health Center through home visits by providing counseling according to the mother's needs. Midwifery care given to Mrs. W lasted from the period of pregnancy, delivery of the puerperium, neonates, to family planning with the frequency of pregnant visits 3 times, childbirth 1 time, puerperium 4 times, neonates 3 times and family planning 1 time. In Mrs.W, the pregnancy process experienced mild anemia due to disturbances in nutritional patterns and complaints of back pain. The management given during pregnancy is to provide counseling about anemia, danger signs of anemia in TM III pregnancy, nutrition IEC, IEC on how to take Fe tablets, increase Fe doses and re-support examinations and IEC on how to overcome back pain by reducing heavy lifting and reducing activity. The labor process was normal and management was carried out according to 60 APN steps. On the 3rd day postpartum midwifery care, the mother complained of low milk output so the breeder provided oxytocin massage care to the mother. In providing obstetric care for birth control, the mother has been given counseling and has decided to use prosgestin pills at 30 days postpartum. Continuity of care that has been carried out on Mrs. W during pregnancy, childbirth, postpartum, newborn and family planning. It is expected that the midwifery profession in providing continuous midwifery care (Continuity Of Care) will always apply midwifery management, maintain and improve competence in providing care in accordance with midwifery service standards.   Abstrak Asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity Of Care) yaitu pemberian asuhan kebidanan mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, neonatus hingga memutuskan menggunakan KB. Hal ini bertujuan sebagai upaya untuk membantu, memantau, dan mendeteksi adanya kemungkinan timbulnya komplikasi yang menyertai ibu dan bayi dari masa kehamilan sampai dengan ibu menggunakan KB. Metode asuhan kebidanan di Puskesmas Sebakung Jaya melalui kunjungan rumah dengan memberikan konseling sesuai dengan kebutuhan ibu. Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. W berlangsung dari masa kehamilan, bersalin nifas, neonatus, sampai KB dengan frekuensi kunjungan hamil sebanyak 3 kali, persalinan 1 kali, nifas 4 kali, neonatus 3 kali serta KB sebanyak 1 kali. Pada Ny.W proses kehamilan mengalami anemia ringan diakibatkan karena ganggu pola nutrisi dan keluhan sakit pinggang. Penatalaksanaan yang diberikan pada masa kehamilan yaitu memberikan konseling tentang anemia, tanda bahaya anemia di kehamilan TM III, KIE nutrisi, KIE cara mengkonsumsi tablet Fe, menaikkan dosis Fe dan pemeriksaan penunjang ulang serta KIE cara mengatasi sakit pinggang yaitu dengan mengurangi angkat berat dan mengurangi aktifitas. Pada proses persalinan berjalan normal dan penatalaksanaan telah dilakukan sesuai 60 langkah APN. Pada asuhan kebidanan masa nifas hari ke-3 ibu mengeluhkan pengeluaran ASI sedikit sehingga penulia memberikan asuhan pijat oksitosin pada ibu. Dalam memberikan asuhan kebidanan KB ibu telah diberikan konseling dan telah memutuskan untuk menggunakan KB pil prosgestin pada 30 hari postpartum. Asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity Of Care) yang telah dilakukan pada Ny. W saat hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana. Diharapkan profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity Of Care) selanjutnya selalu menerapkan manajemen kebidanan, mempertahankan dan meningkatkan kompetensi dalam memberikan asuhan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.