Susanto, Hugeng
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EVALUATION OF POLIO IMMUNIZATION COVERAGE AND ACUTE FLACCID PARALYSIS SURVEILLANCE IN EAST JAVA, INDONESIA, 2018-2022: Evaluasi Cakupan Imunisasi Polio dan Surveillance Paralisis Flaksida Akut di Jawa Timur, Indonesia Tahun 2018-2022 Tarawally, Abubakar; Hargono, Arief; Susanto, Hugeng; Wulandari, Wahyu
Jurnal Berkala Epidemiologi Vol. 12 No. 3 (2024): Jurnal Berkala Epidemiologi (Periodic Epidemiology Journal)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jbe.V12I32024.238-247

Abstract

Background: Indonesia has successfully eradicated wild poliovirus since 2005 using robust immunization and AFP surveillance programs. However, circulating vaccine-derived poliovirus type 2 has challenged these commitments, followed by the 2024 outbreak in East Java. Purpose: The study aims to analyze the polio eradication initiative by assessing polio immunization coverage and AFP surveillance in East Java. Methods: A descriptive, quantitative study design and retrospective analysis of polio immunization coverage and AFP surveillance indicators from the Provincial Health Office, East Java, from 2018–2022. The data was collected and analyzed using Excel, EpiInfo7, and Health Mapper software. Results: OPV4 coverage ranged from 89.95% to 100.76%, while IPV coverage ranged from 73.98 % to 94.18% from 2018 to 2020; the proportion of districts and cities for IPV coverage increased from 0% in 2018 to 44.74% in 2022, below the 95% WHO target. Of the 826 cases of AFP reported, 820 (99.27%) were actual AFP cases <15 years of age, with most (49.02%) being <5 years of age. Non-polio AFP rates ranged from 0.80 in 2020 to 2.59 in 2022 per 100,1000 <15 years of age, with the proportion of districts and cities slightly declining from 55.26% in 2018 to 50% in 2022. The annual mean percentage of AFP-adequate specimens is 61.15%, with the proportion of districts and cities significantly declining from 31.58% in 2018 to 10.53% in 2022, below the 80% target. Conclusion: IPV immunization coverage and AFP surveillance indicators are below the WHO-recommended targets across districts and cities in East Java.
Klasifikasi Sebaran Wilayah dengan Risiko Penyakit Mers di Provinsi Jawa Timur dengan Menggunakan Algortima Support Vector Machine (SVM) Wahyudi, Sharenada Norisdita; Hafiyussholeh, Moh.; Susanto, Hugeng; Khaulasari, Hani
Journal of Mathematics Education and Science Vol. 7 No. 2 (2024): Journal of Mathematics Education and Science
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32665/james.v7i2.3269

Abstract

Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) ialah penyakit saluran pernapasan yang menular melalui virus corona. MERS pertama kali muncul dan terkonfirmasi pada tahun 2012 dengan gejala awal berupa demam, batuk berdahak disertai dengan sesak napas. MERS Merupakan salah satu penyakit mematikan dengan jumlah kasus lebih dari 2600 kasus terkonfirmasi dengan total 935 kematian. Penyakit ini paling banyak terkonfirmasi di Arab Saudi tepatnya di Mekkah, yang mana kota tersebut menjadi pusat terlaksananya ibadah Haji dan Umroh bagi seluruh umat muslim dunia. Jawa Timur merupakan salah satu wilayah dengan jumlah kuota jamaah haji tertinggi di Indonesia yang memiliki potensi tinggi terjadinya penyebaran penyakit MERS-Cov. Oleh karenanya perlu dilakukan suatu usaha mitigasi resiko guna memperkecil potensi terjadinya sebaran penyakit MERS di Indonesia khususnya di Jawa Timur, salah satunya ialah melakukan prediksi sebaran potensi menggunakan algoritma SVM. Hal itu dikarenakan SVM dinilai unggul dalam mengolah data non linear dengan baik karena sudah dilengkapi dengan bantuan fungsi kernel dalam kinerja algortimanya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sebaran potensi kasus MERS di Jawa Timur pada tahun 2023 yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Dilakukan beberapa pengujian untuk mendapatkan hasil optimal dengan menggunakan beberapa pembagian proporsi data training:testing, diantaranya 60:40, 65:35, 70:30, 75:25, 80:20, dan didapati hasil pengujian tertinggi terdapat pada proporsi data sebesar 75:25 dengan nilai akurasi 0.9 (90%).