Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : AL-ABSHOR : Jurnal Pendidikan Agama Islam

Kontribusi KH. Abdul Wahid Hasyim Dalam Dunia Pendidikan Mulyanto Abdulloh Khoir; Aulia Arsinta; Ikke Fitriana Nugrahini
Al-Abshor : Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 1 No. 3 (2024): Pendidikan Agama Islam
Publisher : 4

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71242/rtfw9h80

Abstract

Education is a fundamental aspect in advancing a country, including religious education which plays a significant role in forming the character of individuals and society. This article discusses the thoughts and contributions of KH. Abdul Wahid Hasyim in developing the Islamic education curriculum in Indonesia. KH. Abdul Wahid Hasyim, a prominent cleric, succeeded in combining religious education and general education in Islamic boarding schools, making him a pioneer of modern education in Islamic boarding schools. He introduced the classical system, speech courses, and foreign languages ​​such as Dutch and English. The emphasis on inclusivity, tolerance, and lifelong education are characteristic of his thinking. This research uses qualitative methods with observation techniques and literature data collection. The research results show that KH. Abdul Wahid Hasyim is very relevant to today's education, especially in character formation, tolerance and inclusiveness. His contributions include developing a curriculum based on religious values, character building, and promoting the values ​​of tolerance. KH's thoughts. Abdul Wahid Hasyim provides valuable insights for the development of an education system that is holistic and relevant to the demands of the times. Abstrak Pendidikan merupakan aspek fundamental dalam memajukan suatu negara, termasuk di dalamnya pendidikan agama yang memainkan peran signifikan dalam pembentukan karakter individu dan masyarakat. Artikel ini membahas pemikiran dan kontribusi KH. Abdul Wahid Hasyim dalam pengembangan kurikulum pendidikan Islam di Indonesia. KH. Abdul Wahid Hasyim, seorang ulama terkemuka, berhasil memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum dalam pesantren, menjadikannya perintis pendidikan modern di pesantren. Beliau memperkenalkan sistem klasikal, kursus pidato, serta bahasa asing seperti Belanda dan Inggris. Penekanan pada inklusivitas, toleransi, serta pendidikan seumur hidup merupakan ciri khas pemikirannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi dan pengumpulan data literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran KH. Abdul Wahid Hasyim sangat relevan dengan pendidikan masa kini, terutama dalam pembentukan karakter toleransi, dan inklusivitas. Kontribusi beliau mencakup pengembangan kurikulum yang berlandaskan nilai-nilai agama, pembentukan karakter, dan promosi nilai-nilai toleransi. Pemikiran KH. Abdul Wahid Hasyim memberikan pandangan berharga bagi pengembangan sistem pendidikan yang holistik dan relevan dengan tuntutan zaman.
Islam dan Sain: Telaah Terhadap Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Pengilmuan Islam Kasori; Ikke Fitriana Nugrahini; Aulia Arsinta
Al-Abshor : Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 1 No. 3 (2024): Pendidikan Agama Islam
Publisher : 4

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71242/mn1ja674

Abstract

This article discusses the Relations of Islam and Science by examining the Islamization  of  Science  Syed Muhammad  al-Naquib  al-Attas,  Kuntowijoyo Islamic    Studies    and    the    Paradigm    of    Interconnection    Integration-Transintegration of Science Amin Abdullah. The method used in this research is descriptive-qualitative method, and is  included  in  the  literature  research.  The process of collecting data in this study is by observing, in the sense of tracking various references that have relevance regarding the focus of the study, both from books, articles, and so on that function to support these data. The data analysis technique used in this research is the content analysis method. From the studies conducted,  it  can  be  seen  that  First,  there  are  two  similarities  between  the Islamization   of   science,   Islamic   scholarship   and   the   trans-integration   of knowledge, namely both being an Islamic response to the development of science and both rejecting secularism. Second, the difference between the Islamization of knowledge, Islamic scholarship and the transtegration of knowledge lies in  the emphasis and details of the key concepts. The Islamization of science places more emphasis on Islam, Islamic scholarship places more emphasis on science, while the integration   of   interconnections   tends   to   be   more   balanced   in   seeing   the relationship  between  Islam  and  science.   Third,   the  difference  between   the Islamization   of   knowledge,   Islamic   scholarship   and   the   transtegration   of knowledge occurs because of differences in background between the three.  The Islamization  of  knowledge  was  initiated  by people  who  were  traumatized  by colonialism, while Islamic scholarship and the transtegration of knowledge were not. Abstrak Artikel ini membahas tentang Relasi Islam dan Sains dengan mengkaji Islamisasi Sains Syed Muhammad al-Naquib al-Attas, Kajian Islam Kuntowijoyo dan Paradigma Integrasi Interkoneksi— Transintegrasi Sains Amin Abdullah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif, dan termasuk dalam penelitian kepustakaan.  Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi, dalam arti menelusuri berbagai referensi yang mempunyai relevansi mengenai fokus penelitian, baik dari buku, artikel, dan lain sebagainya yang berfungsi untuk mendukung data tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi. Dari kajian yang dilakukan terlihat bahwa Pertama, terdapat dua kesamaan antara Islamisasi ilmu pengetahuan, keilmuan Islam dan transintegrasi ilmu pengetahuan, yaitu keduanya merupakan respon Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan sama-sama menolak sekularisme. Kedua, perbedaan Islamisasi ilmu, keilmuan Islam, dan transintegrasi ilmu terletak pada penekanan dan rincian konsep-konsep kuncinya. Islamisasi ilmu pengetahuan lebih menekankan pada Islam, keilmuan Islam lebih menekankan pada ilmu pengetahuan, sedangkan integrasi interkoneksi cenderung lebih seimbang dalam melihat hubungan antara Islam dan ilmu pengetahuan.   Ketiga, perbedaan Islamisasi ilmu, keilmuan Islam, dan transintegrasi ilmu terjadi karena perbedaan latar belakang ketiganya.  Islamisasi ilmu pengetahuan diprakarsai oleh masyarakat yang trauma dengan kolonialisme, sedangkan keilmuan Islam dan transintegrasi ilmu pengetahuan tidak.
Jaringan Ilmu Nusantara-Timur Tengah Dan Peran Pesantren Dalam Jaringan-nya Muhammad Isa Anshori; Ikke Fitriana Nugrahini; Aulia Arsinta
Al-Abshor : Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 1 No. 3 (2024): Pendidikan Agama Islam
Publisher : 4

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71242/xwz2pq04

Abstract

The intellectual network between the Indonesian Archipelago and the Middle East has existed since the early centuries of Islam and has played an important role in the development of Islamic scholarship in the Southeast Asian region. This study aims to examine the dynamics of the scientific relationship between Indonesian and Middle Eastern scholars and to trace the contribution of Islamic boarding schools as traditional Islamic educational institutions in building and strengthening this network. Using a qualitative approach and literature study of manuscripts, biographies of scholars, and classical works, this study found that Islamic boarding schools have a strategic role as centers for the transmission of knowledge, preservers of scientific traditions, and liaisons between local students and centers of knowledge in the Middle East, such as Mecca, Medina, and Cairo. Through the departure of students to the Middle East and the arrival of scholars to the Indonesian Archipelago, there was an exchange of ideas, teaching methods, and the development of contextual Islamic thought. The role of Islamic boarding schools in this network is not only limited to the educational aspect, but also forms a strong, moderate, and traditional local Islamic identity. This finding emphasizes the importance of Islamic boarding schools in maintaining the continuity of global Islamic knowledge while maintaining local wisdom within the framework of Islamic civilization. Abstrak Jaringan intelektual antara Nusantara dan Timur Tengah telah berlangsung sejak abad-abad awal kedatangan Islam dan memainkan peran penting dalam perkembangan keilmuan Islam di kawasan Asia Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika hubungan keilmuan antara ulama Nusantara dan Timur Tengah serta menelusuri kontribusi pesantren sebagai institusi pendidikan Islam tradisional dalam membangun dan memperkuat jaringan tersebut. Dengan pendekatan kualitatif dan studi pustaka terhadap manuskrip, biografi ulama, serta karya-karya klasik, penelitian ini menemukan bahwa pesantren memiliki peran strategis sebagai pusat transmisi ilmu, pelestari tradisi keilmuan, dan penghubung antara pelajar lokal dengan pusat-pusat ilmu di Timur Tengah, seperti Mekkah, Madinah, dan Kairo. Melalui keberangkatan santri ke Timur Tengah dan kedatangan ulama ke Nusantara, terjadi pertukaran ide, metode pengajaran, serta pengembangan pemikiran keislaman yang kontekstual. Peran pesantren dalam jaringan ini tidak hanya terbatas pada aspek pendidikan, tetapi juga membentuk identitas keislaman lokal yang kuat, moderat, dan berakar pada tradisi. Temuan ini menegaskan pentingnya pesantren dalam mempertahankan kesinambungan keilmuan Islam global sekaligus merawat kearifan lokal dalam bingkai peradaban Islam.