Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERGELARAN RITUAL SEREN TAUN DAN AJARAN SPIRITUAL KIYAI MADRAIS DI CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT Subiantoro, Ignatius Herry
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 18 No. 1 (2017)
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6059.417 KB) | DOI: 10.52829/pw.46

Abstract

Kajian "Pergelaran Ritual Seren Taun" menggunakan metoda deskriptif kualitatif, berdasarkan observasi dan analisis etnografi dari data verbal maupun data pictorial. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan mencermati aspek-aspek terkait dari sistem ritual yang dipergelarkan, Seren Taun merupakan "drama estetik" yang mengekspesikan tiga prinsip kehidupan. Tiga prinsip itu meliputi kelahiran yang digambarkan pada Tari Pwahaci, kedewasaan atau perkawinan pada ngararemokeun pare, dan kematian (kesempurnaan) pada prosesi puncak Seren Taun. Pergelaran ini merupakan tindakan estetik sebagai gambaran penghayatan ajaran spiritual Aliran Kepercayaan Kyai Madrais. Konsep pergelaran yang bertema menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam, Tuhan, dan sesama yang di dalamnya terjalin adanya persatuan dan kebinekaan tanpa adanya perbedaan atas suku, agama, adat, dan kepercayaan, maka Seren Taun menjadi sarana silaturahmi bagi raja-raja Nusantara, budayawan, seniman, agamawan, dan masyarakat luas untuk datang. Pergelaran ritual ini dapat diartikan pula sebuah gelar budaya.____________________________________________________________Seren Taun performances study used qualitative descriptive method, which compiled base on ethnographic observations and analysis of the data both verbal and pictorial data. Based on related data, as well as direct observation, interviews, and aspects interrelated ritual system were staged, ritual performances, Seren Taun are 'drama aesthetic', to describe the three principles of life. The three principles of life, the dance performance Pwahaci as the principle symbolization of birth, ngararemokeun pare as the principle of maturity (marriage), and the procession peak Seren Taun as the symbol of the principles of death (perfection). The performance is an act of aesthetic to live the spiritual teachings Beliefs Kyai Madrais. The concept of themed performances maintain harmonious relationship between human and nature, God, and others, in which established their unity and diversity, without distinction on ethnicity, religion, customs, and beliefs, Seren Taun became gathering the kings of the archipelago, humanist, artists, religious leaders, and the general public to come. The ritual performace can be defined as well a degree of culture.
Pembangunan dan Penataan Wisata Religi Berbasis Seni Budaya Lokal Jaeni; Subiantoro, Ignatius Herry; Rudiana, Mohamad; Wiresna, Asep Ganjar; Sila, Gita Eka
International Journal of Community Service Learning Vol. 9 No. 1 (2025): February
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ijcsl.v9i1.86549

Abstract

Seni budaya lokal masih dalam wujud kemasan yang konvensional dan belum diperlakukan secara profesional. Tujuan penelitian ini, terutama dalam pemberdayaan ekonomi dari aspek seni budaya yang mereka miliki, disamping menciptakan wisata religi berbasis seni budaya lokal. Metode yang digunakan adalah kualitatif melalui pendekatan pelatihan dan pengembangan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan pelatihan seni. Analisis data dilakukan secara interaktif pada setiap tahap persiapan, sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi, pendampingan dan evaluasi, serta keberlanjutan program. Hasil kegiatan menunjukkan wisata religi sebuah desa yang dikemas dalam balutan seni budaya lokal, seperti  upacara mapag sri, ngunjung buyut, dan muludan yang merupakan aktivitas religius dibalut dengan kemasan seni budaya lokal beriringan dengan  pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sebuah keniscayaan, bahwa pengembangan wisata dan pemberdayaan ekonomi akan tercipta dengan kreativitas-kreativitas budaya dan sentuhan seni lokal masyarakat yang dimilikinya. Implikasi penelitian ini dapat mendorong pelestarian nilai-nilai budaya lokal yang semakin terintegrasi dalam kegiatan wisata religi, sehingga memperkuat identitas dan kearifan lokal.