Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Determinan Tidak Langsung Stunting dengan Kejadian Stunting Balita di Papua New Guinea Tahun 2018: Indirect Determinant Effects of Stunting with Toddler Stunting Incident in Papua New Guinea in 2018 Khoiriyah, Riza; Mahmudiono, Trias; Nadhiroh, Siti Rahayu
Amerta Nutrition Vol. 8 No. 3 (2024): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v8i3.2024.433-440

Abstract

Background: Papua New Guinea has a significant problem with stunting, with a prevalence rate of 46.5% in 2018. Objectives: This study aimed to analyze the effect of various factors on stunting in Papua New Guinea in 2018. These factors include characteristics of the child (gender, age, and ownership of health insurance) and household environmental factors such as the mother's education level, number of toddlers in the household, drinking water sources, and availability of restrooms. Methods: This study employed a cross-sectional research design using secondary data from "The Demographic and Health Surveys (DHS) in Papua New Guinea in 2018." The variables of interest were extracted and subjected to data cleaning procedures, resulting in a final sample size of 744 toddler data points available for analysis. The chi-square test and logistic regression were employed for statistical analysis. Results: The study revealed that mothers of toddlers who had never received any formal education were more likely to have toddlers who experienced stunting. The statistical analysis showed a significant association between the lack of maternal education and toddler stunting (p-value=0.012; odds ratio=1.488; 95% confidence interval [1.092; 2.028]). Additionally, toddlers in the age group of 24-59 months were found to be at a higher risk of experiencing stunting. The statistical analysis indicated a strong association between this age group and toddler stunting (p-value<0.001; odds ratio=1.770; 95% confidence interval [1.301; 2.408]). Conclusions: The approach to addressing stunting in toddlers aged 24-59 months emphasizes the implementation of targeted and responsive interventions, with particular emphasis on the significance of investing in the education of toddler mothers in Papua New Guinea. However, in terms of prevention, it is crucial to administer the intervention before the toddler reaches the age of 24-59 months, as stunting is a visible result of long-term malnutrition.
Tren Prevalensi Stunting Kota Pasuruan Jawa Timur Tahun 2019-2023 Khoiriyah, Riza; Nadhiroh, S. R.
Jurnal Promotif Preventif Vol 7 No 2 (2024): April 2024: JURNAL PROMOTIF PREVENTIF
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pancasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47650/jpp.v7i2.1256

Abstract

Prevalensi stunting Kota Pasuruan tahun 2022 menurut SSGI sebesar 21.1% dan menurut bulan timbang sebesar 19.86%, dua angka berbeda karena metode yang berbeda namun memiliki keabsahan masing-masing untuk dapat digunakan sebagai bahan evaluasi. Analisis tren prevalensi stunting merupakan salah satu upaya untuk dapat mempertajam penyesuaian strategi dalam percepatan penurunan prevalensi stunting. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui kecenderungan prevalensi stunting di Kota Pasuruan berdasarkan data bulan timbang. Penelitian merupakan penelitian observasional deskriptif. Analisis data sekunder dilakukan terhadap data bulan timbang periode tahun 2019-2023 dengan menggunakan analisis univariable dan mengeksplorasi secara deskriptif melalui kajian pustaka. Kota Pasuruan dalam rentang tahun 2019 – 2023 memiliki kecenderungan dapat menurunkan prevalensi stunting, namun pada tahun 2021 akibat pandemic covid-19 mengalami kenaikan. Sebelum melaksanakan konsep percepatan penurunan stunting, penurunan prevalensi tingkat kelurahan berkisar antara 3.12% hingga 3.70% dan sesudahnya dapat menurunkan dengan keras sebesar 7.34%. Konsep ini juga mampu menekan kenaikan prevalensi stunting yang tertingggi hanya sebesar 0.15% di Kelurahan Purworejo dan konsep ini mampu menurunkan prevalensi stunting sangat besar yaitu sebesar 23.6% di Kelurahan Sebani.Kecenderungan terjadi penurunan prevalensi stunting di Kota Pasuruan terutama setelah ditetapkan menjadi kota lokasi fokus percepatan penurunan stunting.