Syamsuri, Ahmad Kurdi
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pencegahan Abortus pada Awal Kehamilan Bernolian, Nuswil; Pangemanan, Wim T.; Syamsuri, Ahmad Kurdi; Ansyori, M. Hatta; Mirani, Putri; Lestari, Peby Maulina; Martadiansyah, Abarham; Kesty, Cindy
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 6 Nomor 3 November 2023
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v6i3.403

Abstract

Abortus merupakan suatu kejadian terminasi kehamilan dengan usia kehamilan <20 minggu dan berat janin <500 g. Angka kejadian abortus disebutkan sekitar 15% dari seluruh kehamilan. Terdapat beberapa faktor risiko abortus yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu faktor nutrisi, konsumsi kafein, alkohol, kebiasaan merokok, infeksi, paparan radiasi, beban kerja, dan pengaruh obat-obatan. Beberapa faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu genetik, kelainan kongenital, dan lain-lain. Dengan mengetahui faktor risiko tersebut, dokter dapat melakukan pencegahan dan intervensi yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasien yang mengalami abortus. Metode yang digunakan adalah tinjauan pustaka dengan menggunakan beberapa database seperti Pubmed, Wiley Online Library, dan ScienceDirect dari 10 tahun terakhir.Prevention of Miscarriage in Early PregnancyAbstractMiscarriage is an event of termination of pregnancy with < 20 weeks of gestation and fetal weight < 500 grams. The incidence of miscarriage is around 15% of all pregnancies. There are several risk factors for miscarriage, namely modifiable and non-modifiable risk factors. Some modifiable risk factors are nutritional factors, consumption of caffeine, alcohol, smoking habit, infection, radiation exposure, workload, and the influence of drugs. Several risk factors that can not be modified, namely genetics, congenital abnormalities, and others. By knowing these risk factors, doctors can carry out prevention and intervention according to the conditions of each patient who undergoes miscarriage. The method used is a literature review using several databases such as Pubmed, Wiley Online Library, and ScienceDirect from the last 10 years.Key words: miscarriage, prevention, risk factors, pregnancy.
Multigravida 37 Weeks Pregnant Not in Labour with Carotid Cavernous Fistula Life Single Fetus Head Presentation: Case Report Puspitasari, Dwi Cahya; Bernolian, Nuswil; Pangemanan, Wim Theodorus; Syamsuri, Ahmad Kurdi; Ansyori, Muhammad Hatta; Mirani, Putri; Lestari, Peby Maulina; Martadiansyah, Abarham
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 7 Nomor 1 Maret 2024
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v7i1.611

Abstract

Background: Carotid cavernous fistula (CCF) is an abnormal shunt from the carotid artery to the cavernous sinus. The management of pregnant patients with CCF is individualized. The aims of this case report are to document a rare presentation of a multigravida at 37 weeks of gestation with a carotid cavernous fistula, describe clinical symptoms and management, report outcomes, and contribute insights to the medical literature.Case Report: The referred patient, G2P1A0, who was 37 weeks pregnant with a live single fetus in cephalic presentation, presented with left eye swelling persisting since the first pregnancy at 6 months gestation, associated with headaches. The patient underwent neurosurgical intervention at Mohammad Hoesin Hospital, including digital subtraction angiography (DSA). Currently, experiencing preterm labor symptoms, the management includes inpatient care, blood transfusion (Hb > 10 g/dL), and termination via the perabdominal approach.Discussion: A multigravida at 37 weeks pregnant in labor with carotid cavernous fistula and a live single fetus in head presentation, as existing literature suggests, has no clear link between maternal carotid cavernous fistula history and fetal outcomes. Despite concerns about potential fetal abnormalities and cancer risk from endovascular embolization therapy during pregnancy, postpartum follow-up with advanced digital subtraction angiography (DSA) is planned.Conclusion: The complexity of managing a multigravida at 37 weeks pregnant in labor with carotid cavernous fistula and a live single fetus in head presentation emphasizes the importance of a multidisciplinary approach for optimal maternal and fetal outcomes.Multigravida Hamil 37 Minggu Belum Inpartu dengan Fistula Cavernosa Karotis Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala: Laporan KasusAbstrakLatar belakang: Fistula kavernosus karotis (CCF) adalah celah/ lubang abnormal dari arteri karotis ke sinus kavernosus. Penatalaksanaan pasien hamil dengan CCF bersifat individual. Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk mendokumentasikan presentasi langka seorang multigravida pada usia kehamilan 37 minggu dengan fistula kavernosus karotis, mendeskripsikan gejala klinis dan penatalaksanaannya, melaporkan hasil, dan menyumbangkan wawasan untuk literatur medis.Laporan Kasus: Pasien yang dirujuk, G2P1A0, pada usia kehamilan 37 minggu dengan janin tunggal hidup dengan presentasi kepala, datang dengan pembengkakan mata kiri yang berlangsung sejak kehamilan pertama pada usia kehamilan 6 bulan, yang berhubungan dengan sakit kepala. Pasien menjalani intervensi bedah saraf di Rumah Sakit Mohammad Hoesin, termasuk Digital Subtraction Angiography (DSA). Saat ini, mengalami gejala persalinan prematur, penatalaksanaan yang dilakukan meliputi rawat inap, transfusi darah (Hb > 10 g/dL), dan terminasi melalui pendekatan perabdominal.Diskusi: Seorang multigravida dengan usia kehamilan 37 minggu yang melahirkan dengan fistula kavernosa karotis dan janin tunggal hidup dengan presentasi kepala, merupakan kasus yang jarang terjadi, karena literatur yang ada menunjukkan tidak ada hubungan yang jelas antara riwayat fistula kavernosa karotis ibu dan hasil janin. Meskipun ada kekhawatiran mengenai potensi kelainan janin dan risiko kanker dari terapi embolisasi endovaskular selama kehamilan, tindak lanjut pascapersalinan dengan angiografi pengurangan digital (DSA) lanjutan direncanakan.Simpulan: Kompleksitas pengelolaan multigravida dengan usia kehamilan 37 minggu dalam persalinan dengan fistula kavernosa karotis dan janin tunggal hidup dengan presentasi kepala, menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin untuk luaran ibu yang optimal. Perlunya pendektanan multidispilin keilmuan memeberiksan hasil yanga baik pada ibu dan bayinya.Kata kunci: Fistula Kavernosa Karotis, Angiografi Pengurangan Digital