Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Diabetes Melitus dengan Severitas Covid-19 di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2021 Adelia Adria, Apsari; Efriza; Amran, Ikhsan
Scientific Journal Vol. 2 No. 2 (2023): SCIENA Volume II No 2, Maret 2023
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56260/sciena.v2i2.81

Abstract

Latar Belakang: COVID-19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Berdasarkan beratnya kasus, pedoman tatalaksana COVID-19 membagi atas beberapa kelompok, yaitu tanpa gejala, ringan, sedang, berat/pneumonia berat, dan kritis. Faktor risiko infeksi SARS-CoV-2 diantaranya usia >65 tahun, jenis kelamin laki-laki, perokok aktif, dan penyakit komorbid. Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia atau meningkatnya konsentrasi glukosa di dalam darah yang terjadi akibat kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. Penderita DM memiliki reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2) yang lebih tinggi khususnya di pankreas, paru, dan hati. Padahal diketahui SARS-CoV-2 menggunakan reseptor ACE-2 sebagai pintu masuk ke sel tubuh manusia melalui ikatan dengan S- glikoprotein. Ekspresi ACE-2 yang berlebihan diketahui menjadi penentu keparahan dari penyakit infeksi termasuk COVID-19. Kondisi hiperglikemia pada penderita DM juga dapat merangsang inflamasi kronik dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi yang memungkinkan terjadinya badai sitokin sehingga dapat menyebabkan keparahan bahkan kematian pada penderita COVID-19. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan diabetes melitus dengan severitas COVID-19 di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2021. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien COVID-19 di bangsal interne, bangsal paru, dan ruang ICU RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Bulan Januari hingga Desember 2021 dengan 55 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling kemudian data hasil rekam medis dikumpulkan dan dilakukan analisis bivariat menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Hasil: Jenis kelamin terbanyak adalah adalah laki-laki (61.8%), usia terbanyak adalah ≥60 tahun (68.2%), penyakit komorbid terbanyak adalah yang tidak diabetes melitus (56.4%), severitas terbanyak adalah kritis (74.5%), dan terdapat hubungan diabetes melitus dengan severitas COVID-19 di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2021 (p=0.042). Kesimpulan: Menolak H0 dan menerima H1 (terdapat hubungan diabetes melitus dengan severitas COVID-19 di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2021).
Effectiveness of Peppermint Aromatherapy in Reducing the Incidence of PONV in Post-Anesthesia Bone Patients Fatimah, Fatimah; Amran, Ikhsan; Novera, Iswenti; Elfira, Yenni; Irwadi, Irwadi; A’la, Futi Hanna
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 7 No 5 (2025): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v7i5.6550

Abstract

Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) is a common complication after surgery with spinal anesthesia, with an incidence reaching 20–30%. PONV can prolong hospitalization, increase treatment costs, and reduce patient comfort. Peppermint aromatherapy is an effective, easy, and patient-accepted alternative to reduce PONV symptoms. Peppermint contains menthol which is carminative and antispasmodic, and can provide a relaxing effect through stimulation of the central nervous system. Objective to determine the effect of peppermint aromatherapy on the incidence of PONV in patients after spinal anesthesia. Method: This study was a quasi-experiment with a pre and post test design without control. Thirty post-spinal anesthesia patients were given peppermint aromatherapy, then PONV incidence was measured before and after the intervention using the Gordon scale. Data analysis used the Wilcoxon test. Results: Peppermint aromatherapy has been proven to be effective in reducing the incidence of PONV in patients after spinal anesthesia. Of the 30 respondents, the majority experienced nausea (73.3%) and vomiting (26.7%) before the intervention. After aromatherapy, 36.7% did not experience symptoms, and only 6.7% still vomited. The Wilcoxon test showed a significant difference (p = 0.000), indicating that peppermint aromatherapy was statistically effective in reducing PONV. Conclusions: Peppermint aromatherapy is effective in reducing the incidence of PONV in post-spinal anesthesia patients, as indicated by a decrease in nausea and vomiting symptoms after the intervention.