Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gambaran Penderita Ulkus Diabetikum yang Menjalani Tindakan Operasi Faiza Zubir, Aurelia; Alimurdianis; Brisma, Shinta; Zulkarnaini , Aryaldy; Anissa, Mutiara
Scientific Journal Vol. 3 No. 4 (2024): SCIENA Volume III No 4, July 2024
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56260/sciena.v3i4.151

Abstract

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan hiperglikemia. Menurut WHO, sekitar 463 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes pada tahun 2014. Indonesia merupakan negara kelima dengan jumlah penderita diabetes tertinggi dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2045. Dengan meningkatnya jumlah penderita diabetes, maka angka kejadian komplikasi diabetes juga meningkat. Komplikasi jangka panjang dari diabetes melitus adalah ulkus diabetikum. Di Indonesia, ulkus diabetikum telah mencapai 25% dengan angka kejadian pada DM sebesar 15-25%. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ulkus diabetikum antara lain usia, lama menderita DM, kebiasaan berolahraga, kepatuhan minum obat, penggunaan alas kaki, perawatan kaki, riwayat ulkus, dan dukungan keluarga. Ulkus diabetikum sering kali memerlukan pembedahan untuk meminimalkan nekrosis jaringan dan mengangkat jaringan yang terinfeksi. Pencegahan dan perawatan lebih lanjut penting untuk meminimalkan kekambuhan.
Pemberian Edukasi “Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat” Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2024 Alimurdianis; Hutaperi, Boy; Raziq Jamil, Abdul; Dewi, Sulistiana
Abdika Sciena Vol 2 No 1 (2024): JURABDIKES Volume 2 No 1, Juni 2024
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56260/jurabdikes.v2i1.155

Abstract

Lansia, atau orang lanjut usia, merupakan individu yang berada di tahap akhir kehidupan, biasanya berusia 60 tahun ke atas, dan menghadapi berbagai tantangan yang mempengaruhi kesehatan fisik, mental, dan sosial mereka. Secara kesehatan, lansia sering kali menderita penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung yang memerlukan pengelolaan jangka panjang. Penurunan fungsi fisik dan kognitif, termasuk mobilitas, kekuatan otot, dan kemampuan berpikir, merupakan bagian alami dari proses penuaan. Selain itu, lansia juga rentan terhadap masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan, yang sering kali disebabkan oleh isolasi sosial dan kehilangan orang terkasih. Secara sosial, banyak lansia yang merasa kesepian dan terisolasi, terutama setelah kehilangan pasangan atau teman, atau jika mereka tidak memiliki keluarga dekat. Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan komunitas menjadi sangat penting untuk kesejahteraan emosional mereka. Dari aspek lingkungan, lansia sering tinggal di perumahan yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti aksesibilitas yang buruk dan lingkungan yang tidak aman. Kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan, sosial, dan dukungan yang mereka butuhkan juga merupakan tantangan signifikan. Perawatan dan dukungan yang diberikan kepada lansia, termasuk perawatan kesehatan yang teratur dan dukungan emosional serta sosial, sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Namun, keterbatasan finansial sering kali menjadi hambatan dalam mendapatkan perawatan yang diperlukan dan memenuhi kebutuhan dasar. Selain itu, kebijakan dan regulasi yang ada terkadang belum cukup mendukung perlindungan dan perawatan bagi lansia. Memahami tantangan yang dihadapi lansia dan memberikan dukungan yang sesuai sangatlah penting untuk memastikan mereka dapat menjalani kehidupan yang sehat dan bermartabat di usia lanjut.
Ketoasidosis Diabetikum Ariadi, Ade; Mustiadji, Adji; Alimurdianis
Scientific Journal Vol. 3 No. 6 (2024): SCIENA Volume III No 6, November 2024
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56260/sciena.v3i6.174

Abstract

Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan kegawatdaruratan pada diabetes melitus (DM) yang didefinisikan sebagai trias hiperglikemia, ketonemia, dan asidosis. Ketoasidosis diabetik menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi meskipun terapi diabetes telah berkembang. Aspek krusial dari tata laksana KAD meliputi pemberian cairan dan elektrolit, terutama kalium, dalam jumlah adekuat, dan pemberian insulin secara kontinu. Status hidrasi penderita dengan KAD dan gagal jantung dapat dinilai dengan pemeriksaan fisik, seperti kesadaran, tandatanda vital, capillary refill time, turgor kulit, tekanan vena jugularis, dan tanda-tanda edema paru. Metode invasif dan non-invasif dapat pula menilai kecukupan cairan pada rehidrasi penderita dengan KAD dan gagal jantung. Metode invasif meliputi tekanan vena sentral dan tekanan arteri pulmonal, sementara metode non-invasif meliputi ekokardiografi, bioimpedance vector analysis (BIVA), dan brain natriuretic peptide (BNP). Dengan penilaian status hemodinamik yang tepat di unit perawatan intensif, pasien gagal jantung yang mengalami KAD dapat diberikan cairan dalam jumlah adekuat sehingga terhindar dari dehidrasi ataupun overhidrasi.