Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gugat Cerai Wanita Karir Dalam Pandangan Ibnu Hazm Arifin, Syukron; Al Amin, Habibi
MAQASID Vol 12 No 2 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/mqsd.v12i2.20006

Abstract

Istri yang bisa mencukupi kebutuhannya tanpa tergantung terhadap nafkah yang diberikan suami tentu lebih mudah untuk mengambil langkah menggugat suaminya jika terjadi perselisihan dalam rumah tangganya dari pada istri yang tidak punya pendapatan sama sekali. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), menganalisis gugatan cerai pada wanita karir dengan menggunakan prespektif Ibnu Hazm. Hasil penelitian ini menunjukkan seorang istri tidak boleh meminta cerai terhadap suami dengan jalan khulu’ kecuali berdasarkan salah satu alasan. alasan yang pertama adalah karena istri khawatir tidak bisa memenuhi hak suaminya atau sebaliknya suami tidak bisa memenuhi haknya. Jika khulu’   dilakukan tidak berdasarkan alasan keduanya maka khulu’   tersebut dianggap batil oleh Ibnu Hazm.
Gugat Cerai Wanita Karir Dalam Pandangan Ibnu Hazm Arifin, Syukron; Al Amin, Habibi
Maqasid: Jurnal Studi Hukum Islam Vol. 12 No. 2 (2023)
Publisher : Muhammadiyah University of Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/mqsd.v12i2.20006

Abstract

Istri yang bisa mencukupi kebutuhannya tanpa tergantung terhadap nafkah yang diberikan suami tentu lebih mudah untuk mengambil langkah menggugat suaminya jika terjadi perselisihan dalam rumah tangganya dari pada istri yang tidak punya pendapatan sama sekali. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), menganalisis gugatan cerai pada wanita karir dengan menggunakan prespektif Ibnu Hazm. Hasil penelitian ini menunjukkan seorang istri tidak boleh meminta cerai terhadap suami dengan jalan khulu’ kecuali berdasarkan salah satu alasan. alasan yang pertama adalah karena istri khawatir tidak bisa memenuhi hak suaminya atau sebaliknya suami tidak bisa memenuhi haknya. Jika khulu’   dilakukan tidak berdasarkan alasan keduanya maka khulu’   tersebut dianggap batil oleh Ibnu Hazm.
Penetapan Talak Bain Kasus Gugat Cerai Khulu’ Perspektif KHI & Ibn Hazm Arifin, Syukron; Al Amin, Habibi
Hidmah : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2024): Maret
Publisher : PUSAT PUBLIKASI ILMIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-YASINI PASURUAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In Islamic law there are differences of opinion among scholars regarding the position of Khulu'. Some scholars are of the opinion that Khulu 'is part of Thalaq and some are of the opinion that it is Fasakh. There is no difference regarding the position of Khulu' according to the Shafi'i Madzhab adopted by KHI with Ibn Hazm, but there are differences of opinion about the status of divorce after the occurrence of Khulu' between Ibn Hazm and Islamic law that applies in Indonesia in this case KHI. Researchers are interested in knowing about the difference in divorce status between KHI and Ibn Hazm. Based on the results of the study, it can be concluded that Ibn Hazam considers khulu' as divorce raj'i while KHI considers khulu' as divorce bain. If it is considered talak raj'i then the husband is allowed to refer to it during the wife's iddah and if that happens then the husband must return all the assets that have been obtained from his wife as ransom. However, if it is considered as talak bain, the husband cannot refer his wife when the wife is in the iddah period and reduces the number of talaqs that the husband has.