Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PELATIHAN BUDIDAYA MAGGOT SEBAGAI BIOKONVERSI LIMBAH ORGANIK DAN PEMASUKAN TAMBAHAN BAGI MASYARAKAT Siswadi, Siswadi; Fudoly, Dicky Thopal; Citra, Melia
JALIYE: Jurnal Abdimas, Loyalitas, dan Edukasi Vol. 3 No. 2 (2024): JALIYE: Jurnal Abdimas, Loyalitas, dan Edukasi
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIVA Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47662/jaliye.v3i2.647

Abstract

Due to the lack of temporary disposal sites (TPS), the village of Tanjungbungin faces problems in managing waste. The study looks at how the cultivation of Maggot Black Soldier Fly (BSF) in Tanjungbungin Village, Pakisjaya District, Karawang District, West Java, can be used as a creative way to manage organic waste and make money. With the aim of providing training and understanding to villagers about the economic potential of BSF maggot cultivation, this community service program will take place on July 5, 2021 and involve 46 villagers. The program introduces maggot breeding techniques and their use as an alternative feed for livestock. The results of the research show that the amount of organic waste in the villages has decreased, and the public has become more aware of the economic value of biological waste. The price of dry and processed maggot increased from Rs 8.000 to Rs 30,000–Rp 40,000/kg. This study shows a link between local economic development and sustainable waste management. It also provides information about the cultivation of BSF maggot as a useful technique to reduce organic waste and increase the income of the Tanjungbungin Village community.
Konstruksi Makna Cantik Bagi Mahasiswi yang Memiliki Tubuh Plus-Size di Universitas Singaperbangsa Karawang Citra, Melia; Utamidewi, Wahyu; Nayiroh, Luluatu
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 4 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i4.19441

Abstract

This research is motivated by understanding how plus-size female students interpret the word beautiful amidst the dynamics of beauty standards that are constantly changing and constructed by the surrounding community, so that they often lose power over the definition of beauty itself. This study aims to (1) reveal the meaning of beauty that they adhere to, (2) map how they interpret themselves, and (3) their communication experiences amidst the stigma and stereotypes of plus-size bodies. Using a qualitative approach with a phenomenological method, the researcher conducted in-depth interview, participant observation, and documentation to comprehensively explore the informants' narratives and life experiences. The results of the study show that plus-size female students interpret beauty not only from a physical aspect, but also through self-confidence, health, uniqueness, and inner beauty. Some informants admitted to lacking self-confidence and feeling unhealthy, while others emphasized that beauty lies in self-comfort and appreciation for the body as it is. Objectification of people closest to them and media representation are dominant factors, while the views of the wider community have a more minor influence. In addition, the communication experiences of the informants are formed through the dynamics of intrapersonal communication, interpersonal communication, communication in small groups, and communication in public spaces that also influence the construction of the meaning of the body and beauty. This finding confirms that the meaning of beauty for plus-size female students is multidimensional, a complex process of externalization, objectivation, and internalization.
TRANSFORMASI IDENTITAS BRIGATA LASKAR JAWARA (BLJ) Jumarnies, Jennie; Citra, Melia; Maria, Nina; Widiana, Sefira; Rahma, Siti; Abidin, Zainal
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 3 (2024): Volume 7 No 3 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i3.29730

Abstract

Brigata Laskar Jawara merupakan suporter yang selalu mendukung klub kesayangannya yaitu Persika Karawang. Namun, Identitas dari Brigata Laskar Jawara ini mengalami Transformasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang bagaimana identitas kultural Brigata Laskar Jawara terbentuk serta untuk mengetahui komunikasi verbal dan nonverbal dalam konteks dukungan terhadap Persika Karawang. Penelitian ini dilaksanakan di Karawang dengan Narasumber sebanyak 2 orang yang merupakan anggota dari Brigata Laskar Jawara. Metode etnografi digunakan untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori identitas dari Henri Tajfel dan teori interaksi simbolik dari George Herbert Mead. Hasil dari penelitian adalah klub ini awalnya dikenal sebagai "Laskar Jawara", namun berubah menjadi Brigata Laskar Jawara ketika kelompok ini bertransformasi dari kultur Mania menjadi Ultras. Perubahan ini bukan sekadar penambahan kata Brigata, tetapi juga mencakup perubahan warna identitas dari merah ke hitam serta penyesuaian gaya dukungan dan koreografi sesuai dengan kultur ultras yang mereka anut. BLJ memiliki berbagai simbol verbal maupun nonverbal yang memperkuat identitas dan solidaritas kelompok, seperti logo yang mencerminkan budaya ultras dan identitas Persika Karawang, chant/anthem yang membakar semangat, dan tagline "Make Persika Great Again."
SENSATION SEEKING BAGI PENDAKI WANITA Jumarnies, Jennie; Citra, Melia; Maria, Nina; Widiana, Sefira; Wati, Siti Rahma; Utamidewi, Wahyu
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 3 (2024): Volume 7 No 3 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i3.29731

Abstract

Mendaki gunung selalu ditandai dengan pengambilan risiko, termasuk dalam mengatasi stereotip dan hambatan gender yang mungkin ada di masa lalu. Banyak Wanita yang berani mulai menjelajahi keindahan alam dan tantangan fisik yang ditimbulkan oleh pendakian gunung. fenomena ini membuat aktivitas mendaki gunung semakin diminati, bukan hanya laki-laki melainkan juga wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang bagaimana pendaki wanita memiliki kecenderungan Sensation Seeking. Penelitian ini dilaksanakan di Karawang dengan narasumber sebanyak 3 wanita yang memiliki pengalaman mendaki gunung. Metode Fenomenologi digunakan untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah Sensation Seeking yang diungkapkan oleh Zuckerman dan Tindakan Sosial yang diungkapkan oleh Max weber. Hasil dari penelitian ini adalah para wanita pendaki memiliki sensation seeking melalui empat aspek yaitu mencakup eksplorasi jiwa dan petualangan, pencarian pengalaman, hambatan dorongan oleh ketidakmampuan atau ketidakmauan, serta kerentanan terhadap kebosanan. Kecenderungan tersebut terlihat pada motif yang mendorong para wanita melakukan tindakan mendaki gunung. Penggambaran tersebut merupakan bentuk upaya dalam memahami motivasi dan perilaku wanita dalam konteks pendakian gunung.