Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Epidural Anaesthesia Technique in Caesarean Section Operation in Pregnant Patients with Rheumatic Heart Disease and Severe Mitral Stenosis Wangsa, Aditya; FX Adinda Putra Pradhana; Tjahya Aryasa EM; Cynthia Dewi Sinardja
Journal of Anesthesiology and Clinical Research Vol. 4 No. 2 (2023): Journal of Anesthesiology and Clinical Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/jacr.v4i2.324

Abstract

Introduction: Mitral stenosis (MS) is the most common form of rheumatic heart disease (RHD). Pregnant women with moderate/severe MS are more prone to heart failure and pulmonary edema than normal pregnant women. It is very important to prevent the potential for maternal heart failure before delivery. This study aimed to present a case report on the epidural anaesthesia technique in caesarean section in pregnant patients with rheumatic heart disease and severe mitral stenosis. Case presentation: A 31-year-old pregnant woman patient came to the hospital with complaints of shortness of breath and found rheumatic heart disease and severe mitral stenosis. The patient was premedicated with fentanyl 50 mcg and midazolam 1 mg intravenously, followed by oxygen supplementation with a 2 lpm nasal cannula. Anaesthesia was performed using a lumbar epidural technique, with the insertion of an epidural catheter in the L1-L2 intervertebral space, targeting the T10-L1 dermatome and T6-L1 target of the viscerotome. The local anaesthesia agent chosen was plain bupivacaine with a concentration of 0.5% and a volume of 25 ml. The onset of action of epidural anaesthesia is achieved within 15 minutes as long as the operation is reached a total blockade as high as T6. During surgery, the patient is monitored with standard monitors and an artery line. There were no complaints of shortness of breath felt by the patient during the operation. Conclusion: Epidural anaesthesia technique can be performed safely in pregnant women with comorbid mitral regurgitation and atrial fibrillation, with good intraoperative hemodynamic stability.
Manajemen Anestesi pada Pasien Pediatri dengan Double Inlet Left Ventricle Yang Menjalani Bidirectional Cavo-Pulmonary Shunt: Laporan Kasus Wangsa, Aditya; Sidemen, IGAE Parasanti; Nada, Ketut Wibawa
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 1 (2025): JATI April 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i01.p04

Abstract

Istilah single ventricle (jantung univentrikular) digunakan untuk menggambarkan kelainan jantung dengan satu rongga ventrikel yang efektif. Kelainan jantung ini meliputi ventrikel tunggal, ventrikel umum, double inlet left ventricle (DILV), dan koneksi atrioventrikular univentrikular. Double Inlet Left Ventricle (DILV) merupakan kelainan jantung kongenital langka dengan anatomi ventrikel tunggal, di mana kedua atrium mengalir ke ventrikel kiri. dan merupakan variasi penyakit jantung bawaan fungsional univentrikular yang bersifat sianotik Variasi ini secara keseluruhan mencakup ≤2% dari semua kelainan jantung bawaan (congenital heart defects/CHDs). Harapan kelangsungan hidup pasien dengan kelainan ini tanpa koreksi bedah adalah sekitar 14 tahun. Untuk mengatasi kondisi ini, diperlukan pemisahan total antara sirkulasi pulmonal dan sistemik melalui prosedur Fontan yang berlangsung dalam tiga tahap. Tujuan prosedur Fontan adalah untuk mengalihkan aliran darah balik sistemik langsung ke arteri pulmonal tanpa melewati ruang jantung kanan. Langkah pembedahan awal adalah prosedur Bidirectional Cavopulmonary Shunt (BCPS) sebagai tahap pertama untuk sirkulasi Fontan. Manajemen anestesi pada pasien DILV yang menjalani Bidirectional Cavopulmonary Shunt (BCPS) memerlukan keseimbangan hemodinamik presisi untuk mempertahankan aliran darah sistemik (Qs) dan aliran darah pulmonal (Qp), berbagai pemantauan invasif, dan kesiapan menghadapi komplikasi hemodinamik perioperatif. Komplikasi low cardiac  output syndrome (LCOS) dan gangguan metabolik pasca BCPS menegaskan pentingnya pendekatan multidisiplin pada kasus ini. Optimalisasi ventilasi, penggunaan vasodilator pulmonal, dan inotropik dini menjadi kunci dalam tata laksana. Pada laporan kasus ini dipaparkan manajemen perioperatif pasien anak laki-laki usia 1 tahun dengan kelainan jantung bawaan DILV, VSD, ASD dan PLSVC yang menjalani operasi BCPS. Pasien diketahui memiliki kelainan jantung bawaan sejak lahir, namun tidak pernah menunjukkan gejala sesak nafas maupun kebiruan. Pasien dilakukan tindakan anestesi umum pipa endotrakeal dan pasca operasi dilakukan perawatan di ICU. Pasien meninggal pada hari kedua pasca operasi.
Manajemen Anestesi pada Pasien Pediatri dengan Double Inlet Left Ventricle Yang Menjalani Bidirectional Cavo-Pulmonary Shunt: Laporan Kasus Wangsa, Aditya; Sidemen, IGAE Parasanti; Nada, Ketut Wibawa
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 1 (2025): JATI April 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i01.p04

Abstract

Istilah single ventricle (jantung univentrikular) digunakan untuk menggambarkan kelainan jantung dengan satu rongga ventrikel yang efektif. Kelainan jantung ini meliputi ventrikel tunggal, ventrikel umum, double inlet left ventricle (DILV), dan koneksi atrioventrikular univentrikular. Double Inlet Left Ventricle (DILV) merupakan kelainan jantung kongenital langka dengan anatomi ventrikel tunggal, di mana kedua atrium mengalir ke ventrikel kiri. dan merupakan variasi penyakit jantung bawaan fungsional univentrikular yang bersifat sianotik Variasi ini secara keseluruhan mencakup ≤2% dari semua kelainan jantung bawaan (congenital heart defects/CHDs). Harapan kelangsungan hidup pasien dengan kelainan ini tanpa koreksi bedah adalah sekitar 14 tahun. Untuk mengatasi kondisi ini, diperlukan pemisahan total antara sirkulasi pulmonal dan sistemik melalui prosedur Fontan yang berlangsung dalam tiga tahap. Tujuan prosedur Fontan adalah untuk mengalihkan aliran darah balik sistemik langsung ke arteri pulmonal tanpa melewati ruang jantung kanan. Langkah pembedahan awal adalah prosedur Bidirectional Cavopulmonary Shunt (BCPS) sebagai tahap pertama untuk sirkulasi Fontan. Manajemen anestesi pada pasien DILV yang menjalani Bidirectional Cavopulmonary Shunt (BCPS) memerlukan keseimbangan hemodinamik presisi untuk mempertahankan aliran darah sistemik (Qs) dan aliran darah pulmonal (Qp), berbagai pemantauan invasif, dan kesiapan menghadapi komplikasi hemodinamik perioperatif. Komplikasi low cardiac  output syndrome (LCOS) dan gangguan metabolik pasca BCPS menegaskan pentingnya pendekatan multidisiplin pada kasus ini. Optimalisasi ventilasi, penggunaan vasodilator pulmonal, dan inotropik dini menjadi kunci dalam tata laksana. Pada laporan kasus ini dipaparkan manajemen perioperatif pasien anak laki-laki usia 1 tahun dengan kelainan jantung bawaan DILV, VSD, ASD dan PLSVC yang menjalani operasi BCPS. Pasien diketahui memiliki kelainan jantung bawaan sejak lahir, namun tidak pernah menunjukkan gejala sesak nafas maupun kebiruan. Pasien dilakukan tindakan anestesi umum pipa endotrakeal dan pasca operasi dilakukan perawatan di ICU. Pasien meninggal pada hari kedua pasca operasi.