Skizofrenia sebagai satu dari sepuluh penyebab utama disabilitas di seluruh dunia diketahui memberikan beban penyakit yang cukup tinggi. Prevalensinya di Indonesia mengalami peningkatan 4 kali lipat sepanjang tahun 2013 hingga 2018. Hampir setiap pasien dengan skizofrenia mendapatkan manfaat dari terapi farmakologis. Clozapine sebagai antipsikotik atipikal diakui dengan banyak keunggulannya dalam pengobatan skizofrenia, namun banyak efek samping yang sering dikeluhkan seperti mengantuk, pusing, kelelahan, penambahan berat badan, akathisia, tremor, hipersalivasi, demam, dan sakit kepala, sedangkan pada hasil laboratorium dapat ditemui hiperglikemia, takikardia, neutropenia, leukopenia, hingga agranulositosis. Dilakukan pengumpulan literatur dengan kriteria inklusi berupa literatur yang terbit maksimal pada tahun 2013, sedangkan kriteria eksklusi berupa literatur yang diterbitkan pada tahun 2012 ke bawah. Pada hasil penelitian didapatkan mengenai gambaran skizofrenia, kriteria diagnosis, dan penatalaksanaannya, termasuk mekanisme kerja clozapine pada pasien skizofrenia, sediaan dan dosis, keunggulan clozapine, serta efek samping yang sering terjadi. Ada banyak efek samping yang mana beberapa bersifat fatal, membuat clozapine tidak dipakai sebagai lini pertama. Sebagai pencegahan terjadinya efek samping yang tidak diharapkan, perlu dilakukan pemantauan mingguan terutama selama 6 bulan pertama pengobatan untuk mengevaluasi perkembangan pasien.