Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Konsep Pengembangan Kawasan REBANA: Memisahkan Fungsionalitas dan Branding Pengembangan Kawasan Rama Arianto Widagdo; Faizah Finur Fithriah; Eka Jatnika Sundana
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 3, No. 2, Desember 2023, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrpwk.v3i2.3299

Abstract

Abstract. The development of the REBANA area is closely related to the large-scale development of industrial areas with all their negative impacts on the environment. In fact, a concept called Polycentric Smart Region is ready to be implemented for regional development to support environmental desires while still making regional connectivity the biggest factor in regional attractiveness. The data collection method used in this research is literature study with content analysis as the analysis method. The results obtained are that the Polycentric Smart Region Development Concept can be a solution to the REBANA Area development issues because of the planned grouping of cities, relying on regional connectivity, and limiting development in non-urban areas. Abstrak. Pengembangan Kawasan REBANA sangat erat kaitannya dengan pembangunan kawasan industri secara besar-besaran dengan semua dampak negatifnya terhadap lingkungan. Padahal, sebuah konsep bernama Polycentric Smart Region siap diterapkan untuk pengembangan kawasan demi mendukung keberlanjutan lingkungan hidup dengan tetap menjadikan konektivitas wilayah sebagai faktor terbesar daya tarik kawasan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dengan analisis isi (content analysis) sebagai metode analisis. Hasil yang diperoleh adalah bahwa Konsep Pengembangan Polycentric Smart Region dapat menjadi penyelesaian bagi isu-isu pengembangan Kawasan REBANA karena adanya pengelompokan kota yang terencana, bertumpu pada konektivitas wilayah, dan membatasi perkembangan di daerah non-perkotaan.
Analisis Spasial Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau pada SWK Cibeunying di Kota Bandung Fauziyah, Ainin Baisti; Muhammad Akmal Mubarak; Muhammad Rizky; Tiara Novinka Azzahra; Aninda Rahayu Pangesti; Kent Farrel Athallah Hidayat; Rama Arianto Widagdo
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 4, No. 2, Desember 2024, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrpwk.v4i2.5466

Abstract

Abstrak. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang yang dapat diakses oleh umum maupun privat. Kota Bandung termasuk ke dalam salah satu kota terpadat di Indonesia, dengan proporsi RTH yang masih belum memenuhi kebutuhan. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, kota sudah semestinya melakukan pembangunan dengan meningkatkan infrastruktur dan fasilitas penunjang. Alih fungsi lahan yang dilakukan merupakan perubahan dari RTH menjadi penggunaan lahan lain. SWK Cibeunying memiliki potensi permasalahan terkait ketersediaan RTH yang tidak mencukupi akibat alih fungsi lahan untuk kebutuhan kegiatan Travelopolis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi RTH baru yang dapat dikembangkan di Kota Bandung. Metode analisis yang digunakan adalah kuantitatif dan analisis spasial dengan software ArcGis. Meotde pengumpulan data menggunakan studi litearatur. Hasil dari penelitian ini adalah teridentifikasinya kekurangan luas RTH hijau di SWK Cibeunying berdasarkan 20% luas wilayah yaitu sebesar 362,33 Ha, kekurangan RTH berdasarkan jumlah penduduk sebesar 679,854 Ha dan Lahan potensial sebesar 807 Ha. Sehingga kekurangan RTH dapat dipenuhi melalui cadangan ruang sebesar 444,67 Ha berdasarkan kebutuhan RTH dari luas wilayah, dan 127,146 Ha berdasarkan kebutuhan rth dari jumlah penduduk. Abstract. Green Open Space (RTH) refers to an area accessible for both public and private use, serving as a vital component of urban environments. Bandung, one of Indonesia's most densely populated cities, currently faces a significant challenge as the existing proportion of green open space remains inadequate to meet the needs of its population. To foster economic growth and community development, cities are often driven to expand infrastructure and support facilities. However, this process frequently involves land conversion, where green open spaces are repurposed for other uses. In the case of Sub-Wilayah Kota (SWK) Cibeunying, the demand for space to support activities under the Travelopolis initiative has intensified the issue of limited green open space. This research aims to explore the potential for developing new green open spaces within the city of Bandung to address this shortfall. Using quantitative methods and spatial analysis supported by ArcGIS software, the study identified a significant gap in the provision of green open spaces in SWK Cibeunying. The findings indicate a deficiency of 362.33 hectares when assessed against the 20% area standard, and 679.854 hectares based on population needs. On the other hand, the research also identified 807 hectares of potential land that could be allocated for green open space development. To address this issue, the study suggests utilizing space reserves to fulfill the green open space deficit, which amounts to 444.67 hectares based on area standards and 127.146 hectares based on population requirements.