Budaya adalah bagian penting dalam kehidupan manusia yang membentuk cara pandang, kebiasaan, dan interaksi sosial seseorang. Namun, ketika seseorang berpindah ke wilayah dengan budaya yang berbeda, proses penyesuaian diri tidak selalu berjalan mudah. Artikel ini membahas fenomena culture shock dan adaptasi yang dialami oleh perantau asal Makassar yang tinggal di Pulau Jawa. Di tengah perbedaan bahasa, norma, dan kebiasaan sosial, perantau dihadapkan pada tantangan mental dan emosional yang nyata. Melalui studi kualitatif dan wawancara mendalam, artikel ini menggambarkan pengalaman pribadi perantau dalam menghadapi tekanan sosial dan upaya adaptasi yang dilakukan untuk bertahan di lingkungan baru. Dalam prosesnya, perantau berusaha menurunkan nada bicaranya, memahami budaya sopan santun setempat, serta tetap memegang teguh nilai-nilai seperti siri na pacce sebagai pegangan hidup. Perubahan perilaku, kemampuan bersosialisasi, hingga keterampilan kerja menjadi indikator keberhasilan adaptasi tersebut.Tidak hanya itu, artikel ini menyoroti pentingnya dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat sekitar sebagai fondasi utama dalam menghadapi gegar budaya. Perasaan tidak sendiri dan adanya ‘someone to talk’ berperan besar dalam menjaga kesehatan mental dan motivasi perantau. Melalui cerita yang diangkat, artikel ini ingin memberi wawasan bahwa di balik kerasnya perjuangan merantau, ada proses pembentukan diri dan kekuatan adaptif yang luar biasa. Kata Kunci: culture shock, adaptasi, perantau, minoritas, dukungan sosial