Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Persamaan dan Perbedaan Apologi Tafsīr Fī zhilal Al-Quran dengan Tafsīr Al-Munīr Fī Al-‘Aqīdah wa Al-Syarīah wa Al-Manhaj pada Konteks ayat-ayat Thāghūt Fauji, Hari; Waehama, Muhammad Roflee
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 3 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i3.29261

Abstract

Latar belakang penelitian ini karena Sayyid Quthb memaknai thāghūt dalam konteks kekuasaan menurut tsaqāfahnya. Begitu pula tafsir moderat yaitu Wahbah Al-Zuhaili yang menafsirkan thāghūt dalam konteks berhala. Penelitian ini bertujuan untuk mendemonstrasikan konsep thāghūt dari dua kitab tafsir yang berbeda. Serta menghasilkan konteks penafsiran thāghūt pada dua kitab tafsir dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan permintaan maaf tafsīr fī zhilal dan tafsīr al-munīr dalam menafsirkan ayat thāghūt. Pendekatan analisisnya menggunakan komparatif, dengan membandingkan dua tafsir kemudian merumuskan persamaan dan perbedaan sifat konteks thāghūt. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif dengan model jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian mengenai konsep thāghūt dalam Al-Quran adalah sebagai berikut: Pertama, salah satu contoh dalil permintaan maaf dari kedua tafsir tersebut, misalnya mengenai Surat Al-Baqarah 256 dalam hal persamaan mengenai tafsir thāghūt, pada ayat ini tidak ada persamaannya. Sayyid Quthb memaknai thāghūt sebagai kekuatan suatu sistem pemerintahan, karena mengacu pada konteks agama sebelumnya yang bersifat memaksa, sedangkan Wahbah thāghūt adalah perbudakan terhadap berhala, karena sudah jelas kebenarannya telah datang. Kedua, Surat Al-Zumar 17 antara persamaan zhilal dan al-munīr sama-sama mengartikan thāghūt sebagai ibadah kepada selain Allah, namun zhilal tidak menyebutkan bentuk ibadahnya sedangkan al-munir adalah patung dan berhala.
Pelatihan Administrasi Tingkat Dasar Dalam Membangun Potensi Wisata Di Kecamatan Cilengkrang Wijanarko, Arviyan Wisnu; Fauji, Hari
BERBAKTI : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 No 2 (2023): BERBAKTI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat | September 2023
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/berbakti.v1i2.2577

Abstract

Understanding is not always obtained through higher education but can also be obtained from short, solutive training. Cilengkrang District is an area in Bandung Regency with tourism potential that can increase regional income, considering its geographical conditions in the highlands with tourism potential in the form of a view of the city of Bandung as well as hills and waterfalls. However, the utilization of this potential is less than optimal which after being identified and observed has problems related to the application of document administration. So that this training was held aiming to provide an understanding in applying basic level administration. The implementation method begins with identification and observation to find out the root of the problem and the solution, then socialization is carried out to provide apperceptions about the problems that occur and the solutions offered and interviews to recruit eligible participants, followed by implementation or materials and competency tests. The conclusions and results obtained in this training are the feasibility of the training participants so that they are considered capable of applying basic level administration in managing tourist attractions which are potential villages in receiving regional income as evidenced by the final value of the training participants. Even though the administration still uses conventional methods, it does not rule out the possibility for participants to apply administration digitally.
Tafsir Ijmali pada Q.S Al-Fatihah dalam Tafsir Al-Jalalain Ghoni, Abdul; Fauji, Hari
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 5, No 2 (2022): Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
Publisher : Program Studi Studi Agama-Agama Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/hanifiya.v5i2.18324

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana kemunculan tafsir ijmali, dasar dan urgensi, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangannya, serta metode penerapannya pada surat al-fatihah dalam tafsir al-Jalalain. Jenis penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis data, dan menginterprestasikannya. Dan didukung dengan data-data primer dan sekunder melalui pendekatan tafsir ijmali. Hasil risetnya yaitu ditemukan pokok pembahasan bahwa pada zaman Nabi kondisi menafsirkan Alquran hanya sebatas penafsiran dari Nabi dan belum ada istilah tafsir ijmali saat itu, namun penafsiran beliau implementasinya seperti tafsir ijmali. Kemunculan istilah tafsir ijmali tidak secara langsung ada, tetapi bertahap yaitu lahir dan berkembangnya tafsir menjadi ilmu tersendiri yang terpisah dari hadis, seiring mengikuti kemajuan ilmu pada masa akhir bani umayyah dan awal bani abbasiyyah. Dasar dan urgensi tafsir ijmali memeberikan kontribusi yang mendasar bagi mufassir awal dalam mengkaji tafsir-tafsir Alquran. Dalam penafsirannya, tafsir ijmali memiliki langkah-langkah umum yang termuat dalam bahasa ringkasnya menjadi tiga poin, diantaranya tafsir ijmali diterapkan berdasarkan urutan-urutan teks Alquran mengikuti ayat-ayat yang sesuai dengan pengaturannya, terkadang mengedepankan asbab al-Nuzul, dan mufassir mengklasifikasi maknanya secara umum sehingga menampakkan maksud dan tujuan pada ayat-ayat Alquran. Kemudian tentunya tafsir ijmali bukan satu-satunya tafsir yang sempurna, pasti dalam implementasinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kelebihannya mempermudah tahap awal bagi mufassir pemula, dengan tampak sederhana, mudah, praktis dan cepat, serta pesan-pesan Alquran mudah ditangkap, di sisi lain kekurang tafsir ijmali terdapat pada sifatnya yang simplisitis sehingga analisisnya terlalu dangkal dan tidak komprehensif. 
Feminist interpretation: Feminist perspectives on reproductive health in the Qur'an Fauji, Hari; Ghoni, Abdul
Mashadiruna Jurnal Ilmu Al-Qurân dan Tafsir Vol. 4 No. 2 (2025): Mashadiruna Jurnal Ilmu Al-Qurân dan Tafsir
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/mjiat.v4i2.25321

Abstract

Emphasizing the importance of reproductive health, especially for women, because reproductive health is a guarantee of their survival. The research is a qualitative and descriptive analysis using primary sources Q.S Maryam 22-26, Qs. al-Baqarah: 233, as well as secondary sources taken from tafsir books and other scientific works on the term al-Makhad and yurdi’na, which are reproductive organs. The results of the discussion showed that women cannot be free from the feeling of contractions during childbirth. This is also explained in the Qur'an when telling about the process of Jesus' birth that Maryam went through in (QS. Maryam: 22-26). Pronunciation of al-Makhad in this verse, it is better known as pain during childbirth or commonly known in contemporary terms, namely contractions. A woman's pain during childbirth should not be aggravated by adverse environmental conditions. Women who give birth must have the support of those closest to them, especially her husband, to reduce the burden of the pain she is experiencing. Then breastfeeding normally uses the term yurdi’na, in fact breast milk is a form of sustenance that fathers must give to their children through the mother through the act of yurdi’na (breastfeeding). This research is expected to contribute to new knowledge and not discriminate against women when experiencing the psychological burden of childbirth and breastfeeding, and is useful for Qur'anic researchers related to the discussion of women's reproductive health.
Kajian Metodologis dalam Kitab Tafsir Lathaif al-Isyarat Karya Imam al-Qusyairi Ghoni, Abdul; Fauji, Hari
Mashadiruna Jurnal Ilmu Al-Qurân dan Tafsir Vol. 2 No. 2 (2023): Mashadiruna Jurnal Ilmu Al-Qurân dan Tafsir
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/mjiat.v2i2.30657

Abstract

Tafsir Lathaif al-Isyarat, karya Imam al-Qusyairi, menciptakan harmoni antara ilmu syariat dan hakikat, mengklaim bahwa tidak ada kontradiksi di antara keduanya. Setiap tafsir tidak terlepas dari pengaruh latar belakang mufassir. Penelitian ini adalah kajian kepustakaan dengan fokus pada Tafsir Lathaif al-Isyarat sebagai sumber primer dan menggunakan buku serta jurnal sebagai referensi sekunder yang terfokus pada aspek metodologis. Tujuan penelitian adalah mengeksplorasi penafsiran Al-Qusyairi terhadap Lataif Al-Isyarat dan metodenya dalam penafsiran tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Qusyairi, sebagai sufi, mencoba menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan konsep tasawuf dan bahasa sastra, membimbing pembaca ke dalam perasaan jiwa sufi. Hal ini penting dalam konteks pembelaan terhadap tasawuf pada masa Sultan Thaghral. Dari segi metodologi, Al-Qusyairi menggunakan metode tahlili untuk menganalisis isi ayat Al-Quran dari berbagai aspek tasawuf. Sumbernya mencakup bacaan akal dan isyarat, walaupun isyarat akalnya tidak murni, tetapi digunakan untuk tetap berpegang pada nash Al-Quran. Dalam hal corak, Al-Qusyairi menggabungkan tasawuf dan psikologi dengan simbol sastra, menerapkan konsep maqamat dan ahwal secara kreatif. Komentar ulama menyatakan bahwa tafsir ini tidak memihak pada hakikat atau syariat, menjunjung tinggi keadilan, dan menentang kebid'ahan. Kesimpulannya, Tafsir Lathaif al-Isyarat bukan hanya karya sufi, tetapi juga hasil pemikiran kreatif yang mencoba menyatukan berbagai konsep dengan mempertahankan nilai-nilai Islam.
Tafsir Ijmali pada Q.S Al-Fatihah dalam Tafsir Al-Jalalain Ghoni, Abdul; Fauji, Hari
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 5 No. 2 (2022): Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
Publisher : Program Studi Studi Agama-Agama Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/hanifiya.v5i2.18324

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana kemunculan tafsir ijmali, dasar dan urgensi, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangannya, serta metode penerapannya pada surat al-fatihah dalam tafsir al-Jalalain. Jenis penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis data, dan menginterprestasikannya. Dan didukung dengan data-data primer dan sekunder melalui pendekatan tafsir ijmali. Hasil risetnya yaitu ditemukan pokok pembahasan bahwa pada zaman Nabi kondisi menafsirkan Alquran hanya sebatas penafsiran dari Nabi dan belum ada istilah tafsir ijmali saat itu, namun penafsiran beliau implementasinya seperti tafsir ijmali. Kemunculan istilah tafsir ijmali tidak secara langsung ada, tetapi bertahap yaitu lahir dan berkembangnya tafsir menjadi ilmu tersendiri yang terpisah dari hadis, seiring mengikuti kemajuan ilmu pada masa akhir bani umayyah dan awal bani abbasiyyah. Dasar dan urgensi tafsir ijmali memeberikan kontribusi yang mendasar bagi mufassir awal dalam mengkaji tafsir-tafsir Alquran. Dalam penafsirannya, tafsir ijmali memiliki langkah-langkah umum yang termuat dalam bahasa ringkasnya menjadi tiga poin, diantaranya tafsir ijmali diterapkan berdasarkan urutan-urutan teks Alquran mengikuti ayat-ayat yang sesuai dengan pengaturannya, terkadang mengedepankan asbab al-Nuzul, dan mufassir mengklasifikasi maknanya secara umum sehingga menampakkan maksud dan tujuan pada ayat-ayat Alquran. Kemudian tentunya tafsir ijmali bukan satu-satunya tafsir yang sempurna, pasti dalam implementasinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kelebihannya mempermudah tahap awal bagi mufassir pemula, dengan tampak sederhana, mudah, praktis dan cepat, serta pesan-pesan Alquran mudah ditangkap, di sisi lain kekurang tafsir ijmali terdapat pada sifatnya yang simplisitis sehingga analisisnya terlalu dangkal dan tidak komprehensif.Â