Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konflik antara komunitas Islam dan Kristen di Aceh Singkil dengan pendekatan multidimensi yang mencakup aspek sosial, geografis, ekologis, dan kebencanaan. Pendekatan kualitatif digunakan melalui metode studi kasus, dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik tidak semata-mata dilatarbelakangi oleh perbedaan agama, melainkan juga oleh perubahan struktur sosial akibat migrasi, ketimpangan akses terhadap sumber daya, kerusakan lingkungan, serta penanganan bencana yang tidak merata. Identitas keagamaan yang kuat, ditambah dengan minimnya ruang dialog dan lemahnya kebijakan inklusif, memperparah ketegangan antar kelompok. Rumah ibadah menjadi simbol resistensi dan representasi eksistensi kelompok, sehingga sering kali menjadi titik rawan konflik. Temuan ini sejalan dengan teori konflik sosial Coser dan teori identitas sosial Tajfel, serta diperkuat oleh teori ekologi politik Bryant & Bailey. Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa penyelesaian konflik tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus melalui pendekatan lintas sektor yang melibatkan dialog antaragama, pembangunan berbasis keadilan sosial, dan penguatan peran masyarakat lokal. Penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi akademik sekaligus masukan kebijakan bagi pemangku kepentingan dalam merancang solusi jangka panjang yang lebih inklusif dan berkelanjutan di wilayah multikultural seperti Aceh Singkil.