Simuh, Simuh
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perkembangan Kebudayaan Jawa dan Serat Pamoring Kawula-Gusti Simuh, Simuh
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 25 (1981)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1981.025.1-21

Abstract

Suku bangsa Jawa sebelum datangnya pengaruh agama Hindu mungkin belum mengenal tulisan. Namun demikiaan menurut penelitiaan ahli-ahli sejarah, kebudayaan jawa dalam masa pra-sejarah ini telah mengalami perkembangan. Dalam ceritera Aji Saka dating ke Jawa, yang melambangkan masuknya pengaruh unsur-unsur kebudayaan Hindu (kebudayaan suku Scyth=Saka), dinyatakan bahwa pulau jawa telah diperintahkan oleh raja yang kekuasaannya membentang sampai kelaut selata. Walaupun peradaban negeri ini masih jauh lebih renda dari peradaban suku bangsa Scyth (Hindu), dimana rajanya digambarkan masih suka makan daging manusia, namun ceritera ini menunjukkan bahwa suku bangsa jawa dalam bidang politik/ kenegaraan telah mengenal system kerajaan yang teratur dan luas daerah kekuasaannya. Bahkan adanya hukum adat yang merupakan warisan asli peradaban suku bangsa Jawa, jelas bahwa  suku bangsa Jawa telah membentuk kehidupan social yang cukup teratur. Telah mengenal system hukum yang cukup effectif mengatur hubungan-hubungan social dan kekeluargaan. Dan demikian pula suku bangsa Jawa telah mengenal cara menenun pakaian, membuat rumah, bercocok tanam, sebagainya.
Konsepsi Tentang Insan Kamil dalam Tasawuf Simuh, Simuh
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 26 (1981)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1981.026.46-65

Abstract

Nama Tasawuf, Tasawuf dalam Bahasa inggris sering disebut Sufism. H.A.R Gibb misalnya mengatakan: There is room here only a brief summary of the beginings of the mystical movement in Islam which goes by the name of sufism. The origion of the term sufi is complex, but in general connected with the wearing of undyed garment of wool (suf). At first it was not a uniform but a mark of personal penitence, and some early ascetics comdemned the use of it. Ibn Sirin (d. 729) critized some early ascetics for wearing suf in imitation of jesus (as he said): I prefer to follow the example of the propehet who dressed in cotton. It appears that a particular group of ascetics but by the fourth century the wearing of wollen garments had becom the regular badge of the Sufis of Iraq and  the name was commonly applied to all mystics. Jadi kata tasawuf dan sufi dihubungkan dengan kebiasaan mereka mengenakan pakaiaan wool kasar atau pakaiaan yang umum bagi para fakir-miskin di Timur-Tengah pada masa itu. Mereka mengenakan pakaiaan wool kasar sebagai simbul atau sebagai tanda bahwa merekalah golongan yang lebih mengutamakan hidup sederhana, mementingkan kesucian Rohani, berlainan dari kebanyakan  umat Islam dimasa itu yang berlomba-lomba mengejar kesenangan hidup duniawi, berlomba dalam memakai pakaiaan yang indah-indah (sutra) dan mahal. Dengan demikiaan pemakaiaan wool kasar merupakan reaksi terhadap kecenderungan masyarakat yang mengejar kekayaan dan perhiasan duniawi, serta tidak memperhitungkan haram dean halal.
Pengaruh Tasauf dalam Kesusastraan Jawa Simuh, Simuh
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 20 (1978)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1978.020.48-64

Abstract

Sesudah wafatnya sultan Agung Anyokrokusumo, kerajaan Mataram kemudian diperintah oleh putranya yang bergelar amanbkurat (1645-1677). Dalam masa pemerintahannya timbul pemberontakan yang dipimpin oleh trunojoyo dari Madura yang dibantu oleh Karaeng Galesong dari Makasar, Amangkurat dengan bantuan tantara kompeni (Belanda) tidak sanggup mengatasi pemberontakan ini, bahkan Trunojoyo mendapat bantuan pangeran Kajoran dari Mataram yang tidak puas terhadap pemerintahan Amangkurat. Dalam tatun 1677 Amangkurat wafat dan diganti oleh putranya yang bergelar Amangkurat II yang memerintah sampai tahun 1703. Pemberontakan Trunojoyo yang selain mendapat bantuan pangeran Kajoran juga dibantu oleh Pangeran Puger dan Pangeran Giri akhirnya bisa dihancurkan oleh Amangkurat II dengan bantuan Belanda 1670. Sebagai upahnya seluruh daerah pesisir utara terpaksa digadaikan kepada Belanda (kompeni), dan kemudian ibu kota kerjaan dipindah keKartosuro oleh Amangkurat II
Metodologi Penelitian Agama (Suatu Pengantar Menuju Pengembangan Metodologi Penelitiaan Agama) Mastury, M.; Simuh, Simuh; Luthfi, Amir; Aly, Abdullah
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 12 (1976)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahwa dunia kita telah cukup lama mengalami kegoncangan dan krisis. Kegoncangan ini terjadi karena adanya perkembangan yang tidak selaras/sejajar antara nilai kehidupan rohani dan jasmani. Perkembangan tehnologi dan ilmu pengetahuaan sedemikian pesatnya, akan tetapi sebaiknya nilai-nilai keagamaan kerokhanian berkembang sangat lamban atau justru mengalami kemerosotan yang paling parah didunia barat lantaran terdesak oleh perkembangan tehnologi dan ilmu pengetahuaan. Kepincangan dalam perkembangan peradaban ini telah menimbulkan berbagai macam krisis, dan terutama adalah: 1. Kemerosotan nilai kemanusiaan yang akibat pendangkalan pandangan hidup manusia. Bahwa perkembangan tehnologi telah memberkati dunia dengan berbagai macam alat-alat dan perlengkapan-perlengkapan hidup materil  yang tak terkirakan banyaknya. Hal ini mengakibatkan seluruh kegiatan hidup manusia selalu terputus untuk berlomba-lomba dalam memperebutkan hasil-hasil tehnologi diatas; sehingga tidak banyakmempunyai waktu untuk pemikiaran dan mengembangan nilai-nilai keagamaan dan kerokhanian. Dengan demikian terjadinya proses pendangkalan pandangan hidup manusia tak terhindarkan lagi. Oleh karena itu segera terdengar keluhan-keluhan mengapa justru kehidupan manusia jadi diperalat dan diperbudak oleh hasil-hasil tehnologi dan bukan sebaliknya. 2. Pendangkalan pandangan hidup manusia diatas mengakibatkan terjahuinya dari kehidupan yang tentram dan berbahagia yang sebenar-benarnya. Perkembangan tehnologi yang melimpah-ruah ternyata tidak dapat membahagiakan hidup manusia, tetapi justru sebaliknya malah menciptakan kehidupan yang serba tergesa-gesa dan terburu-buru. Penuh bermacam-macam kegoncangan, tidak ada ketentraman dan ketenangan. Ternyata kebahagiaan tidak tergantung  atas banyaknya perhiasan-perhiasan kebendaan, akan tetapi ditentukan oleh sikap mental orang-orang yang ada dibelakang harta kebendaan itu.