Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Swiss-Cheese Model Kausalitas Efek Samping Obat: Laporan Kasus Perdarahan Saluran Cerna Pada Penggunaan Obat Herbal Marzuki HY, Jefman Efendi; Christy, Glorianna; Shofa, Nyimas Maida
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 5 No. 1 (2023): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (December)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V5i1.5989

Abstract

Abstract—Pharmacovigilance is a process to identify, evaluating, comprehending, and avoiding harmful drug or treatment-related events. Unfortunately, Indonesia still has a relatively low rate of reporting adverse drug reactions (ADR), including those caused by herbal medications. Lack of information is one factor contributing to this, among others being ignorance and lack of awareness. The Swiss-cheese model is a risk analysis approach that can be used to examine variables that could contribute to the occurrence of adverse drug reactions. A woman, 72, was checked into the hospital after complaining of melena. The patient had previously used herbal product that containing of Retrofracti fructus, Languatis rhizoma, Piperis nigri fructus, Blumeae folium, and Orthosiphonis folium, patient also consume herbs that made from lemongrass (Cymbopogon citratus) dan turmeric (Curcuma longa). Some herbs may have an impact on the cyclooxygenase (COX) system, raising the danger of gastrointestinal problems including bleeding. Diverse patient comorbidities may potentiate adverse drug reactions, necessitating careful monitoring of medication side effects, encompassing both pharmaceutical and herbal remedies. Swiss-cheese model is an approach that can be used to analyze factors that can contribute to adverse drug event. Naranjo and WHO-UMC were used in the causality analysis. Keywords: herbs; adverse drug reaction, gastrointestinal bleeding, patient safety, pharmacovigilans Abstrak—Farmakovigilans merupakan kegiatan ditujukan sebagai upaya mendeteksi, menilai, memahami, dan mencegah kejadian yang merugikan akibat obat ataupun produk pengobatan. Sayangnya pelaporan efek samping obat (ESO) termasuk obat herbal masih sangat rendah di Indonesia. Hal ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan perhatian, salah satunya akibat kurangnya data. Swiss-cheese model adalah pendekatan analisis risiko yang dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap kejadian ESO. Seorang wanita 72 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan melena. Pasien memiliki riwayat penggunaan produk herbal yang mengandung Retrofracti fructus, Languatis rhizoma, Piperis nigri fructus, Blumeae folium, Orthosiphonis folium, serta memiliki riwayat mengonsumsi jamu serai (Cymbopogon citratus) dan kunyit (Curcuma longa). Beberapa herbal memiliki potensi mempengaruhi sistem siklooksigenase (COX), sehingga meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada saluran cerna seperti perdarahan. Serangkaian kondisi pasien dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat, sehingga perlunya perhatian terhadap efek samping obat termasuk obat herbal. Pemodelan Swiss-cheese merupakan suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap kejadian ESO. Analisis kausalitas dilakukan dengan menggunakan WHO-UMC dan Naranjo. Hal ini ditujukan sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien. Kata kunci: obat herbal, efek samping, perdarahan saluran cerna, keamanan pasien, farmakovigilans
Sebuah Sebuah Laporan Kasus: Berbagai Faktor yang Berkontribusi Terhadap Kejadian Statin-Associated Muscle Symptoms ¬Imbas Atorvastatin Marzuki HY, Jefman Efendi; Muliono, Ari Christy
Bahasa Indonesia Vol 23 No 2 (2024): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v23i2.4817

Abstract

Pendahuluan: Adverse drug reaction (ADR) merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan pasien mengalami perawatan rumah sakit dan memperpanjang masa rawat. Statin berpotensi untuk menyebabkan efek samping yang berkaitan dengan gangguan otot. Atorvastatin merupakan salah satu obat golongan statin yang banyak digunakan saat ini. Kasus: Seorang wanita 78 tahun, masuk rumah sakit dengan nyeri pada seluruh badan termasuk kedua tungkai. Pasien rutin menggunakan atorvastatin untuk menurunkan kolesterol. Pasien memiliki riwayat gangguan hati dan penggunaan Syzygium polyanthum. Pasien didiagnosis dengan rabdomiolisis akibat atorvastatin. Pasien diberikan Coenzym Q10 kemudian berangsur membaik setelah atorvastatin dihentikan. Diskusi: Perubahan faktor fisiologis yang dapat memengaruhi farmakokinetik obat. Selain itu, interaksi bersama herbal juga dapat menyebabkan perubahan paparan atorvastatin. Hal ini dapat berkontribusi terhadap kejadian rabdomiolisis. Diagnosis Statin-Associated Muscle Symptom (SAMS) dapat diidentifikasi dengan SAMS Clinical Index. Simpulan: Kejadian efek samping obat dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mendasari. Upaya deteksi dini melalui monitoring aktif dalam pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya peningkatan patient safety di rumah sakit.
PEMETAAN PENGETAHUAN PESERTA POSYANDU DESA DUYUNG TENTANG NUTRISI DAN OBAT SELAMA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (HPK) Kirtishanti, Aguslina; Irawati, Sylvi; Marzuki HY, Jefman Efendi; Hidayah, Isnaini Nurul; Nurhidayah, Widya
RESONA : Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol 8, No 2 (2024)
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah (LPPI) Universitas Muhammadiyah Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35906/resona.v8i2.2199

Abstract

Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) adalah masa yang sangat krusial untuk perkembangan dan pertumbuhan anak setelah usia dua tahun. Kurangnya nutrisi dan perhatian serta ketidaksesuaian penggunaan obat selama masa ini akan meningkatkan risiko terjadinya stunting dan gangguan kesehatan yang kemudian dapat mempengaruhi masa depan anak. Sasaran program adalah seluruh peserta kegiatan posyandu di Desa Duyung. Program dilaksanakan pada 5 Agustus dan 3 September 2024. Komponen program terdiri dari dua kegiatan, yaitu pendampingan pentingnya nutrisi selama 1000 HPK dan penggunaan obat yang aman selama masa kehamilan. Materi diberikan dalam bentuk presentasi oleh dokter, leaflet obat yang aman untuk ibu hamil, poster 1000 HPK dan poster obat yang aman untuk ibu hamil. Tingkat pengetahuan peserta sebelum dan sesudah kegiatan pendampingan dinilai menggunakan kuesioner. Program ini menghasilkan peningkatan pengetahuan terhadap materi yang diberikan pada proporsi tertentu dari kelompok sasaran. Proporsi sasaran yang paling banyak mengalami peningkatan pengetahuan ditemukan pada kegiatan penggunaan obat yang aman selama kehamilan yaitu sebesar 62%. Terdapat indikasi perlunya dilakukan tindak lanjut untuk mengevaluasi faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat pengetahuan antarmateri yang diberikan agar pengetahuan sasaran dapat ditingkatkan lebih lanjut.  Abstract. The first 1000 days (1000 HPK) is a very crucial period for the development and growth of children after the age of two years. Lack of nutrition and attention, as well as inappropriate use of medication during this period, will increase the risk of stunting and health problems, which can then affect the child's future. The program targets are all participants in posyandu activities in Duyung Village. The program will be implemented on August 5th and September 3rd, 2024. The program component consists of two activities, namely assistance with the importance of nutrition during 1000 HPK and safe use of medication during pregnancy. The material is provided through presentations by doctors, leaflets on medicines that are safe for pregnant women, posters on 1000 HPK, and posters on medicines that are safe for pregnant women. Participants' level of knowledge before and after mentoring activities was assessed using a questionnaire. This program increases knowledge of the material provided in a certain proportion of the target group. The proportion of targets who experienced the greatest increase in knowledge was found in the safe use of drugs during pregnancy, namely 62%. There are indications that follow-up is needed to evaluate the factors that influence differences in the level of knowledge between the materials provided so that target knowledge can be further improved.