Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERSPEKTIF PSIKOLOGI TERHADAP KONSTRUKSI IDENTITAS DAN PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PEMBELAJARAN Nofik, Khoirun; Retno Ekaningrum, Ifada
Sinau : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Humaniora Vol. 9 No. 2 (2023): Jurnal Ilmu Pendidikan dan Humaniora
Publisher : LPPM STKIP Pangeran Dharma Kusuma Segeran Juntinyuat Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37842/sinau.v9i2.176

Abstract

Penelitian Kajian ini dilatarbelakagi oleh keterkaitan erat konstruksi identitas dan perbedaan individu dalam pembelajaran sehingga perlu wawasan baru yang berguna untuk pengembangan praktik pembelajaran yang inklusif dan beragam salah satunya dengan memadukan perspektif psikologi. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisis konstruksi identitas individu dalam pembelajaran dan mengidentifikasi faktor-faktor psikologis yang memengaruhi perbedaan individu dalam konteks pembelajaran. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa konstruksi identitas individu dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dan interaksi dengan lingkungan pembelajaran, sementara perbedaan individu dapat mempengaruhi proses konstruksi identitas. Perspektif psikologi, seperti teori identitas Erikson, teori sosial kognitif, dan teori konstruktivisme, memberikan wawasan yang berharga dalam memahami konstruksi identitas dan perbedaan individu dalam pembelajaran. Implikasi praktis dari penelitian ini mencakup strategi pengelolaan perbedaan individu dalam pembelajaran, seperti diferensiasi pembelajaran dan penciptaan lingkungan inklusif, serta upaya peningkatan konstruksi identitas melalui dukungan dan penghargaan, kesempatan belajar yang menantang, dan kolaborasi dengan siswa dan orang tua.
Integration of Health Law and Radiation Safety Aspects in the Medical Physics Curriculum for Radiotherapy Treatment Widyaningrum, Ratna; Nofik, Khoirun; Masruroh, Ainul; Hernawati, Sari
Schrödinger: Journal of Physics Education Vol. 6 No. 1 (2025): March
Publisher : Cahaya Ilmu Cendekia Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37251/sjpe.v6i1.1536

Abstract

Purpose of the study: This study aims to analyze the legal regulations related to radiation safety in radiotherapy and develop a systematic approach to integrating health law and radiation safety aspects into the medical physics curriculum. Methodology: A qualitative library research approach was used, analyzing journals, regulatory documents (WHO, IAEA, BAPETEN), and academic books through content analysis. Main Findings: International and national regulations, including IAEA, ICRP, and BAPETEN, strictly govern radiation safety in radiotherapy, covering dose limits, exposure monitoring, and waste management. However, medical physics curricula lack structured integration of legal and safety aspects. A systematic curriculum model is proposed, incorporating progressive learning, practical simulations, clinical internships, and competency-based assessments to enhance student preparedness in radiation protection and regulatory compliance. Novelty/Originality of this study: This study proposes a structured curriculum model linking technical and regulatory aspects through progressive learning, practical training, and industry collaboration, ensuring better radiation safety implementation in clinical practice.
Islamic Socio-Religious Reflections on Early Marriage, Family Resilience, and Stunting in Sirampog, Brebes Widyaningrum, Ratna; Hernawati, Sari; Nofik, Khoirun; Syifaudin, Ma'ruf; Helmi Kayana Juwita, Dinda
MUSLIM HERITAGE Vol 10 No 2 (2025): Muslim Heritage: Jurnal Dialog Islam dengan Realitas
Publisher : Universitas Islam Negeri Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/muslimheritage.v10i2.11874

Abstract

Early marriage and child stunting remain persistent issues in Sirampog District, Brebes, a highland horticultural area characterized by long farming hours and limited service access in its upper hamlets. Although national and local initiatives including Presidential Regulation No. 72/2021, Jo Kawin Bocah, KUA premarital guidance, and posyandu services are available, policy messages often remain at the level of general moral advice and are not sufficiently translated into practical 1,000-day nutrition behaviors. This study aims to: (1) identify the social and religious determinants of early marriage; (2) assess how family resilience spiritual, economic, relational, and parenting dimensions—shapes child nutritional status; and (3) estimate the relationship between early marriage and stunting after accounting for parenting practices, parental education, economic conditions, and access to health services, while examining the roles of Islamic institutions (mosques, Qur’an learning centers/TPQ, majelis taklim, and Muslimat NU). Using a qualitative instrumental case-study design, data were collected through in-depth interviews, FGDs, observations of health and religious activities, and document analysis, and examined using Reflexive Thematic Analysis with a Framework Matrix. Findings show that early marriage is driven by religious norms framed as “protection from zina,” social pressure to formalize relationships, gaps in religious literacy, and strategies involving unregistered marriagedispensation registration. Child nutrition is more strongly shaped by family resilience spiritual motivation, food planning, supportive marital relations, and age-appropriate feeding practices. The direct link between early marriage and stunting weakens after key household factors are controlled. Islamic institutions are effective when religious messages are paired with actionable nutrition guidance. These results reinforce the relevance of ḥifẓ al-nasl and ḥifẓ al-nafs in stunting prevention.   Abstrak Pernikahan dini dan stunting masih menjadi persoalan utama di Kecamatan Sirampog, Brebes, wilayah pegunungan dengan pekerjaan tani yang panjang dan akses layanan terbatas, terutama di dusun lereng. Meskipun telah tersedia Perpres 72/2021, program Jo Kawin Bocah, bimbingan perkawinan KUA, serta layanan posyandu, pesan kebijakan tentang pendewasaan usia kawin belum cukup terhubung dengan praktik gizi 1.000 HPK. Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi determinan sosial-keagamaan pernikahan dini; (2) menilai pengaruh ketahanan keluarga (spiritual, ekonomi, relasional, dan pengasuhan) terhadap status gizi anak; dan (3) menganalisis keterkaitan pernikahan dini dan stunting setelah mempertimbangkan pengasuhan, pendidikan orang tua, ekonomi, dan akses kesehatan, serta menilai peran institusi Islam (masjid, TPQ, majelis taklim, Muslimat NU) dalam pencegahan. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam, FGD, observasi layanan, dan studi dokumen, dianalisis melalui Reflexive Thematic Analysis dan matriks Framework. Hasil menunjukkan bahwa pernikahan dini dipengaruhi oleh norma religius sebagai “pagar zina”, tekanan sosial, rendahnya literasi keagamaan, dan pola nikah siri–dispensasi–pencatatan. Status gizi anak lebih ditentukan oleh ketahanan keluarga melalui motivasi spiritual, pengaturan makanan anak, relasi suami-istri yang suportif, dan keterampilan pemberian MP-ASI. Hubungan langsung pernikahan dini dengan stunting melemah setelah faktor pengasuhan, pendidikan, ekonomi, dan akses layanan dikendalikan. Institusi Islam terbukti efektif ketika pesan keagamaan dipadukan dengan panduan gizi yang aplikatif. Temuan ini menegaskan bahwa pencegahan pernikahan dini dan stunting merupakan amanah syariah dalam kerangka ḥifẓ al-nasl dan ḥifẓ al-nafs.).
Islamic Socio-Religious Reflections on Early Marriage, Family Resilience, and Stunting in Sirampog, Brebes Widyaningrum, Ratna; Hernawati, Sari; Nofik, Khoirun; Syifaudin, Ma'ruf; Helmi Kayana Juwita, Dinda
MUSLIM HERITAGE Vol 10 No 2 (2025): Muslim Heritage: Jurnal Dialog Islam dengan Realitas
Publisher : Universitas Islam Negeri Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/muslimheritage.v10i2.11874

Abstract

Early marriage and child stunting remain persistent issues in Sirampog District, Brebes, a highland horticultural area characterized by long farming hours and limited service access in its upper hamlets. Although national and local initiatives including Presidential Regulation No. 72/2021, Jo Kawin Bocah, KUA premarital guidance, and posyandu services are available, policy messages often remain at the level of general moral advice and are not sufficiently translated into practical 1,000-day nutrition behaviors. This study aims to: (1) identify the social and religious determinants of early marriage; (2) assess how family resilience spiritual, economic, relational, and parenting dimensions—shapes child nutritional status; and (3) estimate the relationship between early marriage and stunting after accounting for parenting practices, parental education, economic conditions, and access to health services, while examining the roles of Islamic institutions (mosques, Qur’an learning centers/TPQ, majelis taklim, and Muslimat NU). Using a qualitative instrumental case-study design, data were collected through in-depth interviews, FGDs, observations of health and religious activities, and document analysis, and examined using Reflexive Thematic Analysis with a Framework Matrix. Findings show that early marriage is driven by religious norms framed as “protection from zina,” social pressure to formalize relationships, gaps in religious literacy, and strategies involving unregistered marriagedispensation registration. Child nutrition is more strongly shaped by family resilience spiritual motivation, food planning, supportive marital relations, and age-appropriate feeding practices. The direct link between early marriage and stunting weakens after key household factors are controlled. Islamic institutions are effective when religious messages are paired with actionable nutrition guidance. These results reinforce the relevance of ḥifẓ al-nasl and ḥifẓ al-nafs in stunting prevention.   Abstrak Pernikahan dini dan stunting masih menjadi persoalan utama di Kecamatan Sirampog, Brebes, wilayah pegunungan dengan pekerjaan tani yang panjang dan akses layanan terbatas, terutama di dusun lereng. Meskipun telah tersedia Perpres 72/2021, program Jo Kawin Bocah, bimbingan perkawinan KUA, serta layanan posyandu, pesan kebijakan tentang pendewasaan usia kawin belum cukup terhubung dengan praktik gizi 1.000 HPK. Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi determinan sosial-keagamaan pernikahan dini; (2) menilai pengaruh ketahanan keluarga (spiritual, ekonomi, relasional, dan pengasuhan) terhadap status gizi anak; dan (3) menganalisis keterkaitan pernikahan dini dan stunting setelah mempertimbangkan pengasuhan, pendidikan orang tua, ekonomi, dan akses kesehatan, serta menilai peran institusi Islam (masjid, TPQ, majelis taklim, Muslimat NU) dalam pencegahan. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam, FGD, observasi layanan, dan studi dokumen, dianalisis melalui Reflexive Thematic Analysis dan matriks Framework. Hasil menunjukkan bahwa pernikahan dini dipengaruhi oleh norma religius sebagai “pagar zina”, tekanan sosial, rendahnya literasi keagamaan, dan pola nikah siri–dispensasi–pencatatan. Status gizi anak lebih ditentukan oleh ketahanan keluarga melalui motivasi spiritual, pengaturan makanan anak, relasi suami-istri yang suportif, dan keterampilan pemberian MP-ASI. Hubungan langsung pernikahan dini dengan stunting melemah setelah faktor pengasuhan, pendidikan, ekonomi, dan akses layanan dikendalikan. Institusi Islam terbukti efektif ketika pesan keagamaan dipadukan dengan panduan gizi yang aplikatif. Temuan ini menegaskan bahwa pencegahan pernikahan dini dan stunting merupakan amanah syariah dalam kerangka ḥifẓ al-nasl dan ḥifẓ al-nafs.).