Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Prosedur Pemeriksaan Esofagografi Dengan Klinis Dysphagia Di Instalasi Radiologi RSUD Tidar Kota Magelang Aprilia Putri Djakaria; Retno Wati; Ildsa Maulidya Mar’athus Nasokha
Jurnal Kesehatan Republik Indonesia Vol 1 No 9 (2024): JKRI - September 2024
Publisher : PT. INOVASI TEKNOLOGI KOMPUTER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Tidar Kota Magelang pada bulan Agustus 2023 – Mei 2024. Subjek dari penelitian ini adalah 2 radiografer dan 1 dokter spesialis radiologi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah prosedur pemeriksaan esofagografi dengan klinis dysphagia di Instalasi Radiologi RSUD Tidar Kota Magelang dilakukan tanpa ada persiapan khusus, hanya saja pasien diminta melepaskan benda-benda logam disekitar area yang akan diperiksa. Alat dan bahan yang diperlukan yaitu pesawat sinar-X yang dilengkapi dengan fluororscopy, baju pasien, gelas, sendok, media kontras BaSO4, madu rasa dan air masak. Proyeksi post kontras yang dilakukan yaitu proyeksi AP dan RPO. Proyeksi AP untuk melihat keseluruhan dari anatomi esofagus dan RPO untuk melihat esofagus diantara tulang belakang dan jantung. Dua proyeksi tersebut digunakan karena cukup untuk melihat penyempitan yang berada di esofagus. Peneliti menyarankan sebaiknya untuk pemeriksaan esofagografi dalam pengambilan proyeksi oblique menggunakan proyeksi RAO, jika pasien diposisikan RPO maka esofagus akan terletak lebih jauh dari buckystand
STUDI KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI DALAM KASUS FISTULA UMBILICULITIS DI RUMAH SAKIT MUNTILAN Nur Aisa Fadila; Ayu Mahanani; Ildsa Maulidya Mar’athus Nasokha
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 5 No. 4: September 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Fistula Umbiliculitis jarang terjadi terutama pada orang dewasa, kondisi ini dapat menganggu Kesehatan. Pemeriksaan fistulografi sangat dibutuhkan untuk mengetahui jalur fistula. Namun belum banyaak yang data terkait kasus fistula umbiliculitis ini, sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut, terkait pemeriksaan fistulografi pada kasus fistula umbiliculitis, dan alasan menggunakan proyeksi AP polos dan Lateral post kontras. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui teknik pemeriksaan fistulografi pada kasus fistula umbiliculitis dan alasan menggunakan proyeksi AP dan Lateral. Metode: jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan cara pendekatan studi kasus. Subjek penelitian dengan melakukan wawancara dengan tiga radiografer dan satu dokter spesialis radiologi, dan objek penelitian ini pada fistula umbiliculitis. metode pengumpulan data yang digunakan untuk mempermudah informasi dalam penelitian yaitu: Observasi, wawancara, dokumentasi, kepustakaan, kemudian peneliti menganalisis dengan cara reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil: Pemeriksaan fistulografi pada kasus fistula umbiliculitis di RSUD Muntilan dilakukan tanpa persiapan khusus. Hanya dua proyeksi yang digunakan, yaitu AP polos dan lateral post kontras, karena sudah cukup untuk melihat jalur fistula. Proyeksi AP, PA post kontras tidak digunakan karena posisi spuit menutupi fistel dan ada risiko media kontras tumpah jika spuit dilepas. Data diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan radiografer serta dokter radiologi. Kesimpulan: Pemeriksaan fistulografi pada kasus fistula umbiliculitis di RSUD Muntilan dilakukan tanpa persiapan khusus, hanya melepas benda logam dan menandatangani informed consent. Alat dan bahan sesuai teori, namun menggunakan abocath dan tanpa fluoroskopi. Media kontras disuntikkan bertahap, namun banyak yang keluar kembali (refluks). Proyeksi yang digunakan hanya AP polos dan lateral post kontras karena dianggap cukup, meski proyeksi LPO seharusnya bisa memberi gambaran lebih lengkap, namun tidak dilakukan karena keterbatasan teknis dan kondisi pasien