Pendahuluan: Fistula Umbiliculitis jarang terjadi terutama pada orang dewasa, kondisi ini dapat menganggu Kesehatan. Pemeriksaan fistulografi sangat dibutuhkan untuk mengetahui jalur fistula. Namun belum banyaak yang data terkait kasus fistula umbiliculitis ini, sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut, terkait pemeriksaan fistulografi pada kasus fistula umbiliculitis, dan alasan menggunakan proyeksi AP polos dan Lateral post kontras. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui teknik pemeriksaan fistulografi pada kasus fistula umbiliculitis dan alasan menggunakan proyeksi AP dan Lateral. Metode: jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan cara pendekatan studi kasus. Subjek penelitian dengan melakukan wawancara dengan tiga radiografer dan satu dokter spesialis radiologi, dan objek penelitian ini pada fistula umbiliculitis. metode pengumpulan data yang digunakan untuk mempermudah informasi dalam penelitian yaitu: Observasi, wawancara, dokumentasi, kepustakaan, kemudian peneliti menganalisis dengan cara reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil: Pemeriksaan fistulografi pada kasus fistula umbiliculitis di RSUD Muntilan dilakukan tanpa persiapan khusus. Hanya dua proyeksi yang digunakan, yaitu AP polos dan lateral post kontras, karena sudah cukup untuk melihat jalur fistula. Proyeksi AP, PA post kontras tidak digunakan karena posisi spuit menutupi fistel dan ada risiko media kontras tumpah jika spuit dilepas. Data diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan radiografer serta dokter radiologi. Kesimpulan: Pemeriksaan fistulografi pada kasus fistula umbiliculitis di RSUD Muntilan dilakukan tanpa persiapan khusus, hanya melepas benda logam dan menandatangani informed consent. Alat dan bahan sesuai teori, namun menggunakan abocath dan tanpa fluoroskopi. Media kontras disuntikkan bertahap, namun banyak yang keluar kembali (refluks). Proyeksi yang digunakan hanya AP polos dan lateral post kontras karena dianggap cukup, meski proyeksi LPO seharusnya bisa memberi gambaran lebih lengkap, namun tidak dilakukan karena keterbatasan teknis dan kondisi pasien