p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Flourishing Journal
Faiz Yunsar Hammam
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Keterkaitan Demensia dan Penyakit Parkinson pada Manusia Fadli Kamuli; Faiz Yunsar Hammam; Haikal Al Hafidz; Iqlima Pratiwi
Flourishing Journal Vol. 3 No. 3 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um070v3i32023p104-109

Abstract

Dementia is a disease that can have lasting effects on sufferers. The vulnerable group for dementia is the elderly. Based on the scale, the elderly aged 70 years and over occupy the second highest position at 5.4%. Dementia has a progressive nature for the sufferer, where this can cause disturbances to the sufferer, such as cognitive decline to disturbances in the motor system so that in the end it will cause a disease called Parkinson's. The purpose of this study is to examine the relationship between dementia and Parkinson's in individuals. The method used is through a literature review. The results show that Parkinson's itself is a disease caused by a disturbance of the brain's nerves which triggers motor disturbances which are triggered by a dead or disrupted neuron system. Usualy Parkinson's disease is synonymous with symptoms of tremor when resting, rigidity, bradykinesia, and reduced or even loss of reflexes from body posture. The patient's risk of dementia and PD (Parkinson Disease) can be predicted by reviewing the visual size and retinal GCL (glion cell layer) and IPL (inner plexiform layer) volume. This examination includes an eye examination, retinal imaging with optical coherence tomography, visual assessments such as acuity and contrast sensitivity, visuoperception measures high levels of tilt tolerance and biologic movements. AbstrakDemensia merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan efek berkelanjutan pada penderitanya. Kelompok rentan terhadap penyakit demensia ialah lansia. Lansia berdasarkan skala di usia 70 tahun ke atas menduduki posisi kedua tertinggi senilai 5,4%. Demensia memiliki sifat progresif bagi para penderitanya yang di mana hal ini dapat memberikan gangguan pada penderitanya seperti adanya penurunan kognitif hingga gangguan terhadap sistem motorik sehingga pada akhirnya nanti akan menyebabkan salah satu penyakit bernama Parkinson. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengkaji keterkaitan antara demensia dan parkinson pada individu. Metode yang digunakan ialah melalui kajian literatur. Hasil menunjukkan bahwa Parkinson sendiri merupakan sebuah penyakit yang disebabkan adanya gangguan saraf otak yang memicu adanya gangguan motorik yang dipicu karena adanya sistem neuron yang mati atau terganggu. Biasanya penyakit Parkinson identik dengan gejala tremor ketika beristirahat, rigiditas, bradikinesia, dan berkurang atau bahkan hilangnya refleks dari postural tubuh. Risiko demensia dan PD (Parkinson Disease) pasien dapat diprediksi melalui peninjauan ukuran visual dan GCL (lapisan sel glion) retina dan volume IPL (lapisan pleksiform dalam). Pemeriksaan ini dilalui dengan diantaranya pemeriksaan mata, pencitraan retina dengan tomografi koherensi optik, penilaian visual seperti ketajaman dan sensitivitas kontras, ukuran visuoperception tingkat tinggi toleransi miring dan gerakan biologis.
Empati: Jalan Mengurangi Konflik pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 Faiz Yunsar Hammam; Rakhmaditya Dewi Noorizki
Flourishing Journal Vol. 4 No. 4 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um070v4i42024p183-190

Abstract

Indonesia is a country based on the democracy of Pancasila. Elections are one of the important pillars in the world of politics in a democratic country. Election, especially the election of president and vice president, gives the right to all Indonesian citizens who already have the right to vote, both within the country and abroad, to choose suitable candidate pairs to lead Indonesia in the future. The large voting population allows for a variety of voters for each existing candidate, and it is not uncommon for conflicts to arise from partiality towards one of the presidential and vice presidential candidate pairs. Such a conflict is based on a lack of empathy between the two supporters of the two presidential and vice presidential candidates. By writing this article, the researcher wants to describe how empathy can minimize or even prevent societal conflict with differences in the interests of the 2024 presidential and vice presidential candidates. This article was prepared using descriptive qualitative methods. The result shows that empathy can reduce the possibility of conflict in the 2024 presidential and vice presidential general elections, which are viewed from 4 aspects of empathy, namely the affective dimension, moral dimension, cognitive dimension, and behavioral dimension. AbstrakIndonesia adalah negara yang berdasarkan demokrasi pancasila. Pemilu menjadi salah satu pilar penting di dunia politik dalam negara demokrasi. Pemilu, khususnya pada pemilihan presiden dan wakil presiden, memberikan hak kepada suluruh warga Negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih, baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri untuk memilih pasangan calon yang pantas untuk memimpin Indonesia kedepannya. Banyaknya populasi pemilih memungkinkan beragamnya pemilih untuk setiap calon yang ada dan tidak jarang akan timbul konflik dari adanya keberpihakan kepada salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Konflik seperti itu didasari atas kurangnya empati antar kedua pendukung kedua calon presiden dan wakil presiden tersebut. Dengan penulisan artikel ini peneliti ingin mengetahui gambaran empati dalam meminimalisir atau bahkan mencegah konflik masyarakat dengan perbedaan minat pasangan calon presiden dan wakil presiden 2024. Artikel ini disusun dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan empati dapat mengurangi kemungkinan adanya konflik di pemilihan umum presiden dan wakil presiden 2024 yang ditinjau dari 4 aspek empati yaitu dimensi afektif, dimensi moral, dimensi kognitif, dan dimensi perilaku.