Situ Bagendit merupakan danau yang dimanfaatkan sebagai objek wisata alam sekaligus kawasan lindung. Revitalisasi kawasan wisata ini berpotensi memengaruhi komunitas tumbuhan air yang berperan penting dalam menjaga stabilitas ekosistem dan berfungsi sebagai indikator pencemaran air. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air dan indeks pencemaran menggunakan indikator tumbuhan air pasca-revitalisasi. Data dikumpulkan melalui metode purposive sampling pada lima stasiun yang mewakili berbagai tingkat aktivitas manusia. Parameter yang dikaji meliputi data biologi (komposisi tumbuhan air), serta parameter fisika dan kimia perairan. Analisis keanekaragaman tumbuhan dilakukan menggunakan Indeks Dominansi (C), Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), dan Indeks Kemerataan (E). Ditemukan 10 jenis tumbuhan air, dengan empat spesies dominan yang berfungsi sebagai bioindikator pencemaran, yaitu Eichhornia crassipes (Eceng Gondok), Salvinia molesta (Kiambang), Nelumbo nucifera (Teratai), dan Ceratophyllum demersum (Hornwort). Nilai rata-rata keanekaragaman tumbuhan berada pada kategori sedang (H’ = 1,11), dengan tingkat kemerataan komunitas juga sedang (E = 0,481). Berdasarkan parameter nitrogen total, kecerahan, kadar klorofil-a, serta jenis tumbuhan air yang ditemukan, status trofik Danau Situ Bagendit dikategorikan sebagai eutrofik hingga hipertrofik. Hasil ini menunjukkan bahwa revitalisasi kawasan dapat berdampak terhadap kondisi ekologis perairan yang perlu dimonitor secara berkelanjutan.