Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EKSISTENSI PEREMPUAN PADA TRADISI PERKAWINAN ADAT ENDE DALAM PERBANDINGAN DENGAN KONSEP DASEIN MARTIN HEIDEGGER Bato, Kamilus
Sanjiwani: Jurnal Filsafat Vol 15 No 1 (2024)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/sjf.v15i1.3240

Abstract

This article aims to study the concept and understanding of Ende traditional marriage traditions that have been carried out since their ancestors until today. Apart from that, the author tries to make a comparison between the existence of women in the Ende traditional marriage tradition and the understanding of the concept of Dasein put forward by Martin Heidegger. In this paper, the author uses the observation method, interview method, and also the literature analysis method. Apart from that, the theories used by the author are always based on the thought concepts of Martin Heidegger. This article should examine or talk in more detail about the concepts of marriage in Ende society and also the concepts of Heidegger's thinking about Dasein as a way of being in the world and involving oneself in being actively involved, living and working in the world. The existence of women in this paper is greatly influenced by cultural factors such as belis or dowry, which can then determine the existence and way of being in a man's family. Therefore, the author examines in more detail and detail in this article the concept of Dasein and women's way of being in the middle of the world or "In-der-Welt-sein". Therefore, the presence of women is seen as an embodiment of the concept of Dasein which is "Being-in" the world and is actively involved with the world itself. The presence of women is not just "there", but "there" (living together) and actively involved in life in the world.
Makna “Akulah Roti Hidup” dalam Injil Yohanes 6:35 bagi Umat Kristiani Manuk, Andreas Geleda; Bato, Kamilus; Rolando, Ignasius
ARMADA : Jurnal Penelitian Multidisiplin Vol. 2 No. 5 (2024): ARMADA : Jurnal Penelitian Multidisplin, Mei 2024
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 45 Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/armada.v2i5.1300

Abstract

Artikel ini merupakan ikhtiar penulis untuk menganalisis makna dari Injil Yohanes 6:35 yang berbunyi, “Akulah Roti Hidup”. Makna dari perikop Kitab Suci ini diberikan secara khusus untuk umat Katolik. Penulis berpendapat bahwa makna dari Injil Yohanes 6:35 ini dapat memberikan peneguhan dan kekuatan bagi kehidupan umat manusia. “Roti Hidup” merupakan tubuh Tuhan sendiri yang dikorbankan untuk keselamatan umat Kristiani. Karena itu, umat harus menyadari bahwa roti yang disantap pada perayaan Ekaristi merupakan tubuh Tuhan sendiri yang harus dihormati dan dihayati dengan sungguh-sungguh. Tema ini sangat menarik karena saat ini banyak umat Kristiani yang belum mendekatkan diri kepada Tuhan lewat perayaan Ekaristi, membaca Kitab Suci, dan kegiatan kerohanian lainnya. Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu metode kepustakaan, dimana penulis mengumpulkan sumber dari berbagai literatur seperti buku dan artikel jurnal. Setelah membaca artikel ini, para pembaca terlebih khusus umat Kristiani mampu menghidupi kehadiran Yesus lewat “Roti Hidup” yang diberikan secara cuma-cuma kepada umat manusia. Jika “Roti Hidup” itu dihidupkan dan dihayati dengan baik dalam kehidupan dan karya kita di bumi, maka kita akan memperoleh kehidupan yang layak hingga kekal.
Perempuan dan Hak Asasi Manusia dalam Lensa Filsafat: Dilema Etika dan Implementasi Bato, Kamilus
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 2, No 2 (2024): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v2i2.8517

Abstract

Human rights in the context of women through a philosophical lens brings us into deep reflection about the rights, dignity and role of women in society. In philosophy, women are considered as equal individuals to men, eliminating discrimination based on gender. The concepts of bodily autonomy, reproductive rights, and protection against violence are at the center of ethical and moral debates about women's human rights. Philosophical thinking also emphasizes that women have an active role in raising social and political awareness to achieve gender equality. This involves the moral responsibility and collective action of women in fighting for their rights. Through a philosophical lens, understanding women's human rights encourages us to see women not only as objects receiving rights, but also as subjects who are empowered to shape a more just future. Therefore, the philosophy provides a strong foundation for advocacy for gender equality and social change that is more inclusive and has equal rights to live with dignity and freedom.AbstrakHak asasi manusia dalam konteks perempuan melalui lensa filsafat membawa kita ke dalam refleksi mendalam tentang hak, martabat, dan peran perempuan dalam masyarakat. Dalam filsafat, perempuan dianggap sebagai individu yang setara dengan laki-laki, menghapuskan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. Konsep otonomi tubuh, hak reproduksi, dan perlindungan terhadap kekerasan menjadi pusat perdebatan etis dan moral tentang HAM perempuan. Pemikiran filsafat juga menekankan bahwa perempuan memiliki peran aktif dalam menggugah kesadaran sosial dan politik untuk mencapai kesetaraan gender. Ini melibatkan tanggung jawab moral dan aksi kolektif perempuan dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Melalui lensa filsafat, pemahaman tentang HAM perempuan mendorong kita untuk melihat perempuan bukan hanya sebagai objek penerima hak, tetapi juga sebagai subjek yang berdaya untuk membentuk masa depan yang lebih adil. Oleh karena itu, filsafat memberikan fondasi yang kuat untuk advokasi kesetaraan gender dan perubahan sosial yang lebih inklusif dan memiliki hak yang sama untuk hidup dengan martabat dan kebebasan.