Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Differences In Changes In Anxiety Level Of Students When Compiling Thesis With Green Color Therapy Intervention Compared With Deep Breath Relaxation Therapy: Perbedaan Perubahan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Saat Menyusun Skripsi Dengan Intervensi Terapi Warna Hijau Dibandingkan Terapi Relaksasi Napas Dalam Meydia Windy Utami; Titik Endarwati; Furaida Khasanah
Caring : Jurnal Keperawatan Vol. 11 No. 2 (2022): September
Publisher : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29238/caring.v11i2.2142

Abstract

Final-year students are required to complete a thesis, which can cause students to be prone to experiencing anxiety. One of the non-pharmacological therapies to overcome anxiety is green color therapy. Green color therapy will increase levels of the hormones serotonin and oxytocin and decrease the hormone norepinephrine, which will increase mood and happiness, so that anxiety when writing a thesis will decrease. To find out the differences in changes in anxiety levels in students when compiling their thesis with a green color therapy intervention compared to deep breathing relaxation therapy at the Nursing Department of the Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. This type of research is a quasi-experiment with a pre and post-test control group design. The number of respondents was 44, who were selected by total sampling. The number of samples in the intervention group was 22 respondents, and the comparison group had 22 respondents. The research instrument used was an anxiety scale questionnaire. Data analysis used a paired t-test and an independent t-test with a significant level of p<0.05. There were significant differences in anxiety levels in the intervention group and the comparison group before being given treatment (p value = 0.00) and after being given treatment (p value = 0.035). Green color therapy is more effective in reducing the anxiety level of students who are preparing their thesis than deep breathing relaxation therapy.   Mahasiswa tingkat akhir dituntut untuk menyelesaikan skripsi yang mana dapat menyebabkan mahasiswa rentan mengalami kecemasan. Salah satu terapi non farmakologis untuk mengatasi kecemasan adalah terapi warna hijau. Terapi warna hijau akan meningkatkan kadar hormon serotonin, oksitosin serta penurunan hormon norepinephrine yang akan meningkatkan suasana hati dan rasa bahagia sehingga kecemasan saat menyusun skripsi akan menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan tingkat kecemasan pada mahasiswa saat menyusun skripsi dengan intervensi terapi warna hijau dibandingkan terapi relaksasi napas dalam di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Jenis penelitian quasy eksperiment dengan Pre and posttest control group design. Jumlah responden sebanyak 44 yang dipilih dengan total sampling. Jumlah sampel kelompok intervensi 22 responden dan kelompok pembanding 22 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner skala kecemasan. Analisa data menggunakan uji paired t-test dan uji independent t-test dengan taraf signifikan p<0,05. Hasil penelitian diketahui terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan pada kelompok intervensi dan kelompok pembanding sebelum diberikan perlakuan (p value=0,00) dan sesudah diberikan perlakuan (p value =0,035). Terapi warna hijau lebih efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dibandingkan terapi relaksasi napas dalam.  
Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan Darah Pada Penyandang Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Turi Kabupaten Sleman Titalia Aurelie Nur Cahyani; Sutejo; Titik Endarwati
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 1 No. 4 (2022)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Apabila hipertensi dibiarkan tidak terkontrol dapat menyebabkan 45 % kematian akibat penyakit jantung dan 51 % kematian karena stroke. Pencegahan komplikasi hipertensi dengan penatalaksanaan farmakologi yaitu pemberian obat amlodipine dan captopril, sedangkan pencegahan non farmakologi yaitu seperti menurunkan berat badan, merubah kebiasaan hidup, membatasi konsumsi garam berlebih, dan relaksasi. Slow Deep breathing merupakan relaksasi yang dapat meningkatkan sensitivitas baroreflek sehingga menyebabkan pembuluh darah melebar, penurunan curah jantung serta menyebabkan tekanan darah menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah pada penyandang hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Turi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasy experimental menggunakan desain “Non-equivalent Control Group Design”. Jumlah responden 56 orang yang dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Instrument penelitian menggunakan sphygmanometer anaeroid dan stetoskop. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitney. Hasil dari penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan intervensi slow deep breathing terhadap tekanan darah sistol (P value = 0,000) dan tekanan darah diastol (P value = 0,000) pada penyandang hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Turi. Kesimpulan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah pada penyandang hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Turi. Penelitian ini dapat diterapkan sebagai terapi non farmakologi bagi penyandang hipertensi sebagai alternatif penurunan tekanan darah selain pengobatan dan senam hipertensi.
EKSPLORASI PEMILIHAN CURAHAN HATI PADA REMAJA: ORANG TERDEKAT VS MEDIA SOSIAL Iskandar, Yustiana Olfah; Tri Siswati; Syamsul Firdaus; Titik Endarwati
KOSALA : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 13 No. 1 (2025): KOSALA : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Kosala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37831/kjik.v13i1.348

Abstract

Dalam realitas penuh tekanan dan tantangan yang dihadapi remaja saat ini, curahan hati  menjadi saluran penting bagi mereka untuk mengatasi berbagai perasaan dan pengalaman emosional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemilihan curahan hati remaja dengan penggunaan media sosial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif survei dan dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross-sectional dimana hanya dilakukan satu kali pengambilan data. Penelitian berlangsung di SMP N 1 dan SMP N 2 Sleman Yogyakarta pada bulan Juni-Agustus 2021 dengan jumlah sampel sebanyak 60 siswa. Variabel yang diteliti adalah karakteristik responden dan kecenderungan pilihan tempat curahan hati (curhat) baik keluarga/teman maupun media sosial. Data dikumpulkan dengan kuesioner terstruktur dan dianalisis secara diskriptif melalui narasi, gambar maupun tabel. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan, dengan pendidikan bapak dan ibu adalah SMA. Sebagian besar remaja memilih ibu dan teman sebagai teman curhat (masing-masing sebesar 40% dan 37%), namun demikian mereka juga masih memilih media sosial sebagai tempat curhat (60%). Pilihan favorit media sosial untuk curhat adalah WhatsApp (37%). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa variabel kategori pemilihan curahan hati dan variabel penggunaan media sosial mempunyai tingkat korelasi sebesar 0,28 yang signifikan pada tingkat confidence interval 95%. Kesimpulan: kategori pemilihan curahan hati dengan penggunaan media berkorelasi, remaja tetap memilih media sosial sebagai sarana curahan hati, meskipun memiliki seseorang untuk curahan hati. Kata kunci : curahan hati; ekspresi perasaan; media sosial; remaja Adolescence is a developmental phase where there are many changes, including emotional changes. During adolescence there is also a peak in emotionality, so teenagers must receive attention from parents, teachers and a good environment so that their emotions can be controlled. Emotional development that is not well controlled can trigger emotional mental problems in adolescents. To realize adolescent mental health, it cannot be separated from the role of family and community in developing adolescent mental health. In principle, teenagers in the household environment can consult with their parents as friends to confide in. However, nowadays quite a few people are turning to confiding in social media and teenagers are the highest users of social media with a percentage of 75.50%. The use of social media makes it easier for teenagers to express or vent their feelings. To understand the relationship between the type of friends to share feelings with the use of social media as a tool to vent emotions in teenagers, this study was conducted using a quantitative survey method and a cross-sectional approach, where data were collected only once. This study was conducted at SMP N 1 and SMP N 2 Sleman, Yogyakarta, involving 60 students aged 14 and 15 years as samples. The result of the research show that as many as 40% of teenagers chose Mother as their friend to confide in and as many as 60% of teenagers used social media as a means to confide in or express their feelings. The results of the correlation analysis show that the variable whoever the friend confides in and the variable social media use have a correlation level of 0.28 which is significant at the 95% confidence interval level. These two variables have a significant relationship. Keywords : adolescent , expression of feeling, social media