Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TERAPI MUSIK REBANA MAMPU MENURUNKAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG Iskim Luthfa; Furaida Khasanah; Dyah Wiji Puspita Sari
NURSCOPE: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan Vol 1, No 2 (2015): Desember
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/nurscope.1.2.1-7

Abstract

ABSTRAKStress yang terjadi pada lansia yang di rawat di Unit Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang disebabkan oleh beberapa hal antara lain, lansia merasa kesepian karena jauh dari keluarga, merasa terasing karena harus tinggal di lingkungan yang baru, mengalami ketergantungan dan ketidakberdayaan. Salah satu terapi untuk menurunkan stress pada lansia yaitu dengan musik tradisional rebana. Terapi musik tradisional rebana menyerupai terapi okupasional yang cara kerjanya mampu menurunkan hormon kortisol yang disebabkan karena stress sehingga tubuh menjadi tenang dan rileks, sehingga seseorang mampu melupakan permasalahannya.Penelitian kuasi eksperimen ini didesain menggunakan pre-test and post-test with control group. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik purposive sampling, sampel dalam penelitian sebanyak 20 lansia, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 10 lansia kelompok perlakuan dan 10 lansia kelompok kontrol. Untuk kelompok perlakuan diberi intervensi yaitu pemberian terapi musik rebanaselama 30 menit, pemberian terapi musik rebana dilakukan 1 kali seminggu selama 8 minggu. Sedangkan untuk kelompok kontrol tidak diberikan intervensi apapun. Instrument penelitian stress menggunakan skala Holmess dengan 36 pertanyaan.Hasil, Uji independent t test didapatkan pada kelompok perlakuan tingkat stress menurun dari 1,7 menjadi 1,3 (nilai p = 0,037). Untuk kelompok kontrol tingkat stress juga menurun dari 1,3 menjadi 1,2 (nilai p = 0,545), namun penurunan ini dinilai tidak signifikan.Kesimpulannya : Terapi musik rebana mampu menurunkan tingkat stress pada lansia di Unit Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang.Kata kunci : Musik rebana, Stres, Lansia.
Penerapan Booklet Manajemen Cairan dalam Pemenuhan Kebutuhan Keseimbangan Cairan pada Pasien dengan Chronic Kidney Disease di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Vira Zahra Alkharis; Furaida Khasanah; Ida Mardalena
Caring : Jurnal Keperawatan Vol. 11 No. 2 (2022): September
Publisher : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29238/caring.v11i2.1796

Abstract

Hemodialysis patients experience difficulties in managing fluids and dietary restrictions, resulting in increased risk of mortality and higher healthcare service costs (Cristovao, 2015). According to (Tovazzi, M.E., Mazzoni, 2012), 81.4% of patients have difficulty managing hemodialysis fluids, and 74.6% struggle with dietary adherence due to a lack of understanding about strategies that can assist them in fluid restriction. To apply nursing care to patients experiencing chronic kidney failure in Room Melati II of Dr. Soeradji Tirtonegoro General Hospital, Klaten. A descriptive method with a case study approach, a scientific method involving data collection. The nursing care includes assessment, diagnosis establishment, intervention using fluid management booklets, implementation, and evaluation. Diagnoses arising from chronic kidney failure cases in Room Melati II of Dr. Soeradji Tirtonegoro General Hospital for Mr. J include hypervolemia, ineffective peripheral tissue perfusion, unstable blood glucose levels, and impaired physical mobility. Meanwhile, for Mr. H, diagnoses include hypervolemia, ineffective tissue perfusion, and acute pain. Patient Mr. J, after receiving 6 sessions of 8-hour care for diagnoses of hypervolemia, ineffective peripheral tissue perfusion, infection risk, and impaired mobility, showed resolution. However, for the diagnosis of unstable blood glucose levels, there was partial resolution as the random blood sugar value remained at 218mg/dL, with reduced complaints of drowsiness, dizziness, and weakness. For patient Mr. H, after 9 sessions of 8-hour care for diagnoses of hypervolemia, ineffective peripheral tissue perfusion, infection risk, and acute pain, there was partial resolution as pharmacological therapy was still ongoing upon discharge planning. The diagnosis of bleeding risk met resolution criteria. The implementation results indicate that the booklet information is effective in enhancing hemodialysis patients' knowledge about fluid management to prevent complications and can be effectively utilized both in hospitals and in the community.   Pasien hemodialisa mengalami kesulitan untuk mengelola cairan dan pembatasan diet yang mengakibatkan tingginya resiko kematian serta peningkatan biaya pelayanan kesehatan (Cristovao, 2015). (Tovazzi, M.E., Mazzoni, 2012), mengatakan pasien yang mengalami kesulitan dalam mengelola cairan hemodialisa sebanyak 81,4%, mengalami kesulitan mengikuti diet sebanyak 74,6%, hal ini dikarenanakan tidak mendapatkan pemahaman tentang bagaimana strategi yang dapat membantu mereka dalam pembatasan cairan. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronis di Ruang Melati II RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah yang bersifat pengumpulan data. Asuhan keperawatan tersebut meliputi pengkajian, penegakkan diagnosa, intervensi booklet manajemen cairan, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang muncul pada kasus gagal ginjal kronik di Ruangan Melati II RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada Tn. J antara lain hypervolemia, perfusi perifer tidak efektif, ketidakstabilan kadar glukosa darah, dan gangguan mobilitas fisik. Sedangkan pada Tn. H antara lain hipervolemia, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, dan nyeri akut. Pasien Tn. J setelah dilakukan perawatan 6x8 jam dengan diagnose hypervolemia, perfusi perifer tidak efektif, risiko infeksi, dan gangguan mobilisasi teratasi. Kemudian pada diagnose ketidakstabilan gula darah pasien Tn. J teratasi Sebagian, karena nilai gula darah sewaktu masih mencapai 218mg/dL, dengan keluhan mengantuk, pusing, lemas menurun. Kemudian pada pasien Tn. H setelah dilakukan perawatan selama 9x8 jam dengan diagnose keperawatan hypervolemia, perfusi perifer tidak efektif, risiko infeksi, dan nyeri akut teratasi Sebagian, karena masih adanya terapi farmakologi saat pasien pulang pada discharge planning. Kemudian pada diagnose risiko perdarahan masuk kriteria teratasi. Hasil dari implementasi menunjukkan bahwa informasi booklet efektif dalam meningkatkan pengetahuan pasien hemodialisis tentang manajemen cairan untuk pencegahan komplikasi dari hemodialisis dan dapat digunakan secara efektif di rumah sakit maupun di masyarakat.  
Differences In Changes In Anxiety Level Of Students When Compiling Thesis With Green Color Therapy Intervention Compared With Deep Breath Relaxation Therapy: Perbedaan Perubahan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Saat Menyusun Skripsi Dengan Intervensi Terapi Warna Hijau Dibandingkan Terapi Relaksasi Napas Dalam Meydia Windy Utami; Titik Endarwati; Furaida Khasanah
Caring : Jurnal Keperawatan Vol. 11 No. 2 (2022): September
Publisher : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29238/caring.v11i2.2142

Abstract

Final-year students are required to complete a thesis, which can cause students to be prone to experiencing anxiety. One of the non-pharmacological therapies to overcome anxiety is green color therapy. Green color therapy will increase levels of the hormones serotonin and oxytocin and decrease the hormone norepinephrine, which will increase mood and happiness, so that anxiety when writing a thesis will decrease. To find out the differences in changes in anxiety levels in students when compiling their thesis with a green color therapy intervention compared to deep breathing relaxation therapy at the Nursing Department of the Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. This type of research is a quasi-experiment with a pre and post-test control group design. The number of respondents was 44, who were selected by total sampling. The number of samples in the intervention group was 22 respondents, and the comparison group had 22 respondents. The research instrument used was an anxiety scale questionnaire. Data analysis used a paired t-test and an independent t-test with a significant level of p<0.05. There were significant differences in anxiety levels in the intervention group and the comparison group before being given treatment (p value = 0.00) and after being given treatment (p value = 0.035). Green color therapy is more effective in reducing the anxiety level of students who are preparing their thesis than deep breathing relaxation therapy.   Mahasiswa tingkat akhir dituntut untuk menyelesaikan skripsi yang mana dapat menyebabkan mahasiswa rentan mengalami kecemasan. Salah satu terapi non farmakologis untuk mengatasi kecemasan adalah terapi warna hijau. Terapi warna hijau akan meningkatkan kadar hormon serotonin, oksitosin serta penurunan hormon norepinephrine yang akan meningkatkan suasana hati dan rasa bahagia sehingga kecemasan saat menyusun skripsi akan menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan tingkat kecemasan pada mahasiswa saat menyusun skripsi dengan intervensi terapi warna hijau dibandingkan terapi relaksasi napas dalam di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Jenis penelitian quasy eksperiment dengan Pre and posttest control group design. Jumlah responden sebanyak 44 yang dipilih dengan total sampling. Jumlah sampel kelompok intervensi 22 responden dan kelompok pembanding 22 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner skala kecemasan. Analisa data menggunakan uji paired t-test dan uji independent t-test dengan taraf signifikan p<0,05. Hasil penelitian diketahui terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan pada kelompok intervensi dan kelompok pembanding sebelum diberikan perlakuan (p value=0,00) dan sesudah diberikan perlakuan (p value =0,035). Terapi warna hijau lebih efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dibandingkan terapi relaksasi napas dalam.  
PELATIHAN DESINFEKSI RUANGAN KELAS DAN PENYULUHAN PHBS DI SMA NEGERI 1 LENDAH, KULON PROGO Sugianto; Sri Puji Ganefati; Muhammad Primiaji Rialihanto; Furaida Khasanah
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 4 No. 2: Februari 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan mikroorganisme dalam ruangan dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, pencahayaan, kepadatan hunian dan sistem ventilasi. Upaya penurunan kuman udara dapat dilakukan melalui pencegahan Indoor Pollution. Pencegahan bisa dengan desinfeksi ruangan. Hal ini sebagai bentuk upaya mencegah penyakit menular. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan nyaman melalui kegiatan desinfeksi ruang kelas menggunakan gas khlor dari elektrolisis air garam serta dilakukan penyuluhan PHBS. Pengabdian masyarakat ini diikuti oleh siswa baru tahun ajaran 2023/2024 sejumlah 216 siswa SMA Negeri 1 Lendah. Penyuluhan dengan metode komunikasi dua arah dan tanya jawab, untuk mengetahui penguasaan materi dari peserta. Hasil kegiatan didapatkan bahwa peserta telah memahami apa itu PHBS dan cara desinfeksi ruangan.