Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengembangan Mikrosfer Asiklovir menggunakan Kitosan dan Natrium Tripolifosfat: Faktor Suhu Inlet Muntu, Cynthia Marisca; Sadono; Melinda Natalia Suwito
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 4 No. 1 (2022): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (December)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V4i1.5451

Abstract

Abstract—Acyclovir is an antiviral used for the treatment of herpes simplex but it's a short half-life, thereby increasing the administration frequency. To overcome this problem, the acyclovir microsphere system was created with chitosan and sodium tripolyphosphate (NTPP). The formulation used a spray drying method which is influenced by the inlet temperature. Three variations of the inlet temperature are given, i.e. 170 oC (M1), 180 oC (M2), and 190 oC (M3). Physicochemical characterization obtained the same results on the three microspheres. They showed the occurrence of cross-linking between chitosan and NTPP. The average particle sizes of M1, M2, and M3 microspheres were 8.52 µm, 8.92 µm, and 9.83 µm respectively. All microspheres' morphology was spherical with a rough surface. The moisture content of M1, M2, M3 microspheres were 6.63%, 5.49%, 4.63%, respectively. The swelling index of M1, M2, and M3 microspheres obtained from 0.5-4 hours were 143.11-258.86%, 167.26-239.61%, and 152.49-259.60%. The recovery of M1, M2, and M3 microspheres was 33.93%, 47.26%, and 35.09% respectively. The acyclovir encapsulation efficiency of M1, M2, and M3 microspheres were 115.32%, 117.14%, and 111.16% respectively. Dissolution testing showed all three microspheres have the potential for controlled drug delivery systems. The inlet temperature affects the microsphere characteristics and the best inlet temperature was 180 oC. Abstrak—Asiklovir merupakan antivirus yang digunakan untuk terapi herpes simplex karena tingkat selektivitasnya tinggi tetapi waktu paruhnya cepat sehingga meningkatkan frekuensi pemberiannya. Untuk mengatasi masalah ini asiklovir dibuat sistem mikrosfer. Dalam penelitian ini kitosan digunakan sebagai polimer dan natrium tripolifosfat (NTPP) sebagai penyambung silang. Pembuatannya menggunakan metode spray drying yang dipengaruhi oleh suhu inlet, sehingga diberikan tiga variasi suhu inlet yaitu 170 oC (M1), 180 oC (M2), dan 190 oC (M3). Karakteristisasi fisikokimia meliputi identifikasi gugus fungsi, perubahan melting point, dan energi entalpi memperoleh hasil yang sama pada ketiga mikrosfer yaitu terjadinya ikatan sambung silang antara kitosan dengan NTPP. Ukuran partikel rata-rata mikrosfer M1, M2, M3 berturut-turut adalah 8,52 µm, 8,92 µm dan 9,83 µm. Morfologi bentuk ketiga mikrosfer adalah sferis dengan permukaan kasar. Kandungan lembap mikrosfer M1, M2, M3 berturut-turut adalah 6,63%, 5,49%, 4,63%. Indeks pembengkakan mikrosfer M1, M2, M3 yang diperoleh dari 0,5-4 jam berturut-turut adalah 143,11-258,86%, 167,26-239,61% dan 152,49-259,60%. Perolehan kembali mikrosfer M1, M2, M3 berturut-turut adalah 33,93%, 47,26% dan 35,09%. Efisiensi enkapsulasi asiklovir M1, M2, M3 berturut-turut adalah 115,32%, 117,14% dan 111,16%. Pengujian disolusi asiklovir menunjukkan ketiga mikrosfer berpotensi untuk sistem penghantaran obat terkendali. Suhu inlet berpengaruh terhadap karakteristik mikrosfer asiklovir dan suhu terbaik adalah 180 oC.
Pengaruh Laju Alir pada Proses Spray Drying terhadap Karakteristik Fisiko Kimia Mikrosfer Glibenklamid menggunakan Polimer Kitosan dan Penyambung Silang Natrium Tripolifosfat Muntu, Cynthia Marisca; Tenderan, Ilona Pricilya
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 4 No. 1 (2022): JUNE
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/mpi.v4i1.5045

Abstract

Glibenklamid memiliki waktu paruh yang singkat, sehingga modifikasi pelepasan terkendali diperlukan dan dapat dicapai dengan mikrosfer. Kitosan sebagai polimer disambung silang dengan natrium tripolifosfat (NTPP), selanjutnya mikrosfer dibuat menggunakan metode spray drying. Laju alir yang rendah menghasilkan suhu outlet yang tinggi pada spray dryer sehingga variasinya dapat menghasilkan karakteristik mikrosfer yang berbeda. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh laju alir terhadap karakteristik fisiko kimia mikrosfer yang diperoleh. Variasi laju alirnya adalah 7,5 ml/menit untuk F1 dan 6,5 ml/menit untuk F2. Identifikasi gugus fungsi menunjukkan adanya semua puncak glibenklamid dan gugus spesifik yang membuktikan terjadinya sambung silang antara kitosan dengan NTPP. Hasil identifikasi titik lebur dan energi termal menunjukkan kitosan membentuk ikatan sambung silang dengan NTPP serta puncak glibenklamid tidak ditemukan karena glibenklamid terselubungi oleh kitosan-NTPP. Rata-rata ukuran partikel F1 adalah 5,00 µm sedangkan F2 adalah 4,02 µm. Morfologi bentuk permukaan keduanya menghasilkan permukaan partikel yang sferis tetapi pada F2 memiliki permukaan yang lebih halus. Efisiensi enkapsulasi dan perolehan kembali F2 lebih tinggi dari F1, sebaliknya indeks pengembangan dan kandungan lembab F1 lebih tinggi. Profil disolusi kedua sampel menunjukkan pelepasan yang bertahap dibandingkan dengan glibenklamid murni. Perbedaan laju alir menyebabkan perbedaan bermakna karakteristik fisikokimia mikrosfer sehingga menghasilkan perbedaan pelepasan glibenklamid.
Optimasi Rasio Cocoa Butter dan Minyak Jarak pada Stabilitas Lip Balm Stick Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Muntu, Cynthia Marisca; Nahri, Santi Amalia An; Wahjuningsih, Endang
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 6 No. 2 (2024): DECEMBER
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/mpi.v6i2.7025

Abstract

Lip balm merupakan produk perawatan bibir yang sangat esensial karena fungsinya dalam menjaga kelembapan dan memberikan proteksi terhadap kekeringan. Kombinasi cocoa butter dan minyak jarak sering digunakan dalam formulasi lip balm karena sifatnya yang melembapkan, namun rasio yang tidak tepat dapat mempengaruhi stabilitas dan tekstur produk. Ekstrak lidah buaya (Aloe vera Linn.) memberikan tambahan manfaat dalam melembapkan dan menyejukkan, sehingga meningkatkan khasiat lip balm. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kesesuaian lip balm dengan spesifikasi dan memperoleh rasio cocoa butter dan minyak jarak terbaik berdasarkan karakteristik dan stabilitasnya. Lip balm diformulasikan dalam tiga formula yang bervariasi pada rasio cocoa butter dan minyak jarak, masing-masing adalah 10:44,2 (formula I), 11:43,2 (formula II) dan 12:42,2 (formula III). Kondisi penyimpanan produk dikondisikan pada suhu 40 °C dan RH 75% ± 5% selama 30 hari. Keseluruhan formula lip balm memenuhi seluruh spesifikasi yaitu organoleptis, kekerasan, berat jenis, titik lebur, spreadability dan pH. Rasio cocoa butter dan minyak jarak mempengaruhi karakteristik titik lebur dan pH lip balm. Lip balm lidah buaya formula II dengan rasio cocoa butter dan minyak jarak 11:43,2 merupakan formula terbaik yang stabil pada keseluruhan parameter. Lip balm is an essential lip care product due to its function in maintaining moisture and providing protection against dryness. A combination of cocoa butter and castor oil is commonly used in lip balm formulations due to its moisturizing properties; however, an incorrect ratio can affect the product stability and texture. Aloe vera (Aloe vera Linn.) extract provides additional benefits in terms of hydration and soothing, thereby enhancing the efficacy. This study aims to evaluate the conformity of the lip balm with specified standards and to determine the optimal ratio of cocoa butter to castor oil based on its stability. The lip balm was formulated in three different formulations with varying cocoa butter and castor oil ratios: 10:44.2 (formula I), 11:43.2 (formula II), and 12:42.2 (formula III). Storage conditions were set at 40 °C and RH 75% ± 5% for 30 days. All formulations met the pecifications, including organoleptic properties, hardness, specific gravity, melting point, spreadability, and pH. The cocoa butter-to-castor oil ratio influenced the melting point and pH characteristics of the lip balm. Lip balm formula II, with a cocoa butter and castor oil ratio of 11:43.2, was the best formula, stable across all parameters. Submitted: 10-11-2024, Revised: 29-11-2024, Accepted: 05-12-2024, Published regularly: December 2024
Stabilitas Fisikokimia dan Penghantaran Polisakarida Acemannan dalam Body Scrub Ekstrak Lidah Buaya: Variasi Tween 80 dan Gliseril Monostearat Muntu, Cynthia Marisca; Florentina, Jesica; Wahjuningsih, Endang
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 7 No. 1 (2025): JUNE
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/mpi.v7i1.7425

Abstract

Lidah buaya memiliki manfaat menutrisi dan melembapkan kulit karena kandungan polisakarida acemannan sebagai humektan, sehingga sering digunakan dalam produk perawatan tubuh, termasuk body scrub. Stabilitas krim body scrub dipengaruhi komposisi emulgator tween 80 dan gliseril monostearat yang menjaga homogenitas dan stabilitas produk selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi konsentrasi emulgator terhadap stabilitas dan penghantaran acemannan dalam body scrub lidah buaya. Body scrub diformulasikan dalam tiga formula yang mengandung ekstrak lidah buaya, rice bran oil, virgin coconut oil, microbeads polyethylene, dan kombinasi emulgator tween 80 dan gliseril monostearat dengan konsentrasi 4%, 5%, dan 6% untuk formula I, II, dan III. Pengamatan stabilitas dilakukan pada hari ke-0, 7, 14, dan 30 untuk parameter organoleptis, berat jenis, tipe emulsi, ukuran droplet, viskositas, sifat alir, daya sebar, dan pH. Penghantaran zat aktif berkhasiat diamati dari parameter kadar acemannan. Ketiga formula body scrub memenuhi spesifikasi. Variasi konsentrasi emulgator mempengaruhi ukuran droplet dan stabilitas body scrub. Body scrub formula III dengan konsentrasi total emulgator 6% merupakan formula terbaik yang stabil pada keseluruhan parameter termasuk kadar acemannan tertinggi, serta keunggulan pada karakteristik ukuran droplet yang lebih kecil. Aloe vera is widely used in body care products due to its moisturizing and skin-nourishing properties, attributed to the presence of the polysaccharide acemannan, a natural humectant. The stability of body scrub creams is influenced by the composition of emulsifiers such as tween 80 and glyceryl monostearate, which maintain product homogeneity during storage. This study aimed to evaluate the effect of varying emulsifier concentrations on the stability and acemannan delivery of Aloe vera-based body scrubs. Three formulations were prepared using Aloe vera extract, rice bran oil, virgin coconut oil, polyethylene microbeads, and a combination of tween 80 and glyceryl monostearate at total concentrations of 4%, 5%, and 6% in Formulas I, II, and III, respectively. Stability assessments were conducted on days 0, 7, 14, and 30, evaluating organoleptic properties, specific gravity, emulsion type, droplet size, viscosity, flow behavior, spreadability, and pH. The delivery of the bioactive compound was evaluated based on the acemannan content. All formulations met general specification requirements. Emulsifier concentration influenced droplet size and overall formulation stability. Formula III, with 6% total emulsifier, demonstrated the highest stability across all parameters, including the smallest droplet size and the highest acemannan content, indicating it as the most optimal formulation. Submitted: 27-03-2025, Revised: 22-05-2025, Accepted: 28-05-2025, Published regularly: June 2025