Agung Firmansyah Sumantri
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Karakteristik Status Gizi Pasien Anak Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Sebelum dan Sesudah Kemoterapi di RSUD Al-Ihsan Bandung Putri Aulya Mustafa Yasin; Agung Firmansyah Sumantri; Abdul Hadi Hassan
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10584

Abstract

Abstract. Leukemia is a malignant disease of abnormal white blood cells in the bone marrow. One of the treatments for leukemia patients is chemotherapy which can affect nutritional status. Nutritional status is a person's health status which is related to energy intake in the form of food in a person's country. This study aims to determine the characteristics of nutritional status in pediatric acute lymphoblastic leukemia (ALL) patients before and after chemotherapy. The sample selection technique used a total sampling technique from the entire population of ALL pediatric patients at Al-Ihsan Hospital, Bandung Regency. This research uses an analytical observational method with a cross-sectional approach. The data used is secondary data taken from pediatric patients with LLA in the form of medical record data at Al-Ihsan Regional Hospital, Bandung. The research results showed that the majority of patients before chemotherapy had normal nutritional status, 34 subjects (52.3%), and the majority of patients after chemotherapy had normal nutritional status, 40 subjects (61.5%). Child patients with ALL before chemotherapy had normal nutritional status as many as 34 people (52.3%), overweight nutritional status as many as 3 people (4.6%), and with underweight nutritional status as many as 28 people (43.1%). with ALL after chemotherapy had normal nutritional status as many as 40 people (61.5%), overweight nutritional status as many as 3 people (4.6%), and with underweight nutritional status as many as 22 people (33.8%) These results were caused by errors one factor is chemotherapy drugs which are corticosteroids. The use of corticosteroid drugs can increase appetite which can be a factor in improving the patient's nutritional status during chemotherapy treatment. Abstrak. Leukemia merupakan penyakit keganasan pada sel darah putih abnormal di sumsum tulang, salah satu pengobatan pada pasien leukemia salah satunya adalah kemoterapi yang dapat berpengaruh terhadap status gizi. Status gizi merupakan status kesehatan seseorang yang berkaitan dengan asupan energi berupa makanan di negara seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik status gizi pada pasien anak leukemia limfoblastik akut (LLA) sebelum dan sesudah melakukan kemoterapi. Teknik pemilihan sampel menggunakan teknik total sampling dari seluruh populasi pada pasien anak LLA di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan potong lintang. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil pada pasien anak LLA berupa data rekam medik di RSUD Al-Ihsan Bandung. Hasil penelitian menunjukkan data mayoritas pasien sebelum kemoterapi memiliki status gizi normal 34 subjek (52.3%), dan mayoritas pasien setelah dilakukan kemoterapi memiliki status gizi normal 40 subjek (61.5%). Pasien anak dengan LLA sebelum kemoterapi memiliki status gizi normal sebanyak 34 orang (52,3%), status gizi overweightsebanyak 3 orang (4,6%), serta dengan status gizi underweight sebanyak 28 orang (43,1%).Pasien anak dengan LLA sesudah kemoterapi memiliki status gizi normal sebanyak 40 orang (61,5%), status gizi overweight sebanyak 3 orang (4,6%), serta dengan status gizi underweight sebanyak 22 orang (33,8%) Hasil ini disebabkan karena salah satu faktor berupa obat kemoterapi yang merupakan golongan kortikosteroid. Penggunaan obat kortikosteroid dapat meningkatkan nafsu makan yang dapat menjadi faktor meningkatnya status gizi pasien saat pengobatan kemoterapi.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ketidakpatuhan Pasien Thalassemia dalam Mengonsumsi Obat Kelasi Besi di RSUD Al Ihsan Bandung 2023 Ridwan Maulana Assidiq; Agung Firmansyah Sumantri; Ayu Prasetia
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10957

Abstract

Abstract. Thalassemia is a hereditary disease that causes disturbance in hemoglobin molecules. Currently, a curative treatment that is accessible to people is blood transfusion. To treat side effects that may arise. Thalassemia patients are given iron-chelating agents to treat excess iron in the body. However, patients often lack compliance with treatment. So, this study aims to identify factors influencing thalassemia patients’ non-compliance in taking iron chelating agents at Al Ihsan Hospital, Bandung 2023. This study was a cross-sectional study conducted at Al Ihsan Hospital, Bandung on 46 patients. Data were obtained by filling out the questionnaire to identify factors influencing thalassemia patients’ non-compliance with taking iron-chelating agents, analyzed with univariate. This study was divided into two groups based on age, child and adult. Both ages group was dominated by patients who had low compliance rates, the child with 18 patients (75%) and adult also with 18 patients (81.8%). After the analysis was carried out, it was found that belief, ferritin level, number of drugs, busyness, drug administration, social stigma, economic, and adverse effects of drug factors could influence thalassemia patients’ non-compliance in taking iron chelating agents. The majority of adult patients are caused by number of drugs factor (68.2%) and the majority of children patients are caused by number of drugs and drug administration factors (50%). Patients at Al Ihsan Hospital Bandung 2023 found that the majority of adult patients are caused by number of drugs factor while the majority of children patients are caused by number of drugs and drug administration factors. Abstrak. Thalassemia merupakan penyakit herediter yang menyebabkan gangguan pada molekul hemoglobin. Pengobatan kuratif yang dapat diakses masyarakat saat ini adalah transfusi darah. Untuk menangani efek samping yang mungkin timbul. pasien Thalassemia diberikan agen kelasi besi untuk mengatasi berlebihnya zat besi dalam tubuh. Namun, seringkali pasien kurang patuh dalam pengobatan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan pasien thalassemia dalam mengonsumsi obat kelasi besi di RSUD Al Ihsan Bandung 2023. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang dilakukan di RSUD Al Ihsan Bandung pada 46 pasien. Data diperoleh dari pengisian kuesioner untuk mencari faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan pasien thalassemia dalam mengonsumsi obat kelasi besi dan dianalisis dengan uji univariat. Data penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usia, yaitu anak dan dewasa. Kedua kelompok usia didominasi oleh pasien yang memiliki tingkat kepatuhan rendah, pada usia anak terdapat 18 pasien (75%) dan usia dewasa 18 pasien (81.8%). Setelah dilakukan analisis ditemukan bahwa faktor kepercayaan, kadar ferritin, jumlah obat, kesibukan, administrasi obat, stigma sosial, ekonomi, dan efek samping dapat memengaruhi ketidakpatuhan terhadap konsumsi kelasi besi. Pada mayoritas pasien dewasa disebabkan oleh faktor jumlah obat (68.2%) dan mayoritas pasien anak disebabkan oleh faktor jumlah obat juga administrasi obat (50%). Pasien di RSUD Al Ihsan Bandung 2023 ditemukan mayoritas pasien dewasa disebabkan oleh faktor jumlah obat sedangkan mayoritas pasien anak disebabkan oleh faktor jumlah obat dan administrasi obat.
Hubungan Kadar Trombosit dan Jenis Kelamin dengan Kejadian DSS pada Pasien Rawat Inap di RSUD Al-Ihsan Bandung Fadilul Fatihah Razi; Agung Firmansyah Sumantri; Abdul Hadi Hassan
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12398

Abstract

Abstract. Indonesia is one of the tropical countries so it has a high risk of dengue virus transmission. Although not all cases of dengue hemorrhagic fever (DHF) are followed by shock, but the fact is that the mortality rate of DHF patients followed by shock will be much greater than patients who do not experience shock. Males have a higher risk of experiencing shock than females. In addition, patients who experience shock generally experience thrombocytopenia. Based on this phenomenon, is there a relationship between platelet levels and gender with the incidence of DSS in the inpatient room of Al Ihsan Bandung Hospital. This study used a cross sectional approach from January to December 2022, with purposive sampling. With the large sample formula collected as many as 78 patients. Testing relationship between platelets and gender with incidence of DSS using Chi The results showed that platelet levels were significantly associated with the incidence of DSS because the Pearson Chi Square value was smaller than P=0.05. Meanwhile, gender has no relationship with the incidence of DSS because the Pearson Chi Square value of 0.276 is greater than 0.05. In this study, the incidence of DSS was significantly associated with platelet levels but not gender. In other words, during DHF, male and female patients have the same chance of experiencing shock or developing DSS. Abstrak. Indonesia merupakan salah satu negara tropis sehingga memiliki risiko yang tinggi terhadap penularan virus dengue. Meskipun tidak semua kasus demam berdarah dengue (DBD) diikuti syok, namun faktanya dari tingkat kematian pasien DBD yang diikuti syok akan jauh lebih besar dibandingkan pasien yang tidak mengalami syok. Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami syok dibandingkan Perempuan. Selain itu, pasien yang mengalami syok pada umumnya mengalami trombositopenia. Berdasarkan fenomena tersebut apakah ada hubungan antar kadar trombosit dan jenis kelamin dengan kejadian DSS di ruang rawat inap RSUD Al Ihsan Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dari Januari- Desember 2022, dengan purposive sampling. Dengan rumus sampel besar terkumpul sebanyak 78 pasien. Pengujian hubungan antara trombosit dan jenis kelamin dengan kejadian DSS menggunakan Chi Square serta data diolah dengan SPSS versi 25. Hasilnya kadar trombosit secara signifikan berhubungan dengan kejadian DSS dikarenakan nilai Pearson Chi Square lebih kecil dari P=0,05. Sementara itu, jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan kejadian DSS dikarenakan nilai Pearson Chi Square sebesar 0,276 lebih besar dari 0,05. Dalam penelitian ini kejadian DSS memiliki hubungan sangat bermakna dengan kadar trombosit pasien tetapi tidak berhubungan denga jenis kelamin. Dengan kata lain, pada saat DBD pasien laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk mengalami syok atau terkena DSS.
Hubungan Antara Kemiskinan dengan Kejadian Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Kota Bandung Tahun 2015–2020 Nurul Izzati Fauzia; Agung Firmansyah Sumantri; Ismet Muchtar Nur
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12415

Abstract

Abstract. Anemia is a condition where red blood cells do not meet the body's physiological needs, this occurs because the erythrocytes in the body are not balanced. The condition of anemia often occurs in pregnant women, the most common occurrence is iron deficiency anemia and this condition has serious consequences for the mother and fetus. There are several factors that can cause pregnant women to experience iron deficiency anemia, one of which is economic level. Economic level is measured from the poverty level based on daily calorie intake. Poverty is a condition caused by cultural factors in a partickeular area that occur in a particular person or group of people, thereby causing them to remain attached to poverty. This study aims to determine the relationship between economic level and the incidence of iron deficiency anemia in pregnant women in Bandung City. The method used in this research was a retrospective cohort approach. The data used is secondary data from the Bandung City Health Service and the Bandung City Central Statistics Agency. Statistical tests use Spearman rank. The research results show a value of p=0.704 (p>0.05). The conclusion is that there is no relationship between economic level and the incidence of iron deficiency anemia in pregnant women in Bandung City in the 2015-2020 period. This is because economic level is a factor that indirectly influences the incidence of anemia. Abstrak. Anemia merupakan kondisi sel darah merah yang tidak memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh, ini terjadi karena eritrosit didalam tubuh tidak seimbang. Kondisi anemia pun sering terjadi pada wanita hamil, insidensi yang sering terjadi adalah anemia defisiensi zat besi dan keadaan ini memiliki konsekuensi serius untuk ibu dan fetus. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan wanita hamil mengalami anemia defisiensi zat besi, salah satunya tingkat ekonomi. Tingkat ekonomi dinilai dari tingkat kemiskinan berdasarkan asupan kalori per hari. Kemiskinan merupakan keadaan yang disebabkan oleh faktor budaya suatu daerah tertentu yang terjadi pada seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya tetap melekat dengan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat ekonomi dengan kejadian anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil di Kota Bandung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kohort retrospektif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Badan Pusat Statistika Kota Bandung. Uji statistik menggunakan rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,704 (p>0,05). Kesimpulannya tidak ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan kejadian anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil di Kota Bandung pada periode tahun 2015-2020. Hasil ini disebabkan karena tingkat ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung terhadap kejadian anemia.