Abstrak: Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) menjadi tempat yang digunakan warga sekitar atau luar sebagai sumber penghasilan, dengan cara mengumpulkan sampah-sampah, para pelaku aktivitas tersebut disebut dengan pemulung. Pemulung di TPST Bantargebang sebagian besar berasal dari wilayah Jawa Barat dan sebagian kecil berasal dari luar Jawa Barat. Beragamnya daerah asal pemulung tersebut memberikan karakteristik sosial, ekonomi dan demografi yang bervariasi. Penelitian ini dilakukan melihat jumlah pemulung di Kelurahan Ciketing Udik yang terus bertambah dan sebagian besar pemulung menetap secara permanen dengan status kependudukan yang belum diganti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi dan demografi pemulung lokal Kelurahan Ciketing Udik. Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan kualitatif. Kalimat verbatim dari informan ditambahkan kedalam hasil penulisan yang menunjukan penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil analisis dari data wawancara bahwasanya sebagian besar pemulung memiliki pendidikan yang rendah. Hal yang sama terjadi pada kondisi perekonomian pemulung dengan pendapatan perhari sebagian pemulung sebesar Rp.100.000. Masyarakat yang tercatat sebagai penduduk Kecamatan Bantargebang dijamin oleh pemerintah setempat mendapatkan uang kompensasi penciuman, maka dari itu sebagian besar pemulung lebih memilih untuk melakukan mobilitas permanen. Abstract: The Integrated Waste Disposal Site (TPST) is a place used by local residents or outsiders as a source of income, by collecting garbage. The perpetrators of this activity are called waste pickers. Waste pickers in Bantargebang TPST mostly come from the West Java region and a small number come from other parts of Java Island. The diverse origin areas of the waste pickers give them varied social, economic and demographic characteristics. This research was conducted considering that the number of waste pickers in Kelurahan Ciketing Udik continues to grow and most of them live permanently with unchanged residency status. This study aims to determine the social, economic and demographic conditions of local waste pickers in Kelurahan Ciketing Udik. The method used in this research is qualitative. Verbatim sentences from informants are added to the writing results which show that this research uses qualitative methods. The result of the analysis from the interview data is that most of the waste pickers have low education. The same thing happens to the economic condition of the scavengers with the daily income of some scavengers amounting to Rp.100,000. People who are registered as residents of Bantargebang Sub-district are guaranteed by the local government to get smell compensation money, therefore most of the waste pickers prefer to do permanent mobility.