Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan Penerimaan Keluarga dengan Stigma Keluarga pada Anggota Keluarga Gangguan Jiwa ninuk, devin; Nasrudin, Nasrudin; Urifah, Siti; Nuril Hanafie, Muhammad
Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi Mataram Vol. 13 No. 2 (2023): Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi Mataram
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YARSI Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57267/jisym.v13i2.288

Abstract

Family stigma is the attitude of the family and society that considers that if a family member suffers from a mental disorder, it is a disgrace to his family members. Family stigma is formed from other people or society having negative perceptions, attitudes, emotions, and avoidance from society to family due to family unfamiliarity (having a sick family member) causing emotional, social, and interpersonal consequences that can reduce the quality of family life. Family acceptance of the patient is one of the functions of the family. The purpose of this study was to determine the acceptance of families with family stigma of family members with mental disorders. The design of this study used descriptive correlation with a cross-sectional approach, the population in this study was 177 respondents, the sample in this study was 38 respondents, sampling used a simple random sampling technique with research criteria, the test analysis used was the Spearman rank test (α << 0.05). The results of this study indicate that there is a relationship between the variable of family acceptance and the variable of family stigma on family members with mental disorders having a strong relationship because the correlation value obtained is 0.744 and the direction of the relationship is positive. and after the analysis of the Spearman test, it was found that Value = 0.000 < (0.005) where there is a relationship between the two variables. From the description above, it is clear that family acceptance with family stigma is the most influential factor in the healing process of people with mental disorders. Abstrak Stigma keluarga adalah sikap keluarga dan masyarakat yang menganggap bahwa jika ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa merupakan aib bagi anggota keluarganya. Stigma keluarga terbentuk dari orang atau masyarakat lain yang memiliki persepsi, sikap, emosi negatif dan penghindaran dari masyarakat terhadap keluarga karena ketidaktahuan keluarga (memiliki anggota keluarga yang sakit) sehingga menimbulkan konsekuensi emosional, sosial, dan interpersonal yang dapat menurunkan kualitas kehidupan keluarga. Penerimaan keluarga terhadap pasien merupakan salah satu fungsi keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerimaan keluarga dengan stigma keluarga terhadap anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi dengan cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah 177 responden, sampel dalam penelitian ini adalah 38 responden, pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan kriteria penelitian, analisis uji yang digunakan adalah Spearman rank test ( α << 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel penerimaan keluarga dengan variabel stigma keluarga pada anggota keluarga dengan gangguan jiwa memiliki hubungan yang kuat karena nilai korelasi yang diperoleh sebesar 0,744 dan arah hubungannya positif. dan setelah dilakukan analisis uji Spearman didapatkan Nilai = 0,000 < (0,005) dimana terdapat hubungan antara kedua variabel. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa penerimaan keluarga dengan stigma keluarga merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam proses penyembuhan penderita gangguan jiwa.
Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak terhadap Tingkat Mortalitas Pediculosis Capitis pada Santri ninuk, devin; Zakaria, Achmad; Zuliani, Zuliani; Nada, Nailin
Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi Mataram Vol. 14 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi Mataram
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YARSI Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57267/jisym.v14i1.343

Abstract

Head lice infestation with pediculosis capitis is a serious problem that is not well- respected in Indonesia. Most Indonesians tend to let pediculosis capitis multiply on their heads. This head lice infestation causes problems with a lack of focus due to head lice activity. The most effective eradication of head lice is by using chemical pediculosides. Soursop leaves contain many secondary metabolites which have potential as bioinsecticides which can be used as pediculosides (head lice eradication). This study aims to determine the effect of soursop leaf extract on the mortality rate of pediculosis capitis. This study used a Quasy Experiment Time Series Design using a purposive sampling technique. The hypothesis test uses the One Way Annova statistical test with a significance level of α <0.05. The study showed that 56 pediculosis capitis tails were divided into 4 treatments and 3 repetitions, namely not given soursop leaf extract (K0), given soursop leaf extract with a trial time of 5 minutes (P1), given soursop leaf extract with a trial time of 10 minutes (P2). was given soursop leaf extract with a trial time of 15 minutes (P3). The results showed that the percentage of pediculosis capitis mortality from the soursop leaf extract treatment, it was known that the highest mortality was in the P2 and P3 treatments of the soursop leaf extract. While the lowest number of deaths occurred in the K0 treatment without using soursop leaf extract at all 0%. The above results show that the number of head lice deaths increases with increasing time used. Based on the research above, soursop leaf extract by direct spraying method on head lice with 5, 10, 15minute observations had an effect on head lice mortality. The higher the observation time studied, the higher the head lice mortality rate. The results show that the mortality rate is higher the longer the time given. ABSTRAK Infestasi kutu kepala pediculosis capitis merupakan masalah serius yang tidak ditanggapi dengan baik di Indonesia. Kebanyakan orang Indonesia cenderung membiarkan pediculosis capitis berkembangbiak dikepala mereka. Infestasi kutu kepala ini menyebabkan masalah kurang fokusnya pikiran karena aktifitas kutu kepala. Pemberantasan kutu kepala paling efektif dengan menggunakan pedikulosida kimiawi. Daun sirsak mempunyai banyak kandungan senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai bioinsektisida yang dapat digunakan sebagai pedikulosida (pemberantas kutu kepala). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirsak terhadap tingkat mortalitas pediculosis capitis. Penelitian ini menggunakan desain Quasy Eksperimen Time Series Design dengan menggunakan Teknik purposive sampling. Uji hipotesis menggunakan uji statistic Kruskal-Wallis dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Penelitian menunjukkan 56 ekor pediculosis capitis dibagi menjadi 4 perlakuan dan 3 kali pengulangan yaitu tidak diberi ekstrak daun sirsak (K0), diberi ekstrak daun sirsak dengan waktu uji coba 5 menit (P1), diberi ekstrak daun sirsak dengan waktu uji coba 10 menit (P2), diberi ekstrak daun sirsak dengan waktu uji coba 15 menit (P3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase mortalitas pediculosis capitis dari perlakuan ekstrak daun sirsak, diketahui bahwa kematian tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dan P3 ekstrak daun sirsak. Sedangkan jumlah kematian terendah terjadi pada perlakuan K0 dengan tidak menggunakan ekstrak daun sirsak sama sekali 0%. Hasil diatas menunjukkan bahwa jumlah kematian kutu kepala meningkat seiring dengan peningkatan waktu yang digunakan. Berdasarkan penelitian diatas bahwa ekstrak daun sirsak dengan metode penyemprotan langsung pada kutu kepala dengan pengamatan 5,10,15 menit memeberikan pengaruh terhadap mortalitas kutu kepala. Semakin tinggi waktu pengamatan yang diteliti maka semakin tinggi pula tingkat mortalitas kutu kepala. Hasil menunjukan bahwa tingkat mortalitas semakin tinggi apabila waktu yang diberikan semakin lama.  
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Proses Pemulihan Pasien Halusinasi ninuk, devin; Widiatie, Wiwiek; Khasana, Faizatul
Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi Mataram Vol. 15 No. 1 (2025): Jurnal Ilmiah STIKES Yarsi Mataram
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YARSI Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57267/jisym.v15i1.442

Abstract

Hallucinations are one of the symptoms of mental disorders where patients experience changes in sensory perception, feeling false sensations in the form of sound, sight, taste, touch or inhalation. The recovery process of hallucination patients does not only depend on medical treatment therapy, but also requires support from the surrounding environment, especially family. This study aims to analyze the relationship b etween family support and the recovery process of hallucination patients at Puskesmas Dukuh Klopo, Peterongan District, Jombang Regency. This study used an observational analytic design of non-experimental research using a cross sectional approach. All families who have family members with hallucination disorders at Puskesmas Dukuh Klopo, Peterongan District, Jombang Regency as a population. Stratified Random Sampling technique which is divided into 6 villages with a total of 55 respondents. From the results of the study obtained respondents with good support as much as 63.6%, enough as much as 27.3%, less as much as 9.1%, while patients with a good recovery process as much as 70.9%, enough as much as 29%, and less as much as 0%. The results of the statistical analysis of the Spearman's rho correlation test with a significance level of α = 0.05 showed a ρ value of 0.000. The correlation coefficient value of 0.505 means that there is a moderate relationship and shows that the hypothesis is accepted, so there is a relationship between family support and the recovery process of hallucination patients. This study shows that family support is a significant factor in the recovery process of hallucination patients ABSTRAK Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecap, perabaan atau penghirupan. Proses pemulihan pasien halusinasi tidak hanya bergantung pada terapi pengobatan medis, melainkan juga membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar, terutama keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan proses pemulihan pasien halusinasi di Puskesmas Dukuh Klopo Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional penelitian non eksperimen dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Seluruh keluarga yang mempunyai aggota keluarga dengan gangguan halusinasi di Puskesmas Dukuh Klopo Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang sebagai populasi. Teknik Stratified Random Sampling yang terbagi dalam 6 desa dengan jumlah responden sebanyak 55 responden.Hasil penelitian didapatkan responden dengan dukungan baik sebanyak 63,6%, cukup sebanyak 27,3%, kurang sebanyak 9,1%, sedangkan pasien dengan proses pemulihan baik sebanyak 70,9%, cukup sebanyak 29%, dan kurang sebanyak 0%. Hasil analisis statistik uji korelasi Spearman’s rho dengan taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan ρ value sebesar 0,000. Nilai koefisien korelasi 0,505 artinya ada hubungan sedang dan menunjukkan hipotesa diterima, jadi ada hubungan antara dukungan keluarga dengan proses pemulihan pasien halusinasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya peran keluarga dalam proses pemulihan pasien halusinasi.