Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Toward an Embodied Decolonial Pneumatology: Dishoming Space: Oleh Toar Banua Hutagalung Sinaga, Andri Vincent
Indonesian Journal of Theology Vol 12 No 2 (2024): Edisi Reguler
Publisher : Asosiasi Teolog Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46567/ijt.v12i2.585

Abstract

A book review of Toward an Embodied Decolonial Pneumatology: Dishoming Space.
Book Review: The Good Shepherd: A Thousand – Year Journey from Psalm 23 to the New Testament Sinaga, Andri Vincent
PASCA : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 20 No 2 (2024): PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46494/psc.v20i2.375

Abstract

This book review examines Kenneth E. Bailey's “The Good Shepherd: A Thousand-Year Journey from Psalm 23 to the New Testament.” Bailey, a leading Biblical scholar with nearly five decades of experience in the Middle East, traces the development of the “Good Shepherd” theme from Psalm 23 to the New Testament. With a strong intertextual approach, Bailey shows the continuity of this theme through the writings of the prophets to the gospels and epistles of the New Testament. The book is divided into nine chapters, each focusing on a specific part of the Bible. Beginning with an in-depth analysis of Psalm 23, Bailey explores the dual role of the shepherd in ancient Middle Eastern culture. He then develops this theme through the prophets, portraying God as the shepherd who restores His people. In an analysis of the Gospels, Bailey shows how Jesus identifies Himself as the Good Shepherd, contrasting Him with failed leaders. The book concludes with a discussion of the Letter of 1 Peter, which emphasizes the importance of humble leadership in the church. Bailey uses a variety of methodological approaches, including in-depth literary and rhetorical analysis, Middle Eastern social and cultural contextualization, and intertextual approaches. The book's main strength lies in its use of in-depth Middle Eastern cultural context and strong rhetorical analysis, helping readers understand the development and relevance of the metaphor of the “Good Shepherd”.
Kerukunan Beragama di Tengah Perbedaan Agama-Agama dan Moderasi Beragama di Indonesia: Suatu Perspektif Teologis: Religious Harmony Amid Religious Differences and Religious Moderation in Indonesia: A Theological Perspective Sinaga, Andri Vincent; Mussu, Ronald Engelhard; Winanto, Oey Natanael
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 6 No 1 (2025): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.6 No.1 (April 2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/jrsc.v6i1.230

Abstract

This study addresses the erosion of religious harmony and tolerance in Indonesia, caused by various factors, including religiously motivated conflicts and radicalism. Despite government efforts to promote a harmonious religious life through regulations, conflicts persist, leading to discomfort and disharmony. This research employs a qualitative method with a literature review approach and document analysis, focusing on government regulations, the concept of religious harmony, and theological perspectives from various religions on interfaith harmony. The study finds that the essence of religious harmony lies in mutual recognition, respect, and tolerance of different beliefs and practices. The goal of religious harmony is to establish peaceful relationships, mutual respect, and support for the existence of other religious communities. The concept of Tri Kerukunan Umat Beragama (Threefold Religious Harmony) includes internal religious harmony, interfaith harmony, and harmony between religious communities and the government. Factors contributing to religious conflicts include exclusivist attitudes, rejection of differences, and intolerance. The government has established the Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) to address these issues. Theological perspectives from various religions (Christianity, Islam, Hinduism, Buddhism, and Confucianism) support the concept of religious harmony and moderation as paths to achieving peace. The implementation of religious moderation, which balances exclusivity and inclusivity, is crucial for fostering religious harmony and tolerance in Indonesia’s plural and multicultural society. This research contributes by providing a theological and practical framework for promoting peace and tolerance in Indonesia. Penelitian ini membahas erosi kerukunan dan toleransi antar umat beragama di Indonesia, yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk konflik yang berlatar agama dan radikalisasi. Meskipun pemerintah telah berupaya mempromosikan kehidupan beragama yang harmonis melalui peraturan, konflik tetap terjadi, yang menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakharmonisan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan analisis dokumen, yang berfokus pada peraturan pemerintah, konsep kerukunan beragama, dan pandangan teologis dari berbagai agama mengenai kerukunan antar umat beragama. Penelitian ini menemukan bahwa esensi kerukunan beragama terletak pada saling mengakui, menghargai, dan mentolerir perbedaan keyakinan dan praktik beragama. Tujuan kerukunan beragama adalah membangun hubungan yang damai, saling menghormati, dan mendukung keberadaan komunitas agama lain. Konsep Tri Kerukunan Umat Beragama mencakup kerukunan internal umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah. Faktor-faktor yang menyebabkan konflik antar umat beragama meliputi sikap eksklusif, penolakan terhadap perbedaan, dan intoleransi. Pemerintah telah membentuk Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) untuk menangani masalah-masalah ini. Pandangan teologis dari berbagai agama (Kristen, Islam, Hindu, Buddha, dan Konghucu) mendukung konsep kerukunan beragama dan moderasi beragama sebagai jalan menuju perdamaian. Implementasi moderasi beragama, yang menyeimbangkan eksklusivitas dan inklusivitas, sangat penting untuk mewujudkan kerukunan dan toleransi antar umat beragama di masyarakat Indonesia yang plural dan multikultural. Penelitian ini memberikan kontribusi dengan menyediakan kerangka teologis dan praktis untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi di Indonesia.
Penggembalaan Spiral: Memaknai Perjumpaan Yesus dengan Perempuan Samaria (Yoh. 4:1-42) di Era Postmodern Sinaga, Andri Vincent
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 7 No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34081/fidei.v7i1.551

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendekatan Yesus dalam berinteraksi dengan perempuan Samaria (Yoh. 4:1-42) dan mengidentifikasi prinsip-prinsip penggembalaan yang dapat dipelajari dari interaksi tersebut, serta mengeksplorasi penerapannya dalam penggembalaan di era postmodern. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk memahami interaksi Yesus dengan perempuan Samaria dalam Yohanes 4:1-42. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Yesus dalam berinteraksi dengan perempuan Samaria, adalah melintasi batas-batas sosial dan budaya, membangun persahabatan, pendekatan personal melalui dialog, memulihkan cara hidup yang salah, menawarkan prinsip-prinsip penting untuk penggembalaan spiral di era postmodern. Prinsip-prinsip tersebut meliputi penghargaan terhadap keberagaman, komunikasi kebenaran secara kontekstual, membangun hubungan autentik, mendengarkan dengan empati, serta mengakui kebenaran dalam tradisi lain sambil menegaskan keunikan Injil. Penggembalaan spiral merupakan model penggembalaan yang dinamis, kontekstual, dan berpusat pada dialog, yang melampaui sekat-sekat tradisional untuk menjangkau dan merangkul keragaman masyarakat postmodern.
DARI PENDERITAAN MENUJU KEMULIAAN: STUDI HERMENEUTIK KANONIKAL BERDASARKAN 2 KORINTUS  4:16-5:10 SERTA RELEVANSINYA BAGI HAMBA TUHAN Sinaga, Andri Vincent; Suhanda, Darmin; Manik, Pernando; Padang, Psalmen
Imitatio Christo : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 3 (2025): Jurnal Imitatio Christo - Edisi September
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Arastamar Grimenawa Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63536/imitatiochristo.v1i3.62

Abstract

Artikel ini bertujuan menelaah makna penderitaan yang dialami Paulus dalam 2 Korintus 4:16–5:10 serta relevansinya bagi hamba Tuhan masa kini. Masalah penelitian berangkat dari kenyataan bahwa banyak orang Kristen, termasuk pelayan gereja, kerap mengalami penderitaan dalam berbagai bentuk, namun sering kali kurang memahami makna teologisnya dalam terang Kitab Suci. Kekosongan pemahaman ini memunculkan kerentanan spiritual yang mengaburkan relasi antara penderitaan, iman, dan pengharapan. Untuk itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan, serta mengadopsi hermeneutik kanonikal sebagai pisau analisis utama. Melalui pendekatan ini, teks tidak dibaca terisolasi, melainkan ditempatkan dalam jalinan narasi Alkitab secara keseluruhan. Kebaruan penelitian ini terletak pada usaha menafsirkan penderitaan Paulus bukan hanya sebagai pengalaman pribadi, tetapi sebagai pola kanonikal penderitaan–kemuliaan yang mengakar dalam kesaksian Kitab Suci, dan karenanya relevan bagi pelayanan Kristen di era kontemporer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderitaan merupakan realitas yang tak terpisahkan dari kehidupan iman, khususnya bagi hamba Kristus. Namun, penderitaan tidak dimaknai sebagai alasan untuk menyerah, melainkan sebagai sarana pembaruan batin dan partisipasi dalam misteri kebangkitan Kristus, yang memberi dasar pengharapan bagi pelayanan yang setia, berdaya tahan, dan transformatif.
Mistis-isme dan Pengobatan Tradisional: Kajian Teologi Kristen tentang Mistis-isme dan Pengobatan Tradisional dan Refleksinya bagi Orang Kristen Masa Kini Togatorop, Andri; Sinaga, Andri Vincent; Tan, Juan Ananta
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 4 No 2 (2023): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.4 No.2 (October 2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/jrsc.v4i2.201

Abstract

Mysticism and traditional medicine are two things that are intertwined in terms of healing from illness. Diseases that are often treated through traditional medicine include diseases originating from evil spirits, as well as diseases involving witchcraft, black magic, and even diseases from which it is not known where they originate. In this culture of belief in mysticism and traditional medicine, among Christians there is a dualism of belief, namely one side believes in God, but also believes in evil spirits/dark powers. Of course this is contrary to the Christian faith. The aim of this research is to prove that mystical and traditional medicine is still developing among Christians, as well as the connection between mysticism (occultism) and traditional medicine and to examine it based on Christian theology. The results of the research show that mysticism, as well as traditional medicine, is now increasingly widespread among Christians. Mysticism and traditional medicine are inseparable. This practice of mysticism and traditional medicine is a socio-cultural phenomenon among certain tribes and is very difficult to abandon. Mistis-isme dan pengobatan tradisional adalah dua hal yang saling berkelindan dalam hal penyembuhan dari sakit penyakit. Penyakit yang sering dilayani melalui pengobatan tradisional ini adalah seperti penyakit yang berasal dari roh jahat, juga penyakit guna-guna, santet, bahkan penyakit yang tidak diketahui dari mana berasal. Di dalam budaya kepercayaan kepada mistis-isme dan pengobatan tradisional ini, di kalangan orang Kristen terdapat dualisme kepercayaan yaitu satu sisi percaya kepada Tuhan, namun percaya juga kepada roh jahat/kuasa gelap. Tentu hal ini bertentangan dengan iman Kristen. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa mistis dan pengobatan tradisional masih berkembang di kalangan orang Kristen, pun kaitan antara mistis-isme (okultisme) dan pengobatan tradisional serta mengkajinya berdasarkan teologi Kristen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mistis-isme pun pengobatan tradisional, kini kian merebak di kalangan orang Kristen. Mistis-isme dan pengobatan tradisional saling tidak dapat dipisahkan. Praktik mistis-isme dan pengobatan tradisional ini adalah fenomena sosial-budaya di kalangan suku tertentu dan sangat sukar untuk ditinggalkan.
Integritas Hamba Tuhan Menurut Perjanjian Lama dan Relevansinya bagi Kredibilitas/Jati diri Hamba Tuhan Masa Kini Sinaga, Andri Vincent
Views : Jurnal Teologi dan Biblika Vol. 2 No. 1 (2024): VIEWS: Jurnal Teologi dan Biblika Edisi April 2024
Publisher : Vieka Wahana Semesta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63248/views.v2i1.10

Abstract

Servants of God with integrity are an urgent need and also everyone's desire. Integrity means there is conformity between what is said and done. In the Old Testament perspective, integrity must be possessed by all God's servants. However, in this day and age, it is difficult to find servants of God with integrity. The purpose of this research is to show that the integrity of God's servants has a big influence on the credibility or identity of God's servants (both ordained and non-ordained ministers). The methodology used is a qualitative method, with a library approach. The research results show that in the Old Testament, integrity is a reflection of a person's character. Character is formed from and as a result of a person's association with God, which results in that person possessing God's moral qualities. Integrity includes qualities in the form of inherent values such as: trustworthiness, commitment, responsibility, honesty, truth, loyalty and so on.
Persekutuan Dan Pelayanan Yang Berdampak: Mengulik Makna Teologis Persekutuan Dan Pelayanan Berdasarkan Kisah Para Rasul 2:41-47 Serta Implikasinya Bagi GKPS Masa Kini Sinaga, Andri Vincent; Togatorop, Andri Rifai
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 5 (2023): Innovative: Journal of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persekutuan dan pelayanan adalah dua hal yang menjadi garda terdepan dalam pertumbuhan gereja baik secara kuantitas dan kualitas di dalam jemaat. Persekutuan dan pelayanan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dari dalam tubuh gereja, sebab di dalam gereja termaktub persekutuan dan pelayanan. Sehingga, baik itu persekutuan maupun pelayanan adalah suatu tugas yang mestinya berjalan bersama-sama/beriringan, guna pertumbuhan dan perkembangan gereja Tuhan (jemaat). GKPS menyepakati tema per lima tahun sejak 2021-2025 yaitu “Persekutuan dan Pelayanan Berdampak.” Penulis akan mengkaji secara teologis dengan berkaca dari Kisah Para Rasul 2:41-47 secara historis-teologis. Metodologi yang penulis gunakan adalah kualitatif, dengan pendekatan kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik itu persekutuan dan pelayanan semestinya dilakukan sungguh-sungguh oleh gereja, dalam rangka menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, dalam hal ini GKPS. Yang menjadi mediator dalam persekutuan dan pelayanan ini bukan saja pekerja gereja (full timer), melainkan seluruh jemaat.
Tubuh Kristus yang Terluka: Inkarnasi Kristus dalam Penyembuhan Penyintas Trauma Kontemporer di Dunia Digital Sinaga, Andri Vincent; Tumangger, Robby Hendra; Nainggolan, Demosari
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 5 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i5.15843

Abstract

Di era digital yang semakin berkembang, trauma psikologis tidak lagi terbatas pada pengalaman langsung atas peristiwa traumatis. Paparan berkelanjutan terhadap narasi kekerasan melalui berbagai media digital telah menciptakan trauma sekunder yang memperumit pemahaman tradisional tentang luka psikologis. Studi ini mengeksplorasi interseksi antara teologi inkarnasi dan penyembuhan trauma dalam konteks pastoral digital. Dengan menyoroti konsep “tubuh Kristus yang terluka,” penelitian ini menunjukkan bagaimana luka-luka Kristus menjadi simbol penebusan dan transformasi, serta bagaimana teologi inkarnasi dapat menjadi paradigma transformatif untuk penyembuhan trauma. Trauma kontemporer seperti cyberbullying, kecanduan internet, dan trauma kolektif akibat krisis global memberikan tantangan baru bagi pelayanan pastoral. Namun, dunia digital juga menawarkan peluang unik melalui platform virtual yang dapat berfungsi sebagai ruang penyembuhan. Artikel ini mengusulkan bahwa prinsip-prinsip inkarnasional dapat diterapkan di ruang digital, menciptakan komunitas yang mampu menyediakan kehadiran pastoral secara otentik dan memberdayakan. Dengan pendekatan kualitatif berbasis studi literatur, penelitian ini menawarkan kerangka eklesiologi digital yang mengintegrasikan teologi, psikologi trauma, dan etika digital. Harapannya, penelitian ini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap model pastoral yang relevan untuk penyintas trauma, sembari tetap setia pada pesan Injil tentang pemulihan dan transformasi melalui Kristus yang berinkarnasi.