Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Peran Faktor Sosial Terhadap Kejadian HIV/AIDS pada Komunitas Lelaki Seks Lelaki (LSL) di Yayasan Banuta Pura Support Kota Palu: The Role of Social Factors in the Incidence of HIV/AIDS in the Men Who Have Sex with Men (MSM) Community at the Banuta Pura Support Foundation, Palu City Fadly Umar; Multy Syaddam Nirwan; Dela Safitri
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 7 No. 8: Agustus 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v7i8.5985

Abstract

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang dapat menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Infeksi ini dapat menyebabkan penderita mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi oleh berbagai macam penyakit lain. Lelaki seks lelaki (LSL) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada lelaki yang terlibat dalam hubungan seksual dengan sesama lelaki, terlepas dari identitas seksual atau orientasi seksual mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran faktor sosial terhadap kejadian HIV/AIDS pada komunitas lelaki suka lelaki di yayasan banuata pura support kota palu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan proses wawancara mendalam. Penentuan informan dalam penelitian ini dengan teknik purposive sampling, dengan jumlah 4 informan (3 informan Utama dan 1 informan kunci). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukan diketahuinya kurangnya kasih sayang dan pola asuh dari orang tua sehingga membuat para lelaki seks lelaki (LSL) mencari kasih sayang dan perhatian dari pasangan mereka dan diketahui bahwa media massa dapat mempengaruhi orientasi seksual mereka. Media masa mereka gunakan untuk mencari atau saling terhubung kepasangan sesama jenis. Penelitian ini menyarankan perlunya peran orang tua dalam tumbuh kembang anak agar anak mendaptkan kasih sayang yang mereka butuhkan dan tidak adanya membeda-bedakan sang anak pada saudaranya karna dapat membuat anak merasa tidak disayangi dan diperhatikan. Dalam penggunaan media sosial orang tua juga harus mengajarkan bahwa banyak hal yang tidak diperbolehkan untuk diakses karna dapat membuat anak kecanduan untuk mencari informasi tentang aktivitas seksual termasuk informasi tentang lelaki seks lelaki.
Health Belief Model (HBM) Approach in Sexually Transmitted Infection Prevention Efforts in Men Who Have Sex with Men (LSL) Communities Multy Syaddam Nirwan; Arina Rizki Fauziah
International Journal of Health, Economics, and Social Sciences (IJHESS) Vol. 6 No. 4: October 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/ijhess.v6i4.6349

Abstract

Sexually Transmitted Infections (STIs) among LSL are caused by sexual behavior driven by sexual desire, either with the opposite sex or the same sex. The forms of this behavior can vary, from feelings of attraction to dating, making out, and intercourse. Sexual behavior carried out by men is much more complex, where it can be seen that men who have sex with men can have sex with women and transvestites. Geographically, the location of Palu City is very strategic, potentially receiving imports of HIV/AIDS and STI transmission. This is because the smooth mobility of the population between provinces is quite high, because there are seaports, airports that can connect with other areas, besides that land routes are also smooth. The purpose of this study was to obtain information, examine and analyze the Health Belief Model (HBM) approach in efforts to prevent Sexually Transmitted Infections in the Men Who Have Sex with Men (MSM) Community in Palu City. This study uses qualitative research using a phenomenological approach to explore the phenomenon of STI prevention efforts with the Health Belief Model (HBM) approach in Palu City and Focus Group Discussion. The main informants in this study were MSM in Palu City. Supporting informants were consumers/friends of MSM who were directly involved in social interactions with those studied, and the key informants in this study were managers of the HIV/AIDS and STI disease program in Palu City who knew and had various information related to the world of LSL.
Membangun Kebijakan Terobosan untuk Mengatasi Stunting dengan Keterlibatan Masyarakat : Building a Breakthrough Policy to Overcome Stunting with Community Involvement Multy Syaddam Nirwan; Fadly Umar
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 6 No. 3: MARET 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.718 KB) | DOI: 10.56338/jks.v2i1.981

Abstract

Stunting, sebuah permasalahan gizi yang merajalela di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, menjadi perhatian serius. Desa Polanto Jaya, yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Lalundu, menjadi sorotan karena kasus stuntingnya terus meningkat dari tahun 2019 hingga 2021. Dalam rangka mengatasi masalah ini, pemerintah fokus pada pemberdayaan masyarakat di desa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memahami sejauh mana upaya pemberdayaan masyarakat telah dilakukan dalam menangani stunting di Desa Polanto Jaya. Dengan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, dilaksanakan pada bulan Desember hingga Januari 2022, melibatkan 3 informan kunci, termasuk petugas kesehatan, kader, dan Ibu Ketua PKK, serta 6 informan tambahan, termasuk ibu hamil, ibu dengan balita tidak mengalami stunting, dan ibu dengan balita yang mengalami stunting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Polanto Jaya dilakukan melalui sosialisasi yang terintegrasi dalam kegiatan posyandu. Berbagai langkah telah dilakukan, seperti penanganan stunting lintas sektor dengan mengadakan program gizi, kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan, dan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai. Diharapkan kepada instansi kesehatan terkait untuk lebih mengoptimalkan upaya pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan yang rutin dan efektif, serta menyediakan materi pendidikan yang mencakup pengetahuan gizi dan pola asuh anak yang baik. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam menangani masalah stunting di Desa Polanto Jaya.