Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Penyuluhan Pembuatan Sabun Padat Minyak Atsiri Serai di Desa Giripurno Kota Batu Nurmawati, Ardika; Panjaitan, Renova; Efendi, Elene Afrisia; Djatmiko, Faiz Putra; Ramjani, M Rifki; Saputro, Erwan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Progresif Humanis Brainstorming Vol 7, No 1 (2024): Jurnal Abdimas PHB : Jurnal Pengabdian Masyarakat Progresif Humanis Brainstormin
Publisher : Politeknik Harapan Bersama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30591/japhb.v7i1.6034

Abstract

Sabun batang merupakan salah satu produk fast moving yang proses pembuatan dan peralatannya cukup sederhana sehingga dapat diproduksi sendiri oleh masyarakat. Desa Giripurno merupakan salah satu desa di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan kelompok masyarakat yang cukup aktif, kreatif dan berkeinginan besar untuk maju. Pada desa Giripurno sangat mudah untuk mendapatkan tanaman serai wangi yang berpotensi untuk dikelola menjadi bahan baku pembuatan produk sabun batang. Tim pengabdi Universitas Pembanguan Nasional Veteran Jawa Timur (UPNVJT) memanfaatkan potensi tersebut dengan mengadakan penyuluhan pembuatan sabun padat serai wangi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dalam pembuatan sabun padat berbasis serai sehingga kedepannya dapat dikembangkan sebagai produk usaha untuk kearifan lokal . Kegiatan tersebut dilakukan dengan memberikan paparan materi pembuatan sabun disertai dengan demo pembuatan sabun dan pameran sabun padat serai wangi yang sebelumnya telah disediakan oleh Tim. Berdasarkan hasil pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan didapati adanya peningkatan pemahaman masyarakat Desa giripurno terkait pembuatan sabun padat dan potensi minyak serai sebesar 21,67%. Selain itu, ketertarikan masyarakat untuk dapat memproduksi sabun batang berbasis serai juga meningkat.
STUDY PUSTAKA PENURUNAN PARAMETER NOX DAN CO PADA EMISI GAS BUANG B30 SAPUTRO, ERWAN
jurnal ATMOSPHERE Vol. 2 No. 1 (2021): ATMOSPHERE
Publisher : Teknik Kimia ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/atmosphere.v2i1.3530

Abstract

Adanya PERMEN ESDM No.41 Tahun 2018 mengenai Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dikarenakan ketersediaan bahan bakar yang berasal dari fosil yang semakin menurun sedangkan penggunaan bahan bakar minyak dalam proses industri kehidupan sehari-hari semakin meningkat. Disamping itu, penggunaan bahan bakar yang terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan yaitu pencemaran di udara akibat emisi gas dari hasil proses pembakaran bahan bakar fosil. Emisi tersebut dapat berupa partikulat (debu, timah hitam) dan gas (CO, NO, SO, H2S) dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan dan kerusakan lingkungan. Maka dilakukan usaha untuk melakukan perubahan menggaantikan ketersediaan bahan bakar dari fosil dengan energi alternatif agar terjadi keberlangsungan baik dalam proses industri maupun kehidupan sehari–hari. Energi terbarukan yang dapat menggantikan bahan bakar minyak dari fosil salah satunya dengan menggunakan biodiesel. Biodiesel sangat ramah lingkungan karena gas buang hasil pembakarannya yang dilepaskan ke atmosphir akan diserap kembali oleh tumbuhan untuk keperluan proses fotosintesis. Akan tetapi penggunaaan biodiesel tidak serta merta memberikan dampak positif. Adanya emisi gas buang yang terkadang masih cukup tinggi dan melebihi baku mutu. Oleh karena itu perlu di lakukan evaluasi untuk mengetahui kelayakan penggunaan biodiesel dari semula solar dex menjadi B30, maka dilakukanlah analisa penurunan kandungan gas buang. Dari hasil penelitian di dapatkan beberapa tahapan yang dapat di lakukan dalam menyelesaikan permasalahan menurukan kadar NOx dan CO pada emisi bahan bakar B-30 dengan melakukan pengecekan pada mesin, pengecekan pada proses pembuatan biodiesel, ataupun dengan menggunakan adsorben.
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PADA DESAIN ALAT REAKTOR LIKUIFIKASI PADA INDUSTRI GULA SAPUTRO, ERWAN
jurnal ATMOSPHERE Vol. 2 No. 1 (2021): ATMOSPHERE
Publisher : Teknik Kimia ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/atmosphere.v2i1.3532

Abstract

Pada setiap industri kimia, reaktor memegang peranan penting sebagai tempat terjadinya reaksi kimia. Salah satunya adalah reaktor likuifikasi pada industri pembuatan gula. Reaktor likuifikasi merupakan suatu tangki yang didalamnya terjadi suatu proses hidrolisis yang mengubah larutan pati atau karbohidrat untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana, seperti golongan desktrin, glukosa dan maltosa menggunakan bantuan enzim α-amilase. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi harga reaktor likuifikasi di masa yang akan datang berdasarkan spesifikasi alat. Penelitian ini dilakukan dengan menentukan spesifikasi alat berdasarkan kapasitas dan menghitung penentuan harga alat menggunakan persamaan dalam literatur Peters & Timmerhauss, yang nantinya harga tersebut dibandingkan dengan harga di pasaran saat ini. Hasil dari perancangan menunjukkan bahwa semakin besar kapasitas, maka semakin besar dimensi dari reaktor likuifikasi yang diperlukan. Serta semakin besar kapasitas dan dimensi yang diperlukan maka harga alat akan semakin mahal. Berdasarkan perhitungan penentuan harga reaktor likuifikasi hasilnya sesuai dengan harga yang ada dipasaran saat ini. Sehingga metode perhitungan ini memadai untuk memprediksi harga reaktor likuifikasi.
REVIEW: TEKNOLOGI PEMBUATAN SORBITOL DARI TEPUNG TAPIOKA Defri, Ifwarisan; Irfansyah, Aditya; Sudarsono, Sukma; SAPUTRO, ERWAN
jurnal ATMOSPHERE Vol. 2 No. 2 (2021): ATMOSPHERE
Publisher : Teknik Kimia ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/atmosphere.v2i2.4314

Abstract

Sugar alcohol or sorbitol is a derivative product of carbohydrates, namely glucose through the hydrogenation process with hydrogen gas. The glucose used comes from flour, because the carbohydrate content in tapioca flour is considered the highest compared to other flour ingredients. Before the hydrogenation process is carried out, tapioca flour is enzymatically hydrolyzed so that the starch is broken down into glucose. The process of making sorbitol can be done in two ways, namely the electrolysis reduction process and the hydrogenation process with the help of a nickel catalyst. This literature study aims to determine the technology for making sorbitol and its advantages and disadvantages, both in terms of product and process, so that it can be used as a reference in selecting processes in sorbitol manufacturing plants. The catalytic hydrogenation process has advantages, namely the resulting yield is greater and the operating costs are relatively cheaper. The catalytic hydrogenation process also has several disadvantages, namely that it requires good safety handling because it requires high pressure in the process.
Effect of Blower Power and Engine Speed Variations on Engine Component Temperatures Fueled by B40 and Off-Grade CPO Maulana, Ivan; Saputro, Wilianadi; Saputro, Erwan
International Journal of Eco-Innovation in Science and Engineering (IJEISE) Vol. 6 No. 2 (2025): IJEISE
Publisher : UPN Veteran Jatim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study examines the effect of blower power variation and engine speed on the temperature of diesel engine components fueled by B40 and off-grade Crude Palm Oil (CPO). The experiment was conducted using a Kubota RD 65 DI-NB diesel engine with a constant electrical load of 4 kW at two engine speeds: 1200 and 2000 RPM. The off-grade CPO was preheated to 100°C, while B40 was used without any special treatment. The blower air supply was varied from 0% to 100% to evaluate its impact on the engine’s thermal behavior. The results indicate that increasing blower power up to 100% causes a rise in temperature in the cylinder head, cylinder block, exhaust pipe, and coolant tank, whereas a decrease in temperature is observed in the intake pipe. Under all engine speed conditions, engines fueled with off-grade CPO showed higher average temperatures compared to those using B40, with increases of 4.81% in the cylinder head, 8.47% in the cylinder block, 10.16% in the intake pipe, 6.86% in the exhaust pipe, and 5.81% in the coolant tank. These temperature increases are attributed to the higher oxygen content and viscosity of off-grade CPO, which lead to larger fuel droplets and incomplete combustion, thereby increasing deposit formation. These findings highlight the significant influence of fuel characteristics and air supply on the thermal performance of diesel engines.
Effect of Air Velocity on Temperature Distribution in B40 and B100 Oil Burners Rizqullah, Andre Rifqi; Saputro, Wiliandi; Saputro, Erwan
International Journal of Eco-Innovation in Science and Engineering (IJEISE) Vol. 6 No. 2 (2025): IJEISE
Publisher : UPN Veteran Jatim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dependence on fossil fuels has encouraged Indonesia to develop biodiesel, in line with the mandatory B40 policy. This study examines the effect of air velocity variations on the combustion performance of B40 (40% palm biodiesel and 60% diesel) and B100 (100% palm biodiesel) fuels. Experiments were conducted using an oil burner with air velocities of 20, 35, 45, 50, and 55 m/s. The flame temperature distribution was measured at distances of 150 mm, 300 mm, 450 mm, 600 mm, 750 mm, and 900 mm from the burner nozzle using a K-type thermocouple. The results showed that the flame temperature increased with air velocity, peaked at 45 m/s, and decreased at higher velocities. The B100 fuel produced a higher flame temperature than B40, with a maximum temperature of 1052°C. The decrease in temperature above 45 m/s is due to the cooling effect of the stronger airflow, which reduces combustion efficiency. The flame temperature also tends to decrease as the distance from the burner nozzle increases, reflecting the influence of turbulence and natural cooling on heat distribution. This study highlights the importance of controlling air velocity and measurement distance to optimize flame temperature and combustion efficiency in burner systems.