Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

POTENSI GEOWISATA DI KECAMTAN LEBAKBARANG, KABUPATEN PEKALONGAN, JAWA TENGAH Arrisaldi, Thema
Jurnal Ilmiah MTG Vol 14, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah MTG Volume 14 No.2 Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmtg.v14i2.11850

Abstract

Abstrak – Lebakbarang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pekalongan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan Lebakbarang terletak pada daerah dengan kondisi berlereng dengan kondisi morfologi berupa gunung dan lembah dan merupakan lereng selatan barat daya dari Gunung Rogojembangan. Potensi geowisata merupakan sesuatu hal yang dapat menambah nilai ekonomi suatu wilayah sehingga perlu untuk dilakukan pemetaan didalamnya. Dalam penelitian ini metode pemetaan geowisata didasarkan pada kondisi geologi dan geomorfologi serta beberapa wisata yang sudah ada di wilayah Kecamatan Lebakbarang. Kondisi geologi Kecamatan Lebakbarang didominasi oleh satuan breksi andesit sisipan lava dari Gunung Rogojembangan sedangkan kondisi geomorfologi berupa satuan geomorfologi gawir sesar dan graben. Sementara potensi geomorfologi berupa 3 airterjun berupa Curug Cinde, Curug Jaran, dan Curug Kuwung. Kata Kunci: Geowisata, Lebakbarang, Curug Jaran Abstract – Lebakbarang is a sub-district in Pekalongan Regency and directly borders Banjarnegara Regency. Lebakbarang District is located in an area with sloping conditions with morphological conditions in the form of mountains and valleys and is the southwestern slope of Mount Rogojembangan. Geotourism potential can add economic value to an area, so it is necessary to map it. In this research, the tourism mapping method is based on geological and geomorphological conditions as well as several existing tourist attractions in the Lebakbarang District area. The geological conditions of Lebakbarang District are dominated by lava-inserted andesite breccia units from Mount Rogojembangan, while the geomorphological conditions consist of fault scarp and graben geomorphological units. Meanwhile, the geomorphological potential is in the form of 3 waterfalls: Curug Cinde, Curug Jaran, and Curug Kuwung.Keywords: Geotourism, Lebakbarang, Waterfall
Pengaruh Kondisi Hidrogeologi Terhadap Standar Baku Mutu Garam di Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah Pratomo, S.T., M.Eng., Septyo Uji; Arrisaldi, Thema; Pabhayita Noval, Ra Mauldy; Nugroho, Nandra Eko; Purnama Dewa, Gregorius Oktaviano
Jurnal Ilmiah Lingkungan Kebumian Vol 6, No 1 (2023): September
Publisher : Jurusan Teknik Lingkungan, FTM, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jilk.v6i1.10735

Abstract

Garam (NaCl), yang juga dikenal sebagai halit, memiliki peran penting sebagai bahan pokok dalam kehidupan manusia dan industri. Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah, khususnya di sepanjang pantai selatan di Kecamatan Mirit, merupakan salah satu daerah terbesar di Indonesia yang menghasilkan garam, berasal dari tambak garam berbentuk kubah-kubah memanjang menjadi sumber utama produksi garam di wilayah tersebut. Standar baku mutu garam diatur oleh SNI 3556:2016, memberikan batasan cemaran logam seperti kadmium (Cd) <0,5 mg/kg, timbal (Pb) <10 mg/kg, raksa (Hg) <0,1 mg/kg, dan arsen (As) <0,1 mg/kg. Kondisi air laut dan air tanah yang digunakan dalam proses produksi garam memiliki dampak signifikan terhadap kualitas garam yang dihasilkan yang dapat diketahui dari studi hidrogeologi. Hasil pengukuran sumur warga sejumlah 43 titik menunjukkan kedalaman muka airtanah berkisar antara 2,65 m s.d. 17,35 m. Hasil analisis garam dari 2 tambak garam yang berbeda menunjukkan kadar Cd berkisar antara 0,1077—0,1113 mg/kg, Pb antara 0,929—1,0267 mg/kg, Hg antara 0,00603—0,01358 mg/kg, dan kadar As negatif; dengan kadar air berkisar antara 1,44—3,57% b/b serta kandungan NaCl antara 99,41—99,93%. Hasil analisis air sumur dan air laut dari 3 sampel menunjukkan kadar Cd <0,0009 mg/kg, Pb <0,0011—0,0098 mg/kg, Hg <0,0001 mg/kg, dan As <0,001 mg/kg. Hasil pemetaan muka airtanah menunjukkan bahwa kondisi hidrogeologi memengaruhi standar baku mutu garam di pesisir selatan Kebumen, terutama oleh faktor besar ukuran butir yang membawa airtanah beserta unsur-unsur terlarut di dalamnya. Sementara itu, garam yang diproduksi dari 2 tambak garam di Kecamatan Mirit memenuhi standar baku mutu berdasarkan SNI 3556:2016.
Pemetaan Kerawanan Fisik Longsor Kecamatan Petungkriyono Dengan Metode Pembobotan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 Arrisaldi, Thema; Radityo, Daniel; Atmojo, Hasan Tri; Ekasara, Adam Raka
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol 2, No 2 (2022): Oktober Jurnal Ilmiah Geomatika
Publisher : Program Studi Teknik Geomatika Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.997 KB) | DOI: 10.31315/imagi.v2i2.9415

Abstract

Kecamatan Petungkriyono merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang memiliki kondisi morfologi berupa pegunungan dan lembah. Hal ini membuat Petungkriyono sering terjadi bencana longsor yang merugikan masyarakat, oleh karena itu pemetaan kerawanan longsor perlu dilakukan pada daerah ini. Metode Pembobotan menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 mengenai penataan kawasan rawan bencana longsor. Dalam pemetaan kerawanan fisik ini terdiri dari 7 parameter, yaitu : kelerengan (30%), kondisi geologi (20%), kondisi tataguna lahan(10%), densitas aliran air (7%), tebal tanah(15%), kondisi curah hujan (15%), dan kondisi kegempaan (3%). Metode pemetaan yang dilakukan yaitu dengan pemetaan langsung kemudian dilakukan pengolahan data untuk setiap parameter dan analisis overlay menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Hasil pengamatan yang dilakukan kondisi kelerngan daerah ini memiliki kelerengan rendah hingga kelerengan tinggi. Kondisi geologi daerah ini dibagi menjadi 4 satuan batuan, yaitu : endapan bongkah andsesit basaltic, satuan vulkanik III (lava dan breksi vulkanik), satuan vulkanik II (lava dan breksi vulkanik), dan satuan vulkanik I (lava dan breksi vulkanik). Kondisi tataguna lahan area ini didominasi oleh hutan dan perkebunan. Kondisi ketebalan tanah menunjukan daerah ini didominasi dengan tabal tanah yang > 1 meter dengan kondisi tidak gembur. Densitas aliran air didominasi oleh densitas aliran air sedang hingga tinggi. Kondisi curah hujan daerah Petungkriyono memiliki curah hujan yang tinnggi (>2000mm/tahun), sedangkan kondisi kegempaan pada daerah ini terletak pada area dengan kegempaan rendah. Setelah mendapatkan kondisi parameter dilakukan pembobotan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 dengan menggunakan SIG hasilnya berupa peta kerawanan fisik longsor. Kondisi kerawanan fisik longsor daerah Petungkriyono terdapat 3 kerawanan fisik yaitu : kerawanan fisik rendah memiliki luasan 0,0228 km2, kerawanan fisik sedang memiliki luasan 73,88 km2, dan kerawanan fisik tinggi memiliki luasan 10,27 km2
Aplikasi GIS Dalam Memprediksi Kerentanan Longsor Dengan Metode Pembobotan Weight of Evidence (WoE) dan Information Value (IV), Studi Kasus : Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin Arrisaldi, Thema; Mukti Wibowo, Widya Apriana; Ramadhan, Adry Satria Madya; Tesar, Wahyu
Prosiding SENASTITAN: Seminar Nasional Teknologi Industri Berkelanjutan Prosiding SENASTITAN Vol. 05 2025
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT – Font 11Renah Pemberap sub-district is a famous sub-district due to the presence of Merangin Geopark in it. Merangin Geopark is one of the geoparks that has many uniqueness both in terms of geological heritage and biodiversity. However, despite all the positive aspects, it is still necessary to identify the negative potential in the form of disasters that threaten the balance of ecosystems in the region. The morphology of hills with steep slopes, rainfall, and rock types, are the controlling factors for landslides in the area. The goals of this research are to map the vulnerability of land movement based on the parameters of the controlling factors that cause the occurrence of land movement and validate the level of accuracy of each parameter based on data of previous land movement events. The parameters used to construct the ground motion susceptibility map in this research are slope, elevation, lithology, flow density, rainfall, curvature,  distance to river, distance to structure, and soil type. Based on these parameters, the method used in this research is Geographic Information System (GIS) overlay analysis that will generate vulnerability maps and a combination of the Weight of Evidence and Logistic Regression methods by considering the advantages of each method. The data tested in this research is landslide occurrence data of Renah Pemberap Sub-district from 2020-2024 with 70% data composition for model adjustment and 30% for data validation. The result of the test conducted in the research area, the accuracy level of WoE-LR combination method is 0.8234. Based on the test results, this value is categorized as a model with a good level of accuracy, this model also has alignment with the vulnerability map that has been generated from overlaying these parameters. This research is expected to be a consideration for more effective policy making in managing disaster risk in Renah Pembarap District, especially in Merangin Geopark.Kata kunci: GIS, Logistic Regression, Landslide susceptibility map, Weight of Evidence  ABSTRAK – Font 11Kecamatan Renah Pemberap merupakan kecamatan yang terkenal dikarenakan keberadaan Geopark Merangin di dalamnya. Geopark Merangin merupakan salah satu geopark yang memiliki banyak keistimewaan baik dari segi warisan geologi maupun dari keanekaragaman hayatinya. Namun, di balik semua aspek postitifnya, tetap perlu dilakukan identifikasi mengenai potensi negatif berupa bencana yang mengancam keseimbangan ekosistem di wilayah tersebut. Morfologi perbukitan dengan lereng curam, curah hujan, dan jenis batuan, menjadi faktor pengontrol terjadinya bencana tanah longsor di daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan kerentanan Tanah Longsor berdasarkan parameter-parameter faktor pengontrol yang menyebabkan terjadinya perTanah Longsor serta memvalidasi tingkat akurasi setiap parameter berdasarkan data kejadian Tanah Longsor yang telah terjadi sebelumnya. Parameter yang digunakan untuk menyusun peta kerentanan Tanah Longsor pada penelitian ini adalah kemiringan lereng, elevasi, litologi, kerapatan aliran, curah hujan, jarak terhadap sungai, jarak terhadap struktur, dan jenis tanah. Berdasarkan parameter-parameter tersebut, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis overlay Sistem Informasi Geografis (SIG) yang akan menghasilkan peta kerentanan serta kombinasi antara metode Weight of Evidence dan Information Value dengan mempertimbangkan kelebihan dari masing-masing metode tersebut. Data yang diuji dalam penelitian ini adalah data kejadian tanah longsor berdasarkan interpretasi citra dan data dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil pengujian, parameter seperti kemiringan lereng dan jenis litologi memiliki tingkat akurasi yang baik dalam pembuatan model, sedangkan curah hujan dan jenis tanah memiliki tingkat akurasi yang buruk. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk pengambilan kebijakan yang lebih efektif dalam mengelola risiko bencana di Kecamatan Renah Pembarap, terutama di Geopark Merangin. Kata kunci: GIS, Logistic Regression, Peta Kerentanan Longsor, Weight of Evidence
Analisis Potensi Longsor Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process pada Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan Susatio, Raja; Arrisaldi, Thema; Erzagian, Egy; Hanifi Mada Mahendra, Fathan
Jurnal Ilmiah MTG Vol 15 No 1 (2025): Jurnal Ilmiah MTG Volume 15 No.1 Tahun 2025
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Panekan Sub-district, Magetan Regency, is located on landslide prone area. To address this issue, a landslide susceptibility map is needed. This study aims to develop landslide susceptibility map for Panekan Sub-district using Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP method was used to determine the weights and relative influence of five parameters which is slope, lithology, distance from structures, distance from rivers, and land use. The weight scores for each parameter are as follows: slope gradient (0,403), lithology (0,318), distance from structures (0,139), distance from rivers (0,084), and land use (0,056). Each parameter was analyzed spatially using Geographic Information System (GIS). AHP analysis produced map with values ranging from 0,99 to 4,31. Zonation was classified using the index method based on Regulation of Head of BNPB No. 2 of 2012. AHP analysis found that most areas of Panekan Sub-district are within medium hazard zone. These findings are expected to serve as a basis for local governments and communities to strengthen disaster mitigation and preparedness efforts.
GIS for Landslide Risk Assessment, Study Case Pengasih and Sentolo District, Kulon Progo, Indonesia Arrisaldi, Thema; Pratiknyo, Puji; Wilopo, Wahyu
International Journal of Disaster Management Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : TDMRC, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/ijdm.v6i1.30595

Abstract

Landslide is a natural phenomenon that often occurs as a disaster in Kulon Progo Region. This research is located in Pengasih and Sentolo District, Kulon Progo. The aim of the study is landslide risk mapping in the research area. The landslide risk map has 3 parameters, such as potential landslide condition, vulnerable situations, and community capacity to cope with the landslide disaster. Potential landslide obtained from Geographic Information System (GIS )overlay analysis using Analytical Hierarchy Process (AHP) consists of 4 sub-parameters: slope gradient (55.49%), geological condition (25.16%), stream density (9.67%), land use (9.67%). The vulnerability was obtained from 3 sub-parameters, such as economic vulnerability (33.33%), infrastructure vulnerability (33.34%), and population density (33.33%). The community capacity in the research area was obtained from The activity of the Region Disaster Management Authority (BPBD) of Kulon Progo to strengthen community awareness to cope with landslide disasters, such as socialization about landslides and simulation during an emergency landslide. The input in overlay analysis used GIS for the parameters are all sub-parameters from each parameter. Landslide risk map obtained from overlay analysis using GIS based on landslide potential map, vulnerability map, and capacity map. The result is that Pengasih and Sentolo Districts have low to moderate landslide risk conditions. Several landslides occur in each landslide risk zone.
Pemetaan Kerawanan Fisik Longsor Kecamatan Petungkriyono Dengan Metode Pembobotan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 Arrisaldi, Thema; Radityo, Daniel; Atmojo, Hasan Tri; Ekasara, Adam Raka
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 2 No. 2 (2022): Oktober Jurnal Ilmiah Geomatika
Publisher : Program Studi Teknik Geomatika Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/imagi.v2i2.9415

Abstract

Kecamatan Petungkriyono merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang memiliki kondisi morfologi berupa pegunungan dan lembah. Hal ini membuat Petungkriyono sering terjadi bencana longsor yang merugikan masyarakat, oleh karena itu pemetaan kerawanan longsor perlu dilakukan pada daerah ini. Metode Pembobotan menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 mengenai penataan kawasan rawan bencana longsor. Dalam pemetaan kerawanan fisik ini terdiri dari 7 parameter, yaitu : kelerengan (30%), kondisi geologi (20%), kondisi tataguna lahan(10%), densitas aliran air (7%), tebal tanah(15%), kondisi curah hujan (15%), dan kondisi kegempaan (3%). Metode pemetaan yang dilakukan yaitu dengan pemetaan langsung kemudian dilakukan pengolahan data untuk setiap parameter dan analisis overlay menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Hasil pengamatan yang dilakukan kondisi kelerngan daerah ini memiliki kelerengan rendah hingga kelerengan tinggi. Kondisi geologi daerah ini dibagi menjadi 4 satuan batuan, yaitu : endapan bongkah andsesit basaltic, satuan vulkanik III (lava dan breksi vulkanik), satuan vulkanik II (lava dan breksi vulkanik), dan satuan vulkanik I (lava dan breksi vulkanik). Kondisi tataguna lahan area ini didominasi oleh hutan dan perkebunan. Kondisi ketebalan tanah menunjukan daerah ini didominasi dengan tabal tanah yang > 1 meter dengan kondisi tidak gembur. Densitas aliran air didominasi oleh densitas aliran air sedang hingga tinggi. Kondisi curah hujan daerah Petungkriyono memiliki curah hujan yang tinnggi (>2000mm/tahun), sedangkan kondisi kegempaan pada daerah ini terletak pada area dengan kegempaan rendah. Setelah mendapatkan kondisi parameter dilakukan pembobotan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2007 dengan menggunakan SIG hasilnya berupa peta kerawanan fisik longsor. Kondisi kerawanan fisik longsor daerah Petungkriyono terdapat 3 kerawanan fisik yaitu : kerawanan fisik rendah memiliki luasan 0,0228 km2, kerawanan fisik sedang memiliki luasan 73,88 km2, dan kerawanan fisik tinggi memiliki luasan 10,27 km2
POTENSI GEOWISATA DI KECAMTAN LEBAKBARANG, KABUPATEN PEKALONGAN, JAWA TENGAH Arrisaldi, Thema
Jurnal Ilmiah MTG Vol 14 No 2 (2023): Jurnal Ilmiah MTG Volume 14 No.2 Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmtg.v14i2.11850

Abstract

Abstrak – Lebakbarang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pekalongan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan Lebakbarang terletak pada daerah dengan kondisi berlereng dengan kondisi morfologi berupa gunung dan lembah dan merupakan lereng selatan barat daya dari Gunung Rogojembangan. Potensi geowisata merupakan sesuatu hal yang dapat menambah nilai ekonomi suatu wilayah sehingga perlu untuk dilakukan pemetaan didalamnya. Dalam penelitian ini metode pemetaan geowisata didasarkan pada kondisi geologi dan geomorfologi serta beberapa wisata yang sudah ada di wilayah Kecamatan Lebakbarang. Kondisi geologi Kecamatan Lebakbarang didominasi oleh satuan breksi andesit sisipan lava dari Gunung Rogojembangan sedangkan kondisi geomorfologi berupa satuan geomorfologi gawir sesar dan graben. Sementara potensi geomorfologi berupa 3 airterjun berupa Curug Cinde, Curug Jaran, dan Curug Kuwung. Kata Kunci: Geowisata, Lebakbarang, Curug Jaran Abstract – Lebakbarang is a sub-district in Pekalongan Regency and directly borders Banjarnegara Regency. Lebakbarang District is located in an area with sloping conditions with morphological conditions in the form of mountains and valleys and is the southwestern slope of Mount Rogojembangan. Geotourism potential can add economic value to an area, so it is necessary to map it. In this research, the tourism mapping method is based on geological and geomorphological conditions as well as several existing tourist attractions in the Lebakbarang District area. The geological conditions of Lebakbarang District are dominated by lava-inserted andesite breccia units from Mount Rogojembangan, while the geomorphological conditions consist of fault scarp and graben geomorphological units. Meanwhile, the geomorphological potential is in the form of 3 waterfalls: Curug Cinde, Curug Jaran, and Curug Kuwung.Keywords: Geotourism, Lebakbarang, Waterfall