Asfiksia neonatorum adalah masalah yang paling sering ditemui di Neonatal intensive care unit, asfiksia dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi karena berdampak pada kerusakan organ, Indonesia adalah salah satu dari 10 negara teratas dengan kematian neonatal tertinggi, dengan penyebab kematian terbanyak pada tahun 2016 adalah prematuritas karena bayi dilaporkan mengalami komplikasi salah satunya adalah asfiksia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara prematuritas dengan angka kejadian asfiksia neonatorum. Desain penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross-sectional study menggunakan data sekunder (retrospective). Sampel dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir secara sectio caesarea yang berada di Ruang Anak pada periode 1 Januari 2019 ─ 31 Desember 2020 di RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate yang memenuhi kriteria inklusi dan di luar kriteria eksklusi dengan total 276 sampel. Hasil analisis didapatkan jumlah bayi yang lahir prematur sebanyak 25 bayi (9,1%) dan bayi yang lahir secara normal yaitu 251 bayi (90,9%). Jumlah bayi baru lahir yang mengalami asfiksia    neonatorum sebanyak 77 (27,9%), dan yang tidak mengalami asfiksia neonatorum yaitu 199 (72,1%). Bayi baru lahir yang prematur memiliki proporsi lebih besar mengalami asfiksia (8,7%), dibandingkan dengan yang tidak mengalami asfiksia (0,4%). Bayi baru lahir yang mengalami gawat janin lebih besar yang mengalami asfiksia (8,7%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami asfiksia (6,9%). Hasil analisis multivariat didapatkan nilai p untuk prematur = 0,000 dan gawat janin = 0,001. Terdapat hubungan yang bermakna antara prematuritas dan gawat janin dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir secara SC di RSUD DR. H. Chasan Boesoirie Ternate tahun 2019-2020.