Ayudha, Nora Titahning
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Aktivisme Digital dalam Wacana Omnibus Law Struktur Jaringan dan Peranan Hashtag dalam Mobilisasi Opini Publik Ayudha, Nora Titahning
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 7, No 1 (2022): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v7i1p59-74

Abstract

Omnibus Law menjadi salah satu polemik terbesar dalam kalender sosial politik di tahun 2020. Bagi para pendukungnya, pengesahan Omnibus Law menjadi pintu masuk investasi di Indonesia, sedangkan pihak oposisi meyakini bahwa kebijakan ini berdampak buruk pada mengeksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerja. Penelitian ini berfokus pada struktur jaringan, baik sosial maupun teks yang terbentuk selama wacana Omnibus Law dan kerja Hashtag dalam kerangka aktivisme digital. Penelitian ini menggabungkan antara penelitian metode kualitatif deskriptif dengan metode Social Network Analysis (SNA) dan Textual Network Analysis  (TNA) dengan software Netlytic dalam menghimpun data serta Wordji dan Gephi. Pengumpulan data dilakukan selama 26 September hingga 3 Oktober dan meraih 1521 cuitan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi-organisasi sipil dan aktivis sosial politik menjadi aktor dominan dalam menyuarakan kepentingan publik. Organisasi sipil menjadi garda depan dalam mengawal isu penolakan ini karena secara konsisten mengawal isu-isu publik dan memiliki sumber daya yang memadai dalam menolak pengesahan RUU Omnibus Law sehingga kehandalan dalam beropini di Twitter mampu meyakinkan pengguna lainnya untuk mendukung agenda yang diusung. Selain itu, Hashtag #batalkanomnibuslaw menjadi frasa yang paling dominan. Di sisi lain beragam Hashtag yang menunjukkan penolakan terhadap pengesahan Omnibus Law juga menjadi frasa yang mendominasi di beberapa percakapan. Meskipun begitu, dalam konteks wacana Omnibus Law ini para aktor yang banyak dirujuk pengguna lain dan diamplifikasi gagasannya menyebut bahwa Hashtag terbatas dalam memberikan informasi yang holistik. Maka, dua hal yang dilakukan demi menutup keterbatasan tersebut dengan menambahkan tautan (link) yang berisi sejumlah informasi penting dan juga mengombinasikan dengan pengorganisasian di ranah nyata.  Digital Activism in the Omnibus Law Discourse Network Structure and the Role of Hashtags in Mobilizing Public OpinionThe Omnibus Law is one of the biggest polemics in the socio-political calendar in 2020. For its supporters, the ratification of the Omnibus Law is an entry point for investment in Indonesia, while the opposition believes that this policy has a negative impact on exploiting natural resources and labor. This study focuses on the network structure, both social and textual, that was formed during the Omnibus Law discourse and the work of Hashtags within the framework of digital activism. This research combines descriptive qualitative research with Social Network Analysis (SNA) and Textual Network Analysis  (TNA) methods with Netlytic software in collecting data and Wordji and Gephi. Data collection was carried out during September 26 to October 3 and received 1521 tweets. The results of this study indicate that civil organizations and socio-political activists are the dominant actors in voicing the public interest. The Hashtag #batalkanomnibuslaw became the most dominant phrase. Various Hashtags that show rejection of the ratification of the Omnibus Law have also become phrases that dominate in several conversations. Influential actors state that Hashtags are reducing the information complexity and need to be combined with direct organization in the real world so that it can influence public policy.
Repositioning of the UM Pancasila Laboratory: Building a Center of Excellence for Multicultural and Local Excellence in the Digital Era Aminulloh, Akhirul; Wijayanti, Febry; Widodo, Wahyu; Ayudha, Nora Titahning
REFORMASI Vol 15, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/rfr.v15i2.7751

Abstract

Pancasila as the basis of the state and the ideology of the Indonesian nation plays a central role in maintaining national integration and social diversity. However, in today's digital and globalization era, Pancasila values face serious challenges, especially among the younger generation. The massive flow of information, the development of transnational ideologies, and the dominance of individualistic culture have led to a disorientation of values, so that the relevance of Pancasila as a guideline for life has begun to be questioned. This study aims to analyze the strategic repositioning of the Pancasila Laboratory (Lapasila) of the State University of Malang in responding to the challenges of ideological and social disruption, as well as exploring its potential as a center of excellence in science and technology in the field of Pancasila, multiculturalism, and local wisdom. Using a qualitative approach with data collection techniques in the form of in-depth interviews with internal stakeholders, this study found that Lapasila has significant historical strength, academic legitimacy, and digital potential. However, internal weaknesses such as weak institutional management, low research productivity, and lack of digital strategies are the main obstacles. Meanwhile, external opportunities such as national policy support, public needs for ideological references, and digital media space can be used to the fullest. This study recommends the repositioning of Lapasila through digital transformation, interdisciplinary approaches, strengthening collaborative networks, and innovation-based institutional reform. Thus, Lapasila can play a strategic role in the actualization of Pancasila values in a contextual and sustainable manner in the midst of the dynamics of a multicultural society.Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia memiliki peran sentral dalam menjaga integrasi nasional dan keragaman sosial. Namun, di era digital dan globalisasi saat ini, nilai-nilai Pancasila menghadapi tantangan serius, terutama di kalangan generasi muda. Arus informasi yang masif, berkembangnya ideologi transnasional, serta dominasi budaya individualistik telah menyebabkan disorientasi nilai, sehingga relevansi Pancasila sebagai pedoman hidup mulai dipertanyakan.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis reposisi strategis Laboratorium Pancasila (Lapasila) Universitas Negeri Malang dalam merespons tantangan disrupsi ideologis dan sosial, serta mengeksplorasi potensinya sebagai pusat unggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Pancasila, multikulturalisme, dan kearifan lokal. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dengan para pemangku kepentingan internal, penelitian ini menemukan bahwa Lapasila memiliki kekuatan historis, legitimasi akademik, dan potensi digital yang signifikan. Namun, kelemahan internal seperti lemahnya manajemen kelembagaan, rendahnya produktivitas riset, dan kurangnya strategi digital menjadi hambatan utama. Sementara itu, peluang eksternal seperti dukungan kebijakan nasional, kebutuhan publik terhadap referensi ideologis, serta ruang media digital dapat dimanfaatkan secara optimal.Penelitian ini merekomendasikan reposisi Lapasila melalui transformasi digital, pendekatan interdisipliner, penguatan jejaring kolaboratif, serta reformasi kelembagaan berbasis inovasi. Dengan demikian, Lapasila dapat memainkan peran strategis dalam aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara kontekstual dan berkelanjutan di tengah dinamika masyarakat multikultural.Â