Gangguan eliminasi urine adalah disfungsi eliminasi urin (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017). Gangguan eliminasi urine juga bisa dialami oleh pasien post operasi BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) atau istilah lainnya pembesaran prostat jinak. Menurut Satryo Prayoga, Nunu Harison, Hetty Pusfita (2022) diambil dari data (Kemenkes RI, 2021) kasus di Indonesia, Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun. Biasanya orang yang mengalami BPH akan dilakukan operasi pembedahan yang bernapa Reseksi Transuretal Prostat (TURP). TURP adalah prosedur standar pembedahan pada pasien BPH dengan volume prostat 30-80 ml. Efek dari tindakan operasi ini adalah keluhan BAK kemerahan dan terjadi retensi urin yang sering terjadi karena adanya cloth yang menyumbat di saluran kemih. Tujuan studi kasus asuhan keperawatan ini adalah untuk membandingkan kefektifan manajemen elminasi urine pada pasien post operasi BPH di RSUD dr. Drajat Prawiranegara Serang. Pada pasien post operasi BPH kebanyakan mengeluh urine yang berwarna kemerahan, sehingga intervensi yang dilakukan adalah manajemen pola eliminasi, memonitoring intake dan output cairan dan edukasi minum yang cukup. Penelitian ini menggunakan studi kasus terhadap 2 pasien untuk membandingkan keefektifan tindakan yang akan dilakukan dan didapatkan hasil yang berbeda pada kedua pasien yaitu perbedaan lamanya waktu dilakukannya irigasi serta perbedaan antara intake dan output cairan dari kedua pasien.Kata kunci: Gangguan eliminasi, benigna prostat hiperplasia, manajemen eliminasi urinePENDAHULUANGangguan elminasi urine adalah keadaan dimana sesorang individu mengalami atau beresiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urine akan dilakukan katerisasi yaitu tindakan memasukkan selang kateter ke dalam kansung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. (Nurfantri dkk, 2022)Gangguan eliminasi urine adalah disfungsi eliminasi urin (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017).Penyebab gangguan eliminasi urine yaitu penurunan kapasitas kandung kemih; iritasi kandung kemih; penurunan kemampuan kandung kemih; efek tindakan medis dan diagnosa (mis. Operasi ginjal; operasi saluran kemih; anestesi, dan obat-obatan); kelemahan otot pelvis; ketidakmampuan menagkses toilet; hambatan lingkungan; ketidakmampuan mengkonsumsi kebutuhan eliminasi; outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomali saluran kemih kongenital); dan imaturitas (pada anak < 3 tahun) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017).BPH kerap menyebabkan disfungsi pada saluran kemih