Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Manajemen Komunikasi Antarbudaya dalam Lingkungan Kampus Multikultural di Universitas Fajar Paris, Puteri Padriani; Paris, Paris
BUGIS : Journal of Business, Technology, & Social Science Vol 3 No 3 (2025): Bugis Journal Vol 3 No 3 (2025)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) IBK Nitro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56858/bugis.v3i3.756

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa manajemen komunikasi antarbudaya dalam lingkungan kampus multikultural di Universitas Fajar. Analisis yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan melakukan wawancara, observasi, dan studi literatur. Analisis data dilakukan dengan reduksi atau pemilahan, penyajian, dan perumusan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Mahasiswa Universitas Fajar memahami manajemen komunikasi antarbudaya dalam lingkungan kampus multikultural sebagai sebuah upaya sadar untuk menciptakan komunikasi yang efektif, harmonis, dan saling menghargai di tengah keberagaman budaya. Mereka melihat manajemen komunikasi antarbudaya bukan sekadar sebagai proses pertukaran informasi, tetapi juga sebagai strategi untuk menghindari konflik, mengatasi kesalahpahaman, serta membangun kerja sama yang inklusif antar individu atau kelompok yang memiliki latar belakang budaya berbeda. Dalam pandangan mahasiswa, manajemen komunikasi yang baik berarti mampu menyesuaikan gaya komunikasi dengan lawan bicara, memahami norma dan nilai budaya lain, serta mengedepankan sikap terbuka dan empatik. 2. Mahasiswa dari latar belakang budaya yang berbeda di Universitas Fajar menghadapi sejumlah tantangan dalam menjalin komunikasi antarbudaya di lingkungan kampus. Salah satu tantangan utama adalah perbedaan bahasa dan cara penyampaian pesan, yang sering kali menimbulkan kesalahpahaman atau interpretasi yang keliru. Misalnya, gaya komunikasi yang dianggap sopan dalam satu budaya bisa saja dianggap terlalu langsung atau tidak ramah oleh budaya lain. Selain itu, adanya stereotip atau prasangka antar kelompok budaya juga menjadi hambatan yang cukup signifikan, karena dapat menciptakan jarak emosional dan menghambat terbentuknya rasa saling percaya. Perbedaan nilai-nilai budaya, seperti cara menyampaikan pendapat, memahami otoritas, atau mengekspresikan emosi, juga sering kali menjadi sumber ketegangan dalam interaksi sehari-hari. Mahasiswa baru, terutama yang datang dari luar daerah atau luar negeri, mungkin juga mengalami "cultural shock" yang membuat mereka merasa terasing atau kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial kampus
PENINGKATAN PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI TAMBAK RAKYAT DESA BOJO MELALUI BUDIDAYA UDANG VANAME DAN TEKNOLOGI KINCIR AIR TIGA DAUN Paris, Paris; Nawir, Fadliyani; Paris, Puteri Padriani; Kausar, Al
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): Volume 5 No 1 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i1.23109

Abstract

Prospek komoditas perikanan khususnya udang vaname sangat menjanjikan dikembangkan untuk kebutuhan pasar lokal dan ekspor yang masih belum terpenuhi permintaan pasar selama ini, dan cenderung menurun volumenya. Udang merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik di pasar dalam negeri (Sulawesi, dan Jawa) maupun pasar luar negeri. Komoditas ini banyak dibudidayakan di Indonesia sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani tambak yang memiliki hasil usaha yang sangat baik, tidak rentan terkena penyakit, dan mudah di budidaya. Fenomena tersebut diperlukan diversifkasi usaha melalui intensif pengembangan sebagai inovasi teknologi yang sesuai dengan karakteristik komoditi udang dan kondisi lahan. Desa Bojo adalah salah satu desa di Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru, yang letaknya 140 km dari kota Makassar Sulawesi Selatan, dengan luas wilayah 2.054 Ha, jumlah penduduk 3.194 jiwa, yang umumnya nelayan dan petani tambak yang bekerja melaut dan budidaya udang dengan fasilitas prasarana pengelolaan terbatas dan tradisonal. Luas tambaknya ± 10 Ha, namun yang produktif dikelola oleh kelompok petani tambak hanya ± 3 Ha. Oleh karena itu diperlukan sebuah proses sistem intensif usaha ini yang dimulai dari hulu sampai hilir agar alokasi segala sumber daya dapat efektif dan efisien untuk menghasilkan profit yang berkelanjutan. Diperlukan inovasi dalam budidaya udang pada kawasan tambak tradisional yang efisien dan efektif melalui teknologi intensifikasi dengan upaya peningkatan keunggulan budidya udang. Inovasi teknologi tersebut akan mampu menciptakan lingkungan budidaya sesuai kebutuhan hidup udang sehingga akan dapat mengendalikan penularan penyakit dan penyebaran penyakit pada kawasan tambak sehingga mampu meningkatkan peluang kerja yang lebih luas. Pengabdian ini bertujuan untuk mengkaji meningkatkan pendapatan pada kelompok masyarakat pembudidaya udang vaname (Litopenaeusi vanname) yaitu kelompok mitra. Tahapan pengabdian berupa pendampingan dan praktek langsung tentang manajemen pengelolaan budidaya. Penyuluhan dan pelatihan bagi masyarakat bagaimana menangani budidaya udang sehingga memiliki mutu dan daya saing tinggi