Solahuddin, Solahuddin
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Moderation: Journal of Islamic Studies Review

الخطاب و علاقته بالنص عند الباحثين Solahuddin, Solahuddin
Moderation | Journal of Islamic Studies Review Vol. 1 No. 1 (2021)
Publisher : Asosiasi Dosen PTKIS Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63195/moderation.v1i1.14

Abstract

Abstrak: Artikel ini, menyajikan pembahasan tentang khitob (discourse/wacana) yang berkaitan dengn teks, baik secara lisan dan tulisan. Dalam kajian ini penulis berupaya mengemukakan dan mengembangkan makna khitob/wacana dari sekedar pada bacaan dan tutur kata, tetapi kepada makna yang sangat luas dengan mengemukakan berbagai macam definisi dari para ahli. Istilah khitob digunakan sebagai kata umum, yang merupakan padanan dari istilah discourse (bahasa inggris) yang dalam bahasa indonesi bisa bermakna wacana. Pada akhir akhir ini, para ahli telah menyepakati bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa dibawahnya secara berturut turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan rangkaian bunyi membentuk kata, rangkaian kata membentuk frase, dan rangkain frase membentuk kalimat. Akhirnya rangkain kalimat membentuk wacana, dan wacana ini bisa berbentuk lisan atau tulisan. Penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, dapat berupa iklan, drama, percakapan, diskusi, debat, tanya jawab, surat, tesis dan makalah, dan sebagainya. Para linguistik sadar bahwa studi bahasa berdasarkan kepada pendekatan linguistik memiliki keterbatasan keterbatasan, yaitu hanya mampu menganalisis dan mengungkapkan persoalan bahasa sampai pada tataran secara gramatikal. Padahal ruang lingkup bahasa sangatlah luas, mencakup selurh aspek komponen kebahasaan meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, simantik, dan wacana. Dengan memahami luasnya makna khitob dan keterkaitannya dengan taks, menjadi sebuah jalan untuk mengungkap hakikat bahasa secara sempurna.
مناسبة المعنى بين براعة المقدمة و المكاتبة: Kesesuaian makna antara kecerdikan pengantar dan tulisan Solahuddin, Solahuddin
Moderation | Journal of Islamic Studies Review Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Asosiasi Dosen PTKIS Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63195/moderation.v1i2.30

Abstract

Muqaddimah (kata pengantar) dalam ceramah, pidato, surat, buku, atau topik apapun merupakan salah satu bagian penting dalam karya. Muqoddimah tidak hanya berfungsi memberi identitas karya. Akan tetapi, muqaddimah juga dapat menyajikan gambaran umum isi dan meningkatkan minat masyarakat dalam membaca karya terkait. Terkadang kita lihat dalam sebuah karya baik tertulis ataupun diartikulasikan (diucapkan) antara kata pengantar (muqaddimah) dan isi tidak relevan. Oleh karenanya seorang penulis, pembicara, khatib, penyair yang handal harus dapat memperhatikan relevansi makna antara kata pembuka (muqaddimah) dan isi yang disampaikannya. Karenanya seorang penulis atau pembicara dapat dikatakan gagal atau belum dikatakan seorang penulis yang ulung atau pembicara yang profesional atau berkualitas, jika ia tidak dapat merelevansikan antara kata pengantar yang menarik dan tujuan penulisan atau pembicaraan. Intinya muqaddimah harus disajikan dengan singkat padat, jelas dengan bahasa yang kuat, baik dan menarik serta tidak lari dari isi. Karena muqaddimah yang menarik dapat menarik perhatian kepada pembaca atau pendengar untuk terus menyempurnakan bacaannya atau melanjutkan pendengarannya sampai tuntas. Dalam sebuah tulisan surat saja contohnya memiliki pilar-pilar yang harus dipenuhi agar pesan bisa sampai kepada pembaca dengan baik. Dilihat dari masa kemasa (masa Jahiliyah, masa Rasulullah, khulafaurrosyidin, dinasti Abbasiya, dinasti umawiyah dan seterusnya) gaya bahasa muqaddimah memiliki ciri khas dan karakter sendir. Boleh diakui sampai saat ini dari sisi tulisan kata pemula (muqaddimah) dalam tulisan yang paling indah ada didalam Al-Qur’an Al-Karim. Banyak pertanyaan yang muncul dibenak kita, diantaranya,‘’ Bagaiman standarisasi sebuah pengantar yang dianggap baik, atau memenuhi syarat menurut para pakar??’’ dan ‘’Apakah muqaddimah bersifat baku, atau mengalami perubahan?’’ Artikel ini akan menjawab dan menguraikan tentang rukun-rukun dalam sebuan tulisan yang bernilai sastra, syarat syarat keindahan muqaddimah (kata pengantar) yang memiliki relevansi yang kuat pada isi tulisannya, baik dalam bahasa narasi (natsr), dan sajak (nadham) yang terurai dalam bentuk surat menyurat, khutbah, dan syair.
KONSEP DAN MANAJEMEN DAKWAH ISLAM DI ERA DIGITAL Azis Sudiyat, Muhammad; Solahuddin, Solahuddin
Moderation | Journal of Islamic Studies Review Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Asosiasi Dosen PTKIS Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63195/moderation.v3i1.75

Abstract

The machine is a vital part, with several supporting tools that can move massively to produce aprocess, namely solid and perfect goods. So if the machine is not managed properly some of the supportingtools will move erratically or can damage some production results. Like a machine, da'wah is a major partin producing buds that always spread the religion of Islam. Da'wah is also the engine or soul for Islamicteachings on earth. According to the Big Indonesian Dictionary, the concept means; understanding, mentalimage of the object, process, opinion (understanding), design (aspirations) that has been thought of.Management basically does not have a standard and fixed definition that is universally agreed upon.However, Ricky W. Griffin defines management as a process of planning, organizing, coordinating, andcontrolling resources to achieve goals (goals) effectively and efficiently. Effective means that goals can beachieved according to planning, while efficient means that existing tasks are carried out correctly, organizedand according to schedule. A new era brings new weapons, that is what Tan Malaka said in his book, HisYouthful Spirit. Each era has its own characteristics. This characteristic brings two things, either glory ordamage. The Da'wah of Islam brought by the Most Beautiful Man, the Most Noble Man, namely HisMajesty the Prophet Muhammad Saw, is an activity that brings light to darkness, delivers freedom fromslavery, delivers faith from polytheism. After His Majesty Saw passed away to Rahmatullah, IslamicDa'wah continued with His Companions Saw. Executed with the guidance that has been exemplified byHis Majesty, do not change the teachings even if one letter. However, the Companions who stopped by intheir respective times had several social methods that were applied to the Muslims so that the light deliveredby His Majesty would remain intact and be conveyed even though the times had brought their characteristicswhich might lead to damage on earth.
KEBENARAN HEGEMONIK AGAMA Hasbiyallah, Hasbiyallah; Solahuddin, Solahuddin; Munawar, Slamet; Utomo, Budi
Moderation | Journal of Islamic Studies Review Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Asosiasi Dosen PTKIS Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63195/moderation.v5i2.142

Abstract

Anarchic violence against jamaah Ahmadiyah and “Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)” by Front Pembela Islam (FPI) constitutes a form of truth claim among religious groups in religious society. The religious interpretation which formerly opened now reduced to become the closed interpretation. The formerly is the substantive interpretation now become the hegemonic interpretation. This is one of the greatest theological challenge facing by religious community. This article will show the patterns of attitude and idea among religious comminity members which stimulate hegemonic truth claim in order to find out the friendly, egalitarian, and tolerant forms of religions, so the hegemonic truth claim of the religion should be avoided.