Atmojo, Hasan Tri
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Geomatika

Pemetaan Kerawanan Fisik Longsor Kecamatan Petungkriyono Dengan Metode Pembobotan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 Arrisaldi, Thema; Radityo, Daniel; Atmojo, Hasan Tri; Ekasara, Adam Raka
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol 2, No 2 (2022): Oktober Jurnal Ilmiah Geomatika
Publisher : Program Studi Teknik Geomatika Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.997 KB) | DOI: 10.31315/imagi.v2i2.9415

Abstract

Kecamatan Petungkriyono merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang memiliki kondisi morfologi berupa pegunungan dan lembah. Hal ini membuat Petungkriyono sering terjadi bencana longsor yang merugikan masyarakat, oleh karena itu pemetaan kerawanan longsor perlu dilakukan pada daerah ini. Metode Pembobotan menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 mengenai penataan kawasan rawan bencana longsor. Dalam pemetaan kerawanan fisik ini terdiri dari 7 parameter, yaitu : kelerengan (30%), kondisi geologi (20%), kondisi tataguna lahan(10%), densitas aliran air (7%), tebal tanah(15%), kondisi curah hujan (15%), dan kondisi kegempaan (3%). Metode pemetaan yang dilakukan yaitu dengan pemetaan langsung kemudian dilakukan pengolahan data untuk setiap parameter dan analisis overlay menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Hasil pengamatan yang dilakukan kondisi kelerngan daerah ini memiliki kelerengan rendah hingga kelerengan tinggi. Kondisi geologi daerah ini dibagi menjadi 4 satuan batuan, yaitu : endapan bongkah andsesit basaltic, satuan vulkanik III (lava dan breksi vulkanik), satuan vulkanik II (lava dan breksi vulkanik), dan satuan vulkanik I (lava dan breksi vulkanik). Kondisi tataguna lahan area ini didominasi oleh hutan dan perkebunan. Kondisi ketebalan tanah menunjukan daerah ini didominasi dengan tabal tanah yang > 1 meter dengan kondisi tidak gembur. Densitas aliran air didominasi oleh densitas aliran air sedang hingga tinggi. Kondisi curah hujan daerah Petungkriyono memiliki curah hujan yang tinnggi (>2000mm/tahun), sedangkan kondisi kegempaan pada daerah ini terletak pada area dengan kegempaan rendah. Setelah mendapatkan kondisi parameter dilakukan pembobotan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 dengan menggunakan SIG hasilnya berupa peta kerawanan fisik longsor. Kondisi kerawanan fisik longsor daerah Petungkriyono terdapat 3 kerawanan fisik yaitu : kerawanan fisik rendah memiliki luasan 0,0228 km2, kerawanan fisik sedang memiliki luasan 73,88 km2, dan kerawanan fisik tinggi memiliki luasan 10,27 km2
Pemetaan Kerawanan Fisik Longsor Kecamatan Petungkriyono Dengan Metode Pembobotan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 Arrisaldi, Thema; Radityo, Daniel; Atmojo, Hasan Tri; Ekasara, Adam Raka
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 2 No. 2 (2022): Oktober Jurnal Ilmiah Geomatika
Publisher : Program Studi Teknik Geomatika Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/imagi.v2i2.9415

Abstract

Kecamatan Petungkriyono merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang memiliki kondisi morfologi berupa pegunungan dan lembah. Hal ini membuat Petungkriyono sering terjadi bencana longsor yang merugikan masyarakat, oleh karena itu pemetaan kerawanan longsor perlu dilakukan pada daerah ini. Metode Pembobotan menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 mengenai penataan kawasan rawan bencana longsor. Dalam pemetaan kerawanan fisik ini terdiri dari 7 parameter, yaitu : kelerengan (30%), kondisi geologi (20%), kondisi tataguna lahan(10%), densitas aliran air (7%), tebal tanah(15%), kondisi curah hujan (15%), dan kondisi kegempaan (3%). Metode pemetaan yang dilakukan yaitu dengan pemetaan langsung kemudian dilakukan pengolahan data untuk setiap parameter dan analisis overlay menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Hasil pengamatan yang dilakukan kondisi kelerngan daerah ini memiliki kelerengan rendah hingga kelerengan tinggi. Kondisi geologi daerah ini dibagi menjadi 4 satuan batuan, yaitu : endapan bongkah andsesit basaltic, satuan vulkanik III (lava dan breksi vulkanik), satuan vulkanik II (lava dan breksi vulkanik), dan satuan vulkanik I (lava dan breksi vulkanik). Kondisi tataguna lahan area ini didominasi oleh hutan dan perkebunan. Kondisi ketebalan tanah menunjukan daerah ini didominasi dengan tabal tanah yang > 1 meter dengan kondisi tidak gembur. Densitas aliran air didominasi oleh densitas aliran air sedang hingga tinggi. Kondisi curah hujan daerah Petungkriyono memiliki curah hujan yang tinnggi (>2000mm/tahun), sedangkan kondisi kegempaan pada daerah ini terletak pada area dengan kegempaan rendah. Setelah mendapatkan kondisi parameter dilakukan pembobotan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 dengan menggunakan SIG hasilnya berupa peta kerawanan fisik longsor. Kondisi kerawanan fisik longsor daerah Petungkriyono terdapat 3 kerawanan fisik yaitu : kerawanan fisik rendah memiliki luasan 0,0228 km2, kerawanan fisik sedang memiliki luasan 73,88 km2, dan kerawanan fisik tinggi memiliki luasan 10,27 km2