Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STUDI KOMPARATIF MUSTHAFA AS-SIBA'I DENGAN AHMAD AMIN TENTANG KESAHIHAN HADIS Devia Rahmah; Anggi Fatrisia; Muhammad Jamil; Nabila Yunita; Siti Ardianti
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 2 No. 1 (2023): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v2i1.1897

Abstract

Hadis merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran yang menjadi pedoman bagi umat Islam. Hadis memiliki peran penting dalam menentukan hukum-hukum Islam, menjelaskan makna Alquran, dan memberikan teladan bagi umat Islam. Namun, sejak masa Nabi Muhammad SAW hingga saat ini, hadis mengalami berbagai problematik, terutama terkait dengan autentisitas dan orisinalitasnya. Salah satu tokoh modernis yang melakukan kritik terhadap hadis adalah Ahmad Amin, seorang sejarawan dan penulis buku Fajr al-Islam. Dalam bukunya, ia mempertanyakan kembali orisinalitas hadis dan juga menilai bahwa kaidah-kaidah yang dibuat oleh ulama hadis dalam rangka meneliti kesahihan sanad sangat ketat, tetapi tidak memperhatikan koreksi terhadap matan hadis. Sebagai respons terhadap kritik Ahmad Amin, Mustafa al-Siba'i, seorang ulama hadis dan penulis buku Al-Sunnah wa Makanatuha fi al-Tasyri' al-Islami, melakukan pembelaan terhadap hadis dengan mengemukakan bukti-bukti historis tentang orisinalitas hadis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua tokoh memiliki persamaan dan perbedaan dalam memandang hadis, terutama dalam hal kriteria, definisi, dan contoh hadis sahih. Persamaan mereka terletak pada pengakuan terhadap otoritas hadis sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an, penggunaan metode ilmiah dalam meneliti hadis, dan penghormatan terhadap para ulama hadis. Perbedaan mereka terletak pada pandangan tentang ketersambungan sanad, adilnya perawi, hafalan perawi, syadz, illat, dan contoh hadis sahih yang mereka anggap. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam memperkaya khazanah ilmu hadis dan pemikiran Islam kontemporer.
BAGAIMANA KODRAT DAN PERAN PEREMPUAN? (STUDI ANALISIS DALAM PERSPEKTIF HADIS) Devia Rahmah; Munandar, Munandar; Ryandi, Ryandi
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 6 No. 1 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v6i1.4868

Abstract

Islam sebagai agama wahyu mengimani Hadis sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Sebagai dasar hukum hadis mampu menjawab berbagai persoalan-persoalan baik mengenai kemanusiaan, politik, ekonomi, keilmuan, ideologi, budaya dll. Hal ini menunjukkan bahwa hadis dapat merespon perkembangan zaman. Salah satu permasalahan yang masih eksis dan menjadi perdebatan adalah isu-isu mengenai perempuan. Eksistensi perempuan seakan-akan tiada habis menjadi persoalan dalam masyarakat di tambah zaman teknologi sekarang informasi berkembang bebas dan dipahami secara liar. Salah satunya pengertian kodrat perempuan yang dipahami tidak sesuai dengan porsinya sehingga menempatkan perempuan pada posisi yang menyudutkannya. Peranannya seakan tidak memiliki tempat dan ruang. Penelitian ini mengkaji kembali ḥadīṡ- ḥadīṡ yang berkaitan dengan kodrat dan peran perempuan dan mengutamakan dari Kitāb Ṣaḥīḥ al-Bukharī dan Ṣaḥīḥ al-Muslim serta kitāb-kitāb syarah hadis sebagai penjelas dan penguat penelitian ini. Penelitian ini juga bertujuan membantah paham yang mengatakan bahwa hadis termasuk nash yang menyudutkan perempuan. Kajian penelitian ini menggunakan metode analisis ḥadīṡ atau maʽān al-ḥadīṡ yaitu memahami ḥadīṡ dengan dua mata pisau yaitu secara tekstual dan kontekstual secara bersamaan, tujuannya agar tidak terjadi kepincangan dalam pemahaman. Sehingga persoalan tentang isi-isu perempuan mendapatkan jawaban dan pemahaman yang baik. Dan hasil kajian dalam penelitian ini ialah kodrat atau peran domestik seorang perempuan adalah melayani suami, mengurus rumah, mengasuh anak, dan membesarkan anak untuk menjadi generasi penerus yang baik. Adapun Peran domestik dan peran publik seorang wanita tidak bisa lepas dari tanggung jawab seorang suami sebagai kepala rumah tangga kerena sang suamilah yang memberikan dan memenuhi nafkah baik pada istri dan anak-anaknya.Oleh karena itu kesalehan wanita bertaut erat dengan kewajiban-kewajiban yang khusus dibebankan kepada kaum perempuan. Dan kewajiban-kewajiban yang paling berhasil mengantarkan wanita pada kesalehan adalah Keridaan Allah Swt.