Pematang Siantar, sebagai kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara, menonjol dengan keberagaman budaya dan agama yang kompleks. Kota ini dihuni oleh berbagai etnis seperti Batak, Tionghoa, Jawa, dan lainnya yang hidup berdampingan. Beragam agama seperti Kristen, Islam, Buddha, dan Hindu memiliki pengaruh signifikan terhadap dinamika sosial kota ini. Artikel ini mengeksplorasi strategi misiologi Kristen yang efektif dalam konteks keberagaman budaya di Pematang Siantar, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi, serta menawarkan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas misiologi Kristen di kota ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan analisis dokumen sekunder. Wawancara dilakukan dengan misionaris, pemimpin gereja, dan anggota komunitas Kristen di Pematang Siantar. Observasi langsung dilakukan terhadap aktivitas gereja dan interaksi sosial di kota ini, sementara dokumen sekunder seperti laporan gereja dan literatur terkait dianalisis untuk mendapatkan wawasan tambahan. Data dianalisis menggunakan teknik analisis tematik untuk mengidentifikasi tema utama dan pola-pola yang muncul. Strategi utama yang diterapkan adalah kontekstualisasi, dialog antaragama, dan pemberdayaan komunitas. Kontekstualisasi mencakup penggunaan bahasa Batak dan elemen budaya dalam ibadah untuk membuat pesan Injil lebih relevan. Dialog antaragama dilakukan melalui diskusi bersama, seminar, dan proyek sosial lintas agama untuk mempromosikan toleransi dan kerjasama. Pemberdayaan komunitas mencakup program pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelatihan keterampilan kerja. Strategi-strategi ini efektif dalam meningkatkan penerimaan dan relevansi pesan Injil, namun menghadapi tantangan seperti perbedaan budaya yang mendalam, resistensi dari kelompok tertentu, dan keterbatasan sumber daya. Penelitian ini mengidentifikasi strategi misiologi Kristen yang efektif di Pematang Siantar dan tantangan yang dihadapi. Kontekstualisasi, dialog antaragama, dan pemberdayaan komunitas terbukti meningkatkan penerimaan dan relevansi pesan Injil. Namun, tantangan seperti perbedaan budaya, resistensi, dan keterbatasan sumber daya memerlukan pendekatan yang bijaksana dan adaptif. Penelitian ini memberikan wawasan bagi gereja-gereja dan misionaris untuk merancang strategi misiologis yang efektif dan sensitif terhadap keberagaman budaya dan agama di masyarakat.