Fathassururi, Fathassururi
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

AL-QUR’AN DALAM RUANG FORMAL LEMBAGA KEAGAMAAN Morinawa, Salsabilla; Septiandari, Dhia’ Ayu; Fathassururi, Fathassururi; Fathurrohman, Fathurrohman; Mahdiyan, Raafi Haadi; Rachim, Asfa Kurnia
Al-Mustafid: Journal of Quran and Hadith Studies Vol 2 No 2 (2023): December
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/mustafid.v2i2.549

Abstract

Hai’ah Tahfizh Al-Qur’an (HTQ) menjadi sebuah lembaga yang identik dengan Al-Qur’an di lingkungan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan yang selalu berkorelasi dengan upaya membumikan Al-Qur’an di lingkungan terkait. Melalui hal ini, tampak bahwa al-Qur’an diresepsi sedemikian rupa di lembaga ini. Pertanyaannya pun muncul, bagaimana pola dan potret resepsi tersebut eksis? Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan model analisis interpretatif kajian ini menunjukkan bahwa pola respesi Lembaga Hai’ah Tahfidz Al-Qur’an. Pertama, resepsi eksegesis hal ini tampak dari keberadaan kajian tafsir dan pelatihan karya tulis ilmiah Al-Qur’an; melalui dua kegiatan ini, peserta HTQ diberikan bekal untuk memahami al-Qur’an secara kontekstual. Kedua, resepsi estetis sebagaimana tercermin dari keberadaan pelatihan kaligrafi, tartil dan tilawah dan pelatihan Qira’ah Sab’ah. Berbagai kegiatan ini dengan sendirinya menjadikan para peserta dapat merasakan nilai-nilai estatis yang terkandung dalam al-Qur’an, baik yang berkaitan dengan seni suara maupun seni tulis atau gambar. Ketiga, resepsi fungsional, hal ini, misalnya, dapat dilihat dari adanya pelatihan Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ) dan kegiatan SYAUQI. Dua kegiatan ini jelas menjadi bagian tidak terpisahkan dari bagaimana menjadikan keahlian tertentu yang berkaitan dengan al-Qur’an dapat memberikan imbas secara spesifik.
Visualisasi QS. Yusuf ayat 28 di Media Sosial: Dari Nalar Tekstualitas ke Nalar Patriarkis Fathassururi, Fathassururi; Miski, Miski
NALAR Vol 9 No 1 (2025): Islam in Contemporary Society
Publisher : Faculty of Ushuluddin, Adab, and Da'wah, State Islamic University of Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/njppi.v9i1.9305

Abstract

The memes of Qur'anic verse Yusuf 28 on social media present women as objects of visualization. As a meme, the visualization of this verse cannot be separated from deliberately constructed understandings. Therefore, this article aims to answer the question: 1) Does the understanding visualized in the memes represent the meaning of the Qur'anic verse Yusuf 28?. 2) How does this imply the existence of women? The article is a library study with a content analysis approach to the visualization of Yusuf 28 in various memes on social media. The data is collected using documentation techniques by searching social media platforms such as Instagram, Facebook, X, Telegram, Pinterest, and TikTok. The search was based on several keywords, specifically “tipu daya wanita”, “wanita tipu daya”, “tipu daya”, “tipu daya perempuan”, and the hashtag #tipudayawanita. Data was analyzed based on content (text), patterns, and the style emphasized. The study found that the understanding of Qur'anic verse Yusuf 28, regarding women as a “fitnah,” is often visualized in various memes on social media in a literal and textual manner. Furthermore, these findings imply the existence of gender inequality, marginalization, subordination, and stereotypes toward women. The reality essentially does not reflect the principles of equality and humanity that are central to the Quran's core values. These findings further strengthen the argument that the visualization of Qur'anic verses on social media regarding women tends to be biased and textual. Therefore, this article's findings can provide academic literature for governments, religious leaders, and gender activists in designing more equitable and gender-sensitive narratives and content for disseminating religious messages on social media.
Menelisik Tafsir Ibnu Katsir dalam Mushaf Aisyah: Studi Wacana atas Reproduksi Nalar Patriarkis dalam Terjemahan Al-Qur’an untuk Wanita Fathassururi, Fathassururi; Rahman, Fathur; Lismana, Ilman; In, Khurin; Nadia, Intan
Al-Qudwah Vol 3, No 2 (2025): December
Publisher : UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/alqudwah.v3i2.30399

Abstract

This study aims to examine the process of women’s objectification and the perpetuation of patriarchal reasoning within the Mushaf Aisyah, with particular emphasis on the intertextual relationship between Tafsir Ibn Kathir and the Qur’anic verses highlighted in pink. The primary research questions investigate the patterns and mechanisms through which patriarchal interpretations are transmitted from Tafsir Ibn Kathir into the Mushaf Aisyah, as well as the degree to which its summarized exegeses reproduce or transform classical conceptions of women’s roles and status in Islam. Employing a qualitative methodology grounded in library research, the study utilizes a descriptive-analytical and intertextual approach. The data sources include the Mushaf Aisyah, Tafsir Ibn Kathir, and both classical and contemporary literature on Qur’anic exegesis and gender studies. The analysis centers on verses pertaining to women marked in pink addressing themes such as creation, leadership, inheritance, and social status. The findings indicate that the Mushaf Aisyah reproduces and reinforces patriarchal reasoning through selective citation and gender-biased interpretation derived from Tafsir Ibn Kathir. The transmission mechanisms manifest in three forms: First, symbolic highlighting of women-related verses in pink, second, citation of classical commentary without critical reinterpretation, and third, incorporation of female-related hadiths from Bukhari and Muslim. The study concludes that the Mushaf Aisyah emphasizes symbolic feminine aesthetics rather than critically challenging entrenched patriarchal biases. This study theoretically advances the discourse on gender exegesis and contemporary Qur’anic manuscript studies in Indonesia by elucidating the ideological underpinnings associated with the commodification of sacred texts.Abstrak: Penelitian ini bertujuan menganalisis proses objektivasi perempuan dan reproduksi nalar patriarkis dalam Mushaf Aisyah, khususnya melalui intertekstualitas antara Tafsir Ibnu Katsir dan ayat-ayat yang diberi penanda warna merah muda. Pertanyaan utama yang dikaji adalah bagaimana pola dan mekanisme transmisi nalar patriarkis dari Tafsir Ibnu Katsir ke dalam Mushaf Aisyah, serta sejauh mana ringkasan tafsir tersebut mereproduksi atau memodifikasi pemahaman klasik tentang peran dan kedudukan perempuan dalam Islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis studi pustaka dengan pendekatan deskriptif-analitis dan analisis intertekstual. Data dikumpulkan dari Mushaf Aisyah, Tafsir Ibnu Katsir, serta literatur tafsir dan studi gender kontemporer. Analisis difokuskan pada ayat-ayat bertema perempuan yang ditandai dengan warna merah muda, mencakup isu penciptaan, kepemimpinan, kewarisan, dan kedudukan sosial perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mushaf Aisyah mereproduksi dan memperkuat nalar patriarkis melalui seleksi ayat dan interpretasi yang bias gender dari Tafsir Ibnu Katsir. Mekanisme transmisinya tampak dalam tiga bentuk:Pertama,  penandaan simbolik ayat bertema perempuan dengan warna merah muda, kedua, pengutipan ringkasan tafsir klasik tanpa reinterpretasi kritis, dan ketiga, penyisipan hadis-hadis perempuan dari riwayat Bukhari-Muslim. Penelitian ini menegaskan bahwa Mushaf Aisyah lebih menampilkan estetika femininitas simbolik daripada menghadirkan dekonstruksi terhadap bias patriarkis yang telah mapan. Secara teoretis, penelitian ini berkontribusi pada kajian tafsir gender dan studi mushaf kontemporer di Indonesia dengan mengungkap dimensi ideologis di balik komodifikasi teks suci.