Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Tindak Tutur Ilokusi pada Anak Usia 5 dan 10 Tahun di Desa Lamadong 1, Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol dalillah, syaikah nahda; Djou, Dakia; Kau, Munkizul Umam
Jambura Journal of Linguistics and Literature Vol 4, No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjll.v4i2.20392

Abstract

Tindak tutur ilokusi yaitu tindak tutur yang melakukan sesuatu dengan hal dan fungsi bertutur yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, tujuan anak-anak sebagai penutur saat mengucapkan sesuatu dalam tindak tutur adalah bentuk ujaran yang diproduksi oleh anak-anak. Hal yang ingin didalami dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah bentuk tindak tutur ilokusi pada anak usia 5 tahun di Desa Lamadong 1, Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol, (2) Bagaimanakah bentuk tindak tutur ilokusi pada anak usia 10 tahun di Desa Lamadong 1, Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur ilokusi pada anak usia 5 dan 10 tahun di Desa Lamadong 1, Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. Metode ini digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk menggambarkan apa saja bentuk tindak tutur ilokusi pada anak usia 5 dan 10 tahun di Desa Lamadong 1, Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol dilihat dari ranah keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk tindak tutur ilokusi pada anak usia 5 dan 10 tahun adalah (1) bentuk tindak tutur asertif (menyatakan sesuatu), (2) bentuk tindak tutur komisif (berjanji, bertekad, mengancam dan menawarkan), (3) bentuk tindak tutur ekspresif (berterima kasih, mengumpat dan memuji), (4) bentuk tindak tutur direktif (meminta, menyuruh, melarang, dan mengusulkan). Bentuk tindak tutur ilokusi yang dikuasai oleh semua responden baik usia 5 tahun maupun usia 10 tahun yaitu bentuk tindak tutur asertif (menyatakan sesuatu). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari kelima responden pada usia 5 tahun, jenis tindak tutur ilokusi yang paling banyak yaitu pada bentuk tuturan asertif “menyatakan sesuatu” sedangkan pada kelima responden pada usia 10 tahun, jenis tindak tutur yang sangat banyak ditemukan yaitu pada tuturan asertif “menyatakan sesuatu” dan ekspresif “mengumpat”. Kemudian pada tuturan komisif dan direktif masih sulit diungkapkan oleh semua responden baik usia 5 tahun maupun usia 10 tahun. Adapun tuturan deklaratif tidak ditemukan dalam tuturan anak-anak..
Realisasi Makna Sikap dalam Mengungkapkan Kepribadian Firdaus pada Monolog “Perempuan di Titik Nol” Karya Iswadi Pratama Molamahu, Isnawati Mutiara; Baruadi, Moh. Karmin; DjoU, Dakia
Jambura Journal of Linguistics and Literature Vol 4, No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjll.v4i2.24104

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan realisasi makna sikap sebagai pengungkap kepribadian tokoh utama pada monolog Perempuan di Titik Nol karya Iswadi Pratama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan berupa cerita yang mengandung makna sikap. Sumber data yakni naskah monolog Perempuan di Titik Nol karya Iswadi Pratama. Data dikumpulkan malalui teknik membaca dan teknik mencatat. Data dianalisis menggunakan teknik analisis data yaitu reduksi data, Interpretasi data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian dan pembahasan ini menunjukan realisasi makna sikap melalui kutipan-kutipan yang dikaji, mencangkup (1) afeksi, ini dapat dilihat pada respon emosional penutur terhadap suatu keadaan yang ia rasakan baik itu perasaan hasrat, kegelisahan, kegembiraan, keyakinan dan pemenuhan, (2) penghakiman, dilihat dari kutipan yang mengandung penilaian suatu individu terhadap individu lainnya, dan (3) penghargaan, ini dilihat dari penilaian satu individu terhadap satuan yang berwujud baik itu positif maupun negatif meliputi reaksi, komposisi dan penilaian. Ketiga makna sikap tersebut terdapat pada kutipan-kutipan dalam monolog Perempuan di Titik Nol.
Pelaksanaan Budaya Dikili Maulidan bagi Masyarakat Desa Bongo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo Parman, Virawati; Baruadi, Moh. Karmin; DjoU, Dakia
Jambura Journal of Linguistics and Literature Vol 4, No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjll.v4i2.23781

Abstract

Pelaksanaan budaya dikili maulidan di Desa Bongo Kecamatan Batudaa Pantai, sudah menjadi tradisi oleh masyarakat Gorontalo untuk memperingati kelahiran nabi besar Muhammad SAW. waktu pelaksanaan dikili maulidan dilaksanakan pada malam hari dengan memakan aktu sekitar 16 atau 17 jam para pezikir terdiri dari laki-laki dan perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, teknik wawancara, teknik dokementasi, teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini terdapat nilai-nilai yang mengandung religius, terutama tentang pelaksanaan budaya dikili maulidan yang ada di Desa Bongo.
KESANTUNAN BERBAHASA DI SMA NEGERI I DULUPI KABUPATEN BOALEMO DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Lahabu, Sri Yulianti; Djou, Dakia; Muslimin, Muslimin
Reduplikasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia Vol 1, No 1 (2021): (Juni 2021)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.372 KB) | DOI: 10.37905/rjppbi.v1i1.540

Abstract

Tujuan penelitian adalah (1) mendeskripsikan bentuk kesantunan berbahasa di SMA Negeri I Dulupi Kabupaten Boalemo, (2) mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung kesantunan berbahasa di SMA Negeri I Dulupi Kabupaten Boalemo, (3) mendeskripsikan implementasi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran di SMA Negeri I Dulupi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan sumber data berupa tuturan yang terjadi selama pembelajaran bahasa Indonesia serta tuturan di luar pembelajaran di SMA Negeri I Dulupi Kabupaten Boalemo.  Teknik sampling penelitian ini menggunakan teknik simak, teknik rekaman, teknik catat, wawancara, dan observasi. Teknik uji data yang digunakan yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat enam bentuk kesantunan berbahasa di SMA Negeri 1 Dulupi Kabupaten Boalemo berdasarkan prinsip maksim kesantunan, yaitu: (a) maksim kebijaksanaan, (b) maksim kedermawanan, (c) maksim penghargaan, (d) maksim kesederhanaan, (e) maksim pemufakatan, dan (f) maksim kesimpatian, dan terdapat tiga pelanggaran maksim menurut prinsip kesantunan berbahasa, yaitu: (a) maksim kebijaksanaan, (b) maksim kedermawanan, dan (c) maksim kesederhanaan; (2) Ditemukan faktor-faktor yang mendukung kesantunan, berupa: (a) meminta dan memohon kepada mitra tutur tanpa paksaan dan tidak menyinggung, (b) mempersilakan mitra tutur tanpa paksaan dan (c) tidak menyinggung; serta (d) memberikan tanggapan positif terhadap mitra tutur, dan ditemukan ketidaksantunan, berupa: (a) mengkritik dengan diksi dan intonasi negatif serta tidak bisa mengendalikan emosi; (b) berpendapat dengan menyinggung mitra tutur; dan (c) memotong pembicaraan mitra tutur; (3) Implementasi kesantunan berbahasa diterapkan pada proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan memperhatikan prinsip maksim kesantunan berbahasa di SMA Negeri 1 Dulupi, Kabupaten Boalemo
MAKNA SIMBOLIK TRADISI MATAMMA QORAANG DAN MODEL PELESTARIANNYA PADA MASYRAKAT SUKU BAJO DI DESA KOKUDANG Yani, Yani; Baruadi, Moh. Karmin; Djou, Dakia
Reduplikasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia Vol 2, No 2 (2022): (Desember 2022)
Publisher : Pascasarjana, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/rjppbi.v2i2.1187

Abstract

Objek penelitian ini adalah Makna Simbolik Tradisi Matamma Qoraang dan Model Pelestariannya Pada Masyarakat Suku Bajo di Desa Kokudang. Adapun permasalahan penelitian ini adalah (a) bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi  Matamma Qoraang ? (b) apa saja makna simbolik  yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi Matamma Qoraang ? (c) bagaimanakah model pelestarian tradisi Matamma Qoraang?. Penelitian ini bertujuan untuk (a) mendeskripsikan prosesi pelakasanaan tradisi Matamma Qoraang. (b) mendeskripsikan makna simbol yang terdapat dalam tradisi Matamma Qoraang. (c) mendeskripsikan model pelestarian tradisi Matamma Qoraang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika. Jenis penelitian yang digunakan yakni jenis kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu tradisi Matamma Qoraang. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi obsevasi, perekaman, dan wawancara. Analisis data yang digunakan meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan. Hasil penelitian pertama mendeskripsikan prosesi pelaksanaan tradisi Matamma Qoraang yang terdiri dari tiga prosesi meliputi prosesi awal, prosesi inti, dan prosesi akhir. Prosesi awal ada mamugei bahan ‘ Membuat atau mengumpulkan alat dan bahan. Prosesi kedua yaitu prosesi inti, kegiatan ini adalah setelah bahan dan peralatan selesai dipersiapkan, maka orang yang hatam akan diantar di masjid dan dipakaikan pakaian khusus, setelah itu akan menuju rumah tempat prosesi, dan keluarga ada yang menjemput didepan rumah dan membawa masuk ornag yang hatam Qur’an tersebut, serta didalam akan dimulai pembacaan surah dan pembacaan doa-doa pendek yang terdiri dari surah Ad-Duha sampai surah An-Nas. Setiap satu tokoh agama akan membacakan satu atau dua surah dan orang yang hatam akan mengikuti bacaan surah sampai selesai. Prosesi akhir yaitu Nginta Mememong ‘makan bersama’. Hasil penelitian kedua mengungkapakan Simbol dalam dalam tradisi Matamma Qoraang meliputi (1) simbol verbal, yaitu berupa bacaan dan doa-doa saat proses pembuatan dan persediaan bahan-bahan, serta surah Al-Qur’an dari surah Ad-Duha sampai An-Nas yang bermakna mewakili keseluruhan bacaan Al-Qur’an, dan (2) simbol nonverbal, yaitu berupa (a) kain putih, (b) pulut putih, (c) pulut kuning, (d) telur, (e) ayam, (f) ketupat Nabi, (g) cucur, (h) tusuk telur, (i) pisang. Sedangkan hasil penelitian ketiga mengungkapkan model pelestraian dalam tradisi Matamma Qoraang yaitu model berbasis keluarga dan model berbasis suku .Penelitian ini mengemukakan beberapa kesimpulan, yakni (1) tradisi Matamma Qoraang yang terdiri dari tiga prosesi meliputi prosesi awal, prosesi inti, dan prosesi akhir. (2) tradisi Matamma Qoraang terindikasi memiliki simbol verbal dan nonverbal, (3) mengungkapkan model pelestraian dalam tradisi Matamma Qoraang yaitu model berbasis keluarga dan model berbasis suku.